Oleh Ramadhan Nurpambudi
Prakirawan BMKG Lampung
Equinox adalah fenomena astronomi yang terjadi dua kali dalam setahun, di mana matahari berada pada titik tertentu di langit yang mengakibatkan siang dan malam memiliki durasi yang sama di seluruh dunia. Fenomena ini terjadi pada tanggal 20 atau 21 Maret (equinox vernal) dan 22 atau 23 September (equinox musim gugur). Namun, fenomena ini juga sering dikaitkan dengan kenaikan suhu yang terjadi pada saat-saat tersebut.
Tentu saja, kenaikan suhu yang terjadi pada equinox bukanlah fenomena alam yang berbahaya. Namun, kenaikan suhu yang drastis dapat mengganggu kesehatan kita dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Jadi, mengapa suhu terasa lebih panas pada saat equinox? Dan apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi dampaknya?
Equinox terjadi karena pada saat itu bumi berada pada posisi di mana sumbu rotasinya sejajar dengan garis edarnya mengelilingi matahari. Akibatnya, garis ekuator bumi berada pada sudut yang tepat terhadap matahari, sehingga jumlah sinar matahari yang diterima oleh bumi menjadi lebih merata pada seluruh permukaan bumi.
Kondisi ini memungkinkan lebih banyak energi matahari menembus atmosfer bumi di sepanjang garis ekuator, sehingga suhu udara di daerah ekuator lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang lebih jauh dari garis ekuator. Selain itu, pada saat equinox, sinar matahari mengenai bumi dengan sudut yang lebih langsung, sehingga panas matahari dapat mencapai permukaan bumi dengan lebih efisien.
Kemudian, atmosfer bumi juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi suhu udara pada saat equinox. Saat sinar matahari memasuki atmosfer bumi, sebagian kecil sinar matahari dapat dipantulkan kembali ke angkasa oleh awan, debu, dan partikel lainnya di atmosfer bumi. Semakin tipis atmosfer bumi, semakin sedikit pula sinar matahari yang dipantulkan kembali ke angkasa dan semakin banyak sinar matahari yang menembus atmosfer dan mencapai permukaan bumi.
Oleh karena itu, pada saat equinox, ketika atmosfer bumi lebih tipis karena sinar matahari mengenai bumi dengan sudut yang lebih langsung, lebih banyak sinar matahari dapat menembus atmosfer dan mencapai permukaan bumi. Akibatnya, suhu udara di permukaan bumi dapat meningkat, terutama di daerah yang lebih dekat dengan garis ekuator.
Selain itu, cuaca juga memainkan peran penting dalam meningkatkan suhu pada saat equinox. Equinox musim semi terjadi pada bulan Maret, sedangkan equinox musim gugur terjadi pada bulan September. Namun, di wilayah Indonesia, yang hanya memiliki musim kemarau dan musim hujan, equinox tidak begitu berpengaruh pada perubahan suhu yang terjadi selama setahun. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa di wilayah Indonesia, perubahan suhu yang lebih signifikan terjadi selama pergantian antara musim kemarau dan musim hujan. Pada musim kemarau, suhu di wilayah Indonesia cenderung lebih panas dan kering, sedangkan pada musim hujan, suhu cenderung lebih dingin dan lebih lembab. Oleh karena itu, perubahan suhu pada saat equinox di wilayah Indonesia tidak sebesar perubahan suhu yang terjadi pada daerah yang memiliki empat musim seperti di belahan bumi utara.
Namun, tidak hanya kemiringan bumi dan cuaca yang mempengaruhi suhu pada saat equinox. Selain kemiringan bumi dan cuaca, perubahan iklim juga mempengaruhi suhu pada saat equinox. Equinox terjadi dua kali dalam setahun ketika matahari berada tepat di atas ekuator, yang menyebabkan siang dan malam memiliki durasi yang sama di seluruh dunia. Namun, perubahan iklim menyebabkan suhu global semakin panas, membuat suhu pada saat equinox semakin ekstrem.
Perubahan iklim disebabkan oleh meningkatnya emisi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan. Gas rumah kaca menyerap radiasi panas dari matahari dan menahan panas di atmosfer bumi, menyebabkan suhu bumi meningkat secara global. Peningkatan suhu ini tidak hanya mempengaruhi suhu pada saat equinox, tetapi juga memengaruhi cuaca dan iklim secara keseluruhan di seluruh dunia.
