I.B. Ilham Malik*
Ketika Mike Davis (1990) menerbitkan buku City of Quartz, muncul analisa bahwa akan ada peningkatan jumlah masyarakat yang mengandalkan pelayanan kepada pihak swasta, dari pada ke pemerintah. Pelayanan ini meliputi jasa pelayanan keamanan, penyediaan sarana dan prasarana seperti energi dan sanitasi, juga air bersih/minum.
Kondisi ini disebabkan oleh banyak hal. Tetapi tidak akan saya bahas apa sebabnya secara detail. Namun dapat dikatakan bahwa ketidakmampuan pemerintah menyediakan fasilitas publik, dan ketidakmampuan menjalankan tugasnya untuk memenuhi kebutuhan warganya, telah menumbuhkan skeptisisme di masyarakat terhadap kemampuan pemerintah menyediakan sapras. Mereka, warga, akhirnya berupaya semaksimal mungkin, untuk mengandalkan pihak swasta untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tidak lagi mengandalkan layanan pemerintah di dalam hidup mereka. dalam konteks: hidup.
Buku ini sangat memantik pemikiran dan perenungan. Ada bagian penting; dari sarana dan prasarana yang sudah seharusnya disiapkan oleh pemerintah, ternyata pemerintah tidak mampu untuk menyiapkannya. Kondisi inilah, yang terjadi secara terus menerus, telah membuat masyarakat mencari “pihak lain” di luar pemerintah, untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Misalnya saja di sektor pendidikan, masyarakat lebih memilih sekolah swasta ketimbang sekolah negeri. bukan saja soal kuantiatasnya akan tetapi juga soal kualitasnya. Jika masih ada yang sekolah di sekolah negeri, hal ini lebih banyak disebabkan oleh keterbatasan kemampuan keluarga, sehingga mereka tidak menyekolahkannya di sekolah swasta. Kalau saja dana memadai, maka mereka akan menyekolahkan anaknya di sekolah swasta yang dianggap lebih baik, dan lebih menjanjikan masa depan yang lebih baik, dari pada di sekolah negeri yang dimiliki oleh pemerintah.
Begitu juga dengan fasilitas pelayanan kesehatan. Masyarakat banyak mengandalkan fasilitas swasta dari pada fasilitas pemerintah. Bukan soal karena mereka tidak mau, tapi ada ketidakpercayaan pada fasilitas kesehatan. Seperti rumah sakit yang dikelola pemerintah. Masyarakat lebih percaya, akan mendapatkan pelayanan yang jauh lebih baik jika menggunakan fasilitas swasta. Hanya karena keterbatasan anggaran saja, yang membuat masyarakat masih tetap mengakses rumah sakit negeri. Termasuk yang di level puskesmas sekalipun. Antara klinik dan puskesmas.
Ada lagi yang lebih telihat yaitu soal air minum, semuanya cenderung mengandalkan swasta atau mengandalkan kemampuan warga sendiri-sendiri. masyarakat membeli galon air minum untuk memenuhi kebutuhan air minum. Mereka juga menggunakan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Padahal seharusnya, semua itu disiapkan oleh BUMN dan BUMD yang spesialis menyediakan air bersih ke seluruh rumah yang ada di negeri kita. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah demikian.
Hal semacam ini masih belum juga mampu dihadapi oleh pemerintah. Ada gap antara kebutuhan dan ketersediaannya. Kondisi ini seharusnya dapat ditangani oleh aparatur pemerintah. Setiap tahun birokrasi dapat berupaya untuk mengejar kebutuhan warga. Terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dasar tadi. Tentu saja akan ada jalan terjal untuk mewujudkannya. Tetapi, tidak ada pilihan lain selain menempuhnya. Agar, apa yang dibutuhkan oleh masyarakat akan dapat dipenuhi oleh pemerintah secara proporsional.
Nah, ketidakmampuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan inilah yang kemudian melahirkan gated community (GC). GC adalah sebuah komunitas yang hampir semua kebutuhan dasarnya dipenuhi oleh swasta. Jika persentase kebutuhan itu telah mayoritas dipenuhi oleh swasta, dan ketidakbergantungan warga kepada pemerintah semakin kecil, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan untuk hidup, maka disinilah akan muncul jumlah komunitas dalam GC yang akan semakin membesar. Di Meksiko saja ada 57 juta warganya tergabung dalam GC.
Akankah hal ini juga akan / sudah terjadi di kota-kota kita? Coba dihitung secara proporsional, hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup kita, pada bagian mana yang telah dipenuhi oleh pemerintah? Di sekitar kita saja dan dikehidupan kita saja. Dari situ kita bisa membaca trend munculnya GC. Apakah kemunculannya besar kemungkinannya ataukah kecil? Jika ini tidak disikapi dengan baik, maka akan muncul kelembagaan GC yang nantinya akan menurunkan pengaruh pemerintah, dan menurunkan kepercayaan pada pemerintah.
Jika ada pilkada, ke depan, kita sangat berharap, kepala daerah pemenang kontestasi politik akan dapat mengembalikan tugas pemerintah untuk melayani warganya.
Karena kita sekarang ini bisa melihat sendiri, sudah mulai banyak pembangunan permukiman skala sedang oleh pihak swasta. Dimana, soal sanitasi, listrik, keamanan dan kenyamanan kawasan, sudah dipenuhi oleh swasta itu sendiri. Meskipun berbungkus fasilitas publik untuk warga komplek perumahan tersebut. Jika dibiarkan berkembang, secara bertahap, kawasan permukiman tersebut akan semakin membesar dan akhirnya akan memunculkan gated community tadi.***
*Dr. Eng. IB Ilham Malik, ST., MT., ATU adalah Dosen dan Peneliti Perkotaan & Infrastruktur. Pernah menjadi pengurus Persma SOLID di FTSP (1999-2001) dan Redaktur Pelaksana di Persma HIMMAH (2001-2003).