Oleh Robin Hoky
Pengamat BMKG Lampung
Memasuki dasarian kedua di bulan November sudah mulai terlihat adanya gejolak di atmosfer. Gejolak ini mulai memberikan sinyal akan tiba fase peralihan dari musim kemarau menuju musim yang sudah dinantikan oleh seluruh masyarakat yang ada di wilayah Lampung, yaitu hujan. Maklum saja hingga hampir pertengahan bulan November ini kondisinya sangat kering bahkan di siang hari langit sangat cerah tanpa ada awan membuat suhu terasa sangat panas.
Rilis data pemutakhiran awal musim hujan dari Stasiun Klimatologi Pesawaran menunjukkan: sebagian besar wilayah Lampung mengalami kemunduran musim penghujan 1 sampai 3 dasarian. Hal ini berarti sebagian besar wilayah Lampung mundur musim penghujan berkisar 10 hari sampai 1 bulan lamanya. Salah satu penyebabnya adalah masih dinginnya suhu muka laut di wilayah perairan Lampung atau dalam skala global dikatakan Dipole Mode dalam kondisi positif sehingga dominan uap air akan bergerak dari wilayah Indonesia menuju ke wilayah Afrika. Dampaknya, Indonesia akan kekurangan suplai uap air sebagai bahan untuk pembentukan awan hujan.
Saat ini posisi matahari sudah berada di Belabah Bumi Selatan (BBS) namun sampai saat ini gangguan-gangguan cuaca masih dominan berada di Belahan Bumi Utara (BBU). Hal ini yang membuat pola angin monsun Australia masih sangat dominan di wilayah Indonesia. Dampak dari kuatnya monsun Australia adalah wilayah Indonesia akan minim suplai uap air karena aliran udara dari daratan Australia bersifat kering karena banyak gurun pasir.
Gangguan cuaca di Belahan Bumi Utara (BBU) masih dominan terjadi karena adanya panas laten, panas laten ini akan muncul ketika matahari sudah mulai bergeser posisinya sehingga panas yang tertahan di permukaan laut baru akan muncul setelah matahari mulai bergeser, akibatnya gangguan cuaca seperti tekanan rendah hingga siklon tropis masih terlihat di Belahan Bumi Utara (BBU) meskipun matahari sudah berada di Belahan Bumi Selatan (BBS).
Berdasarkan prediksi radiasi gelombang panjang hingga 15 hari ke depan masih akan sulit terbentuk awan-awan hujan di wilayah Lampung. Berita positifnya sudah mulai terlihat pola pembentukan Madden Julliant Oscillation (MJO) di wilayah sebelah barat Afrika yang diprediksi bergerak ke wilayah Indonesia. Jika hal ini terjadi diprediksi baru di awal bulan Desember nanti wilayah Lampung akan turun hujan. Namun, harapan kita semua prediksi ini salah dan menjadi lebih cepat datangnya musim hujan. Berita kekeringan sudah banyak terjadi di sebagian besar wilayah Lampung. Sumur-sumur hingga sumber pengairan air untuk lahan tanaman sudah mulai menipis.
Sedikit membahas tentang Dipole Mode yang membuat wilayah Lampung masih aktif musim kemarau hingga hampir pertengahan bulan November ini. Istilah Dipole Mode sebenarnya merupakan sebutan populer dari Indian Ocean Dipole. Fenomena ini sangat mirip dengan El Nino dan La Nina. Perbedaannya adalah apabila El Nino dan La Nina terjadi di daerah perairan Pasifik equator, sedangkan untuk Dipole Mode terjadi di wilayah perairan Hindia. Fenomena tersebut ditandai dengan terjadinya penyimpangan suhu muka laut yang berlawanan di bagian barat (50 oE – 70 oE, 10 oS – 10 oN) dan di bagian timur / tenggara (90 oE – 110 oE, 10 oS – ekuator).
Penyimpangan suhu muka laut yang terjadi biasa dikenal dengan istilah “anomali” suhu muka laut. Saat suhu muka laut di wilayah perairan Hindia khatulistiwa bagian barat lebih dingin, maka suhu muka laut di wilayah barat pulau Sumatra akan menjadi lebih panas. Begitu pula sebaliknya. Saat di wilayah perairan Hindia khatulistiwa bagian barat lebih hangat, maka suhu muka laut di sebelah barat sumatra akan lebih dingin.


Jadi, kita akan menemukan seolah-olah seperti ada pasangan pusat panas dan dingin di perairan Hindia khatulistiwa bagian barat dan bagian timur. Pasangan tersebut dikenal dengan sebutan “Dipole Mode”. Bila pusat panas berada di bagian timur perairan Hindia, maka disebut “Dipole Mode Negatif” sedangkan apabil pusat panas berada di bagian barat disebut “Dipole Mode Positif”.
Sepeti yang telah kita bahas tadi. Kondisi atmosfer seperti gambar diatas merupakan kondisi dimana Dipole Mode bernilai Negatif. Hal ini ditunjukan oleh suhu muka laut di perairan Hindia bagian timur merupakan pusat panas,sehingga saat hal itu terjadi perairan Hindia sebelah barat mengalami pedinginan suhu muka laut. Akibatnya, awan-awan akan banyak tumbuh sebelah barat wilayah Indonesia dan sekitarnya.
Berbeda kondisi saat Dipole Mode bernilai Positif. Saat terjadi fenomena tersebut, suhu muka laut di bagian barat perairan Hindia menjadi lebih panas. Sedangkan suhu muka laut di perairan bagian timur Hindia menjadi lebih dingin. Akibatnya, massa udara akan bergerak menuju perairan Hindia bagan barat dan akan terbentuk banyak awan di daerah tersebut. Sedangkan di wilayah Indonesia akan mengalami penurunan jumlah curah hujan akibat dari sedikitnya awan yang terbentuk.
Salah satu penyebab masih berlangsungnya musim kemarau adalah Dipole Mode yang masih dalam kondisi positif dan juga masih kuatnya monsun Australia hingga saat ini. Pada periode pertengahan hingga akhir bulan November mendatang diprediksi fase pancaroba sudah mulai aktif sehingga kami menghimbau kepada masyarakat untuk mengantisipasi perubahan cuaca yang tidak menentu. Fase pancaroba merupakan fase dimana membuat prakiraan cuaca sangat sulit karena atmosfer dalam kondisi yang sangat sulit untuk diprediksi dampaknya awan Cumulonimbus dapat tumbuh dalam fase sangat yang cepat.
Dampak dari pertumbuhan awan Cumulonimbus tersebut dapat menimbulkan angin puting beliung yang tidak dapat diprediksi lokasi dan waktunya. Sehingga kami menghimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan menjelang datangnya fase pancaroba ini. Angin puting beliung meskipun waktunya pendek namun sangat merusak karena hempasang anginnya yang kencang dan memutar.
Faktanya, untuk wilayah Lampung dominan angin puting beliung terjadi pada fase pancaroba ini dan tidak mengenal wilayah dan waktu, dapat terjadi di mana saja, dan waktunya dominan pada sore hingga menjelang malam hari selama periode pancaroba. Kami mengimbau untuk senantiasa berdoa agar musim hujan segera datang dan mengakhiri kekeringan yang ada di wilayah Lampung.