Adolf Ayatullah Indrajaya
Tabik pun, nabik tabik. Tabik di kuti rumpok, punyimbang tuha raja seunyinni. Sikandua haga numpang cawa. Cawaaaaaa pun.
Bravo Laskar Saburai! Badak Lampung FC menjadi klub Liga1 yang membawa nama Lampung di pentas laga sepak bola kasta tertinggi di Indonesia. Dalmiansyah Matutu dkk membawa pepanji Sai Bumi Ruwa Jurai beradu lihai menggocek bola dengan jagoan-jagoan seantero Nusantara.
Enam laga pertama, PS Tira Persikabo Bogor, PSM Makassar, Kalteng Putra FC, Semen Padang FC, PSIS Semarang dan Bali United. Dua kali Badak menang, sisanya belum beruntung.
Dua laga kandang keduanya ketiban dibungkam tamu. Tenang saja, masih awal musim, biasa saja karena jalan masih panjang. Lumayan masih enam poin, di klasemen bolehlah mangkal di papan tengah agak dibawah.
Laga pertama di Wayhalim penonton sepuluh ribu orang, laga kedua lebih sesak lagi hampir 15 ribu. Wajar lah, paras gagah rupawan Stefano Lilipaly juga Irfan Bachdim dari Laskar Semeton Dewata dulu biasanya ditatap dari layar kaca, sekarang bisa dirasa langsung di depan mata.
Atmosfer Liga1 memang memikat, olah raga paling populer tentu saja sepak bola. Jadilah kita semua perhatian supaya jadi bagian acara viral, jadinya banyak yang “mendadak badak”. Yang sebelumnya jangankan paham apa itu skema 4-4-2, tetiba jadi peduli dengan varietas rumput yang ditandur di dalam stadion. Mendadak Badak!
Sepak bola itu kultur, di seantero bumi kita disuguhi cerita bagaimana rivalitas Barcelona-Madrid sudah melewati batas-batas ideologi kalau terkait el clasico. Bagaimana aroma fasis-komunis ala Italia meruap di setiap laga Milan vs Internazionale atau bahkan setara Malvinas kalau Timnas Argentina sua Inggris.
Kita mendengar cerita bagaimana muntab-nya pendukung Setan Merah di Manchester saat taipan media Australia Rupert Murdoch dirasa hanya memperlakukan MU seolah deretan angka di bursa saham.
Juga bagaimana tetiba orang-orang kaya di Cina menggaji pemain-pemain yang dicap apkir dengan banderol setara Messi-Ronaldo untuk menyulap liga di negeri Tirai Bambu mengkilap setara Eropa.
Kontroversi dan perdebatan melahirkan perhatian penyita forum diskusi, semua karena sepak bola. Kira-kira mirip sama dengan Badak di tanoh hinji. Okay deh, Badak memang berkilau. Kita semua boleh mendadak badak. Boleh lah banyak orang diskusi sok paham sok penting sok berkontribusi.
Tak apa-apa. Tapi jangan lupa, kita punya kewajiban menjaga marwah dan piil pesenggiri. Jangan jadi sekadar penonton apalagi babu di rumah sendiri. Badak dan Gajah sama-sama ada di Lampung. Bumi ini ada dua jurai-nya.
Buat yang mendadak badak, betul kan kata-kata yang sedari dulu dikumandangkan, sepak bola itu keren yay!
Tabik pun nabik tabik. Sikandua numpang liyu, puuuuun.