Masalah Sanitasi Dibedah dalam Pertemuan Internasional di Solok

Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Indonesia menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan International Wash (Sektor Sanitasi) Learning Event di Padang, Sijunjung dan Solok mulai tanggal 22 hingga 26 Juli 2019. Pada forum tersebut dibedah berbagai masalah terkait sanitasi. Antara lain masalah buang air besar sembarangan yang masih menjadi kebiasaan masyarakat alias masih banyak warga yang tidak memiliki akses sanitasi yang baik.

Menurut Direktur Lembaga Advokasi Lingkungan, Mashabi, delegasi Indonesia diwakili oleh empat lembaga Non Governmnet Organization (NGO) yaitu Mitra Bentala (Lampung), YKWS Lampung, PKBI dan LP2M Sumatera Barat.

Menurut Mashabi, International Learning Event ini merupakan kegiatan tahunan, tempat antarnegara saling berbagi mengenai cara menciptakan pasar, menciptakan lingkungan yang mendukung, dan rantai pasok dalam sektor sanitasi guna mencapai Open Defecation Free (ODF) dan akses sanitasi universal.

“Sementara itu menurut data BPS, potret sanitasi di Indonesia saat ini adalah 74.58 persen untuk akses sanitasi dan dapat dipastikan Indonesia tidak dapat mencapai target RPJMN 2019 untuk mencapai akses 100 persen, dari 74.58 persen akses tersebut, akses yang dapat dinilai termasuk sanitasi aman hanya 7.42 persen pada tingkat nasional,” jelas Mashabi.

Mashabi mengatakan, dalam rangkaian kegiatan International Event ini peserta melakukan audiensi dengan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno.

Gubernur Irwan Prayitno pada kesempatan itu menjelaskan beberapa program yang sudah dilakukan pemprov Sumbar yakni monev desa ODF dan verifikasi kab/kota ODF dan pemberian lebih dari 1700 jamban gratis kepada masyarakat.

“Pak Gubernur mengakui masih banyak tantangan yang dihadapi, saat ini baru 2 kabupaten dari 19 kabupaten di Sumatera Barat yang ODF. Tapi dia punya komitmen untuk memonitor dan mengontrol pelaksanaan itu di tiap kabupaten/kota dalam hal perencanaan, sistem melalui Pergub, kepemimpinan, sosilisasi pentingnya sanitasi kepada masyarakat, dan pelibatan sektor swasta,” ungkap Mashabi.

Direktur Lembaga Advokasi Lingkungan Mitra Bentala menjelaskan permasalahan sanitasi ini menjadi tanggung jawab bersama. Pemerintah daerah di berbagai tingkatan dan lini perlu membangun kemitraan dengan berbagai kalangan masyarakat, pemerintah, media, organisasi masyarakat sipil, penyedia layanan, dan pihak swasta.

“Media memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran informasi untuk membantu perubahan perilaku di masyarakat dan sebagai suara advokasi untuk kebijakan sanitasi yang lebih menyeluruh dan inklusif,” katanya.

International Wash (Sektor Sanitasi) Learning Event itu juga dihadiri Kedutaan Besar Belanda, Asosiasi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI), SNV Negara Belanda, SNV Kenya dan SNV Ghana.