Oleh: Aan Frimadona Roza*
Kedewasaan berdemokrasi masyarakat semakin teruji dan terasah. Sehingga tak mengherankan kecerdasan rakyatpun dalam berdemokrasi rasanya lebih terbuka dari pada anggota parlemen yang lebih mengedepankan kepentingan golongan.
Pembelajaran berdemokrasi tersebut, sebenarnya bisa diawali dari level yang paling kecil yakni dengan adanya pemilihan Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Pemilihan ketua OSIS yang dilakukan secara langsung ini, menjadi pembelajaran berharga bagi para siswa untuk mengenal proses demokrasi. Sehingga, nantinya saat mereka menjadi bagian dari masyarakat sesungguhnya sudah memiliki pengalaman yang berharga.
Perestiwa perpolitikan di negeri ini mungkin banyak pelajaran yang bisa diambil hikmahnya oleh masyarakat. Semisal Pemilihan presiden dan wakil presiden lalu pertarungan perebutan pimpinan DPR/MPR RI semakin membuka kita pada kualitas anggota dewan yang terhormat yang telah dipilih oleh rakyat.
Dari sederet fakta pembelajaran demokrasi diatas sekiranya pengenalan proses demokrasi sejak dini ini perlu ditanamkan oleh sekolah yang merupakan sumber pendidikan utama anak bangsa ini.
Mengenalkan, pendidikan demokrasi bagi siswa ini merupakan langkah awal mempersiapkan calon pemimpin masa depan bangsa ini, setidaknya banyaknya calon pemimpin ke depan yang kaya akan pengalaman mulai dari jenjang sekolah.
Demokrasi perlu dipraktikkan sejak dini oleh anak-anak kita, mulai dari sekolah mereka. Siswa belajar berdemokrasi bagaimana memilih seorang pemimpin secara demokratis. Sebagai suatu proses pembelajaran untuk memberi pengalaman kepada siswa khususnya praktik pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) atau IPS ditingkat pendidikan dasar bahkan mata pelajaran sosiologi,sejarah,tata negara dan lain-lain di pendidikan tingkat atas.
Bagaimana praktik menggunakan hak suara/hak pilihnya sesuai keinginan setiap siswa sendiri untuk menentukan siapa yang berhak dan pantas menjadi pemimpinnya dalam suatu wadah organisasi siswa di sekolah yang bernama OSIS.
Kegiatan untuk memilih seorang ketua OSIS yang disalurkan melalui Pemilihan Umum ketua OSIS sudah menjadi agenda rutin tahunan dalam reorganisasi struktur kepengurusan OSIS di sekolah dengan didukung kreativitas unsur pendidik akan semakin bernilai ketika disentuh dengan nilai-nilai pendidikan demokrasi yang baik,jujur dan semarak layaknya sebuah pesta;pesta demokrasi.
Dengan pelaksanakan yang dilakukan melalui tahapan dan suasana berdemokrasi yang menyenangkan dengan pemungutan suara secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil untuk memilih seorang Ketua OSIS merupakan upaya menanamkan pemahaman demokrasi sejak dini kepada anak didiknya serupa pemilihan presiden dan kepala daerah.
Lebih tak kalah penting bahwa pembelajaran berdemokrasi ala pelajar diyakini sebagai proses pemahaman demokrasi yang baik bagi pelajar agar tidak canggung lagi ketika kelak hidup bermasyarakat dan ikut berperan serta dalam kehidupan bernegara yang menganut sistem demokrasi.
Melaksanakan dengan model pemilihan ketua OSIS secara langsung itu juga dapat mendorong peran siswa menjadi lebih dominan dan selaras dalam pembelajaran untuk membentuk karakter siswa yang diharapkan sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini.
Pembiasaan peran OSIS yang aktif dalam kegiatan disekolah bisa dijadikan sarana dalam pembelajaran kehidupan berdemokrasi oleh siswa bagaimana penerapan berdemokrasi yang baik. Alangkah baiknya apresiasi yang tinggi pada pesta demokrasi pelajar yang dilakukan setiap tahunya ditunjukan akan antusiasnya seluruh warga sekolah dengan memeriahkan rangkaian pemilihan pengurus OSIS baik dari tatacara kampanye calon sampai saat debat kandidat calon melalui pertanyaan dan jawaban yang banyak serta berkualitas bagi pendidikan demokrasi kalangan pelajar setempat.
Pelaksanaan perestiwa pemilihan ketua OSIS dapat dijadikan agenda yang selalu dinantikan sekaligus hari teristimewa bagi siswa sebagai ajang pesta demokrasi pemilihan pengurus OSIS di sekolah tersebut.
Proses pemilihan pengurus OSIS di sekolah dapat dilakukan dengan sistem seperti halnya pemiilihan kepala desa, bupati/wali kota, gubernur, presiden dan pemilu legislatif. Pemilihan dijalankan tim pelaksana, mulai dari panitia pendaftaran, sosialisasi, pelaksana pemilihan dari pembagian kartu suara, penjagaan kotak suara, petugas tinta hingga penghitung suara dari unsur siswa.
Dari sebuah pembelajaran demokrasi yang bermula dari sekolah tentunya banyak hal yang didapat. Kebiasan yang dilakukan secara rutin tentunya akan berbuah suatu karakter yang kuat bagaimana akan menghasilkan kepempinan yang bisa mengendalikan dirinya sendiri tentunya juga akan mampu mengendalikan sesuatu yang lebih besar ( orang lain).
Saya pikir semua orang bisa belajar dari cara pandang dalam melihat sebuah perestiwa pembelajaran demokrasi yang cerdas dan penuh santun bahwa berkompetisi yang baik dapat mempunyai alasan lain seperti ingin menghilangkan gab antara siswa, memperluas peranan siswa, memasukan ide-ide mereka dalam banyak agenda kegiatan sekolah.
Terlebih sikap dan prilaku yang sportif dan santun dalam pembelajaran demokrasi dapat dinyatakan bahwa menang atau kalah itu hal biasa, kita harus sportif dan berlapang dada.
kesantunan disini sebagai sebuah karakter yang lahir dari kepolosan, kebiasaan dan budaya sekolah yang menjadi bagian kehidupan siswa sehari-hari.
Harapan besar tentunya dapat dipetik terutama dalam mempertajam sudut pandang terhadap cara anak belajar dan menilai. Serta melihat mereka sebagai pribadi yang unik dan istimewa bukan hanya sebagai anak-anak tetapi calon-calon cendikiawan masa depan.
Memahami, belajar, menarik kesimpulan, membuat argumen, menghargai orang lain dengan unik dari sudut pandang mereka sendiri dengan dewasa meskipun mereka masih pelajar tak melulu mereka harus disuapi atau didikte karena mereka belajar dari mengamati, mengalami, merenungi dan menggunakan landasan-landasan teori dari buku text, referensi belajar di sekolah,
Akhirnya meminjam istilah dari Robert Byrne seorang penulis berujar, “Demokrasi membiarkan orang memilih calon yang ia paling kurang tidak suka”, maka tak berlaku bagi saya!. Sebab ketika saya bermimpi sungguh saya meyakini dan membenarkan dari sebuah demokrasi sejak dini yang baik maka akan terlahir pemimpin yang berkualitas harapan banyak orang.Tabik.
* Pengurus FMGI Kecamatan Baradatu dan mengajar IPS di SMPN 4 Baradatu Kabupaten Waykanan