Perubahan iklim juga dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, seperti topan, banjir, dan kekeringan. Selama equinox, cuaca ekstrem dapat terjadi pada berbagai daerah, terutama di daerah-daerah yang rentan terhadap perubahan cuaca dan iklim. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengambil tindakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Melakukan hal ini tidak hanya akan membantu menjaga suhu pada saat equinox menjadi stabil, tetapi juga membantu melindungi planet kita dari dampak negatif perubahan iklim yang lebih besar.
Dampak kenaikan suhu akibat fenomena equinox dapat dirasakan oleh banyak orang. Suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan dehidrasi, kelelahan, dan bahkan panas stroke pada beberapa orang. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan kita dan mempengaruhi produktivitas dan aktivitas sehari-hari. Untuk mengatasi dampak ini, ada beberapa langkah yang dapat kita ambil.
Langkah pertama adalah dengan memperbanyak minum air putih dan cairan lainnya. Hal ini akan membantu menjaga tubuh kita terhidrasi dan mencegah dehidrasi. Selain itu, kita juga dapat menghindari aktivitas fisik yang berat pada saat suhu terasa sangat panas. Kita juga dapat mengenakan pakaian yang longgar dan bernapas, serta menggunakan kipas atau AC untuk mendinginkan ruangan. Selain itu, kita juga harus memperhatikan makanan yang kita konsumsi. Makanan yang sehat dan bergizi dapat membantu tubuh kita tetap sehat dan mengatasi suhu yang lebih panas.
Selain langkah-langkah tersebut, ada beberapa cara lain untuk mengurangi dampak kenaikan suhu pada saat equinox. Kita dapat menghindari terkena sinar matahari langsung dengan menggunakan payung atau topi, serta menghindari berada di luar rumah pada saat-saat terpanas dalam sehari. Kita juga dapat membuat pengaturan di rumah kita dengan menempatkan tanaman di dalam rumah atau di taman, yang dapat membantu mendinginkan udara dan mengurangi suhu ruangan.
Meskipun ada beberapa cara untuk mengurangi dampak kenaikan suhu pada saat equinox, kita juga harus memperhatikan dampak jangka panjang dari perubahan iklim. Perubahan iklim akan mempengaruhi suhu global secara keseluruhan dan dapat menyebabkan suhu yang lebih ekstrem pada saat equinox dan di waktu lainnya. Oleh karena itu, kita harus melakukan tindakan yang lebih besar untuk mengatasi perubahan iklim dan memperbaiki dampak yang telah terjadi.
Ada sebuah tradisi unik di wilayah Provinsi Lampung yang berhubungan dengan equinox. Pada Equinox Vernal (20-21 Maret) di Lampung terdapat tradisi unik yang disebut “Sempena” atau “Semapen” yang dilakukan oleh suku Lampung. Sempena adalah ritual penyambutan musim panen yang dilakukan dengan cara memanjat pohon aren dan memetik buah aren dengan menggunakan tali yang diikatkan pada tubuh mereka. Tradisi ini biasanya dilakukan pada malam hari dan diikuti oleh acara adat yang dihadiri oleh masyarakat setempat.
Kesimpulannya, kenaikan suhu pada saat equinox adalah fenomena alami yang tidak berbahaya, namun dapat mempengaruhi kesehatan dan aktivitas sehari-hari kita. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kemiringan bumi, cuaca, dan perubahan iklim. Untuk mengatasi dampaknya, kita dapat mengambil beberapa langkah seperti memperbanyak minum air, menghindari aktivitas fisik yang berat, serta mengatur suhu di dalam ruangan. Namun, kita juga harus memperhatikan dampak jangka panjang dari perubahan iklim dan melakukan tindakan yang lebih besar untuk mengatasi masalah ini. Semua orang harus melakukan bagian mereka dalam mengatasi perubahan iklim dan memastikan bahwa kita memiliki bumi yang sehat dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.
Pada saat equinox tiba,
Bumi pun tak lagi berdiam diri,
Malam dan siang berganti ria,
Seimbang seperti hati yang bahagia.
Namun sayangnya, ini cuma mimpi,
Kenyataannya tak seindah itu,
Kadang siang terlalu cepat berlalu,
Dan malam terlalu lama bertamu.
Tapi janganlah merasa sedih,
Kita bisa membuat hidup lebih seru,
Dengan bersyukur atas setiap hari,
Dan menikmati ciptaan Tuhan yang indah.