Menteri Agama Luncurkan Modul Bimtek Pembelajaran Islam Rahmatan Lil Alamin

Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM —  Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melaunching Modul Pelatihan Bimtek Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Rahmatan Lil Alamin untuk sekolah. Launching ini ditandai dengan penyerahan modul  oleh Menag kepada Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah, Ahmadi, bersamaan dengan pembukaan Pekan Keterampilan dan Seni Pendidikan Agama Islam (Pentas PAI), Bekasi, Selasa (11/8/2015).

“Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, saya launching modul pembelajaran ini semoga bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman siswa sekolah terhadap nilai dan ajaran Islam Rahmatan lil Alamin,” tutur Menag, di Aula Embarkasi Haji Bekasi, seperti dilansir laman resmi Kemenag, Selasa (11/8).

Hadir dalam kesempatan ini Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin, Kabalitbang dan Diklat Abd Rahman Mas’ud, Direktur PAI Amin Haedari, para Kepala Kanwil Kemenag Provinsi, Wakil Walikota Bekasi, Kepala Biro Yansos mewakili Gubernur Jabar, serta ribuan peserta Pentas PAI utusan dari SD, SMP, dan SMA Kanwil Kemenag seluruh Indonesia.

Modul Pelatihan Bimtek Metode Pembelajaran PAI Rahmatan Lil Alamin ini disusun oleh beberapa guru PAI terpilih. Proses penyusunan dilakukan serangkaian workshop, termasuk study banding ke Oxford University, dengan harapan diperoleh modul yang efektif dalam pembelajaran PAI di sekolah, utamanya dalam Pendidikan Agama Islam Rahmatan Lil Alamin.

Menurut Menag, penguatan pembelajan PAI di sekolah sangat strategis karena peserta didik yang beragama Islam di seluruh Indonesia jumlahnya mencapai 47 juta siswa. “Ini  merupakan potensi strategis bagi kelangsungan hidup bagsa. Kemenag bertekad memberikan pembinaan maksimal kepada siswa sekolah untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, budi pekerti, dan akhlak mulia agar kelak menjadi orang bermanfaat,” tegasnya.

Senada dengan Menag, Kamaruddin Amin dalam laporannya menyampaikan bahwa pengajaran agama Islam di sekolah sangat strategis karena jumlah siswa beragama Islam yang belajar di sekolah tidak kurang dari 47 juta. Karena itu, lanjut Kamaruddin, dibutuhkan metodologi efektif yang mampu menghadirkan agama Islam yang damai dan rahmatan lil alamin, yang menghargai perbedaan budaya dan agama, bisa memahami orang lain, dan bisa mengajarkan Islam sebagao solusi.

Pentas PAI

Terkait penyelenggaraan Pentas PAI, Menag menegaskan bahwa event ini penting sebagai momentum untuk memperkokoh niat dan sikap Kementerian Agama dalam mewujudkan bangsa yang berkarakter, bertakwa, krearif, mandiri dan berkhlak mulia. Menurutnya, setidaknya ada 6 alasan yang mendasari pentingnya gelaran Pentas PAI ini, yaitu:

Pertama, Pentas PAI merupakan upaya merespon amanat UU Sisdiknas sekaligus merealisasikan PP tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan yang secara eksplisit menghendaki agar penyelenggaraan pendidikan nasional menekankan pengembangan potensi dan karakter peserta didik yang diselaraskan dengan perkembangan ilmu pengetahun.

Kedua, Pentas PAI merupakan salah satu kegiatan Ekskul yang bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan, memperbaiki sikap dan menambah pengalaman dalam pengamalan ajaran Islam mengingat jam pelajaran PAI di sekolah relatif terbatas. “Ekskul PAI  harus menjadi alternatif pengembangan pendidikan agama Islam di sekokah,” tegasnya.

Ketiga, peserta didik yang beragama Islam di seluruh Indonesia jumlahnya sekitar 47 juta siswa yang merupakan potenai strategis bagi kelangsungan hidup bagsa. “Kemenag bertekad memberikan pembinaan maksimal kepada siswa sekolah untuk meningkatkan keimanan, ketakwaan, budi pekerti, dan akhlak mulia agar kelak menjadi orang bermanfaat,” tuturnya.

Keempat, Pentas PAI dapat menjadi media dakwah dan wahana kompetisi  yang dapat menanamkan sikap sportifitas dan saling menghargai hak antar sesama pelajar. “Pentas PAI juga dirancang dalam rangka memberikan kesempatan para siswa untuk mengekspresikan diri dan menumbuhkan bakat dan keberanian, rasa cinta dan bangga kepada Islam dan mempererat ukhuwah Islamiah,” katanya.

Kelima, pengembangan dan optimalisasi PAI melalui ekskul yang sesuai kebutuhan dan potensi siswa dan budaya kehidupan beragama secara bertahap, dapat mengatasi kelemahan sebagian siswa yang selama ini sering dikeluhkan masyarakat sebagai akibat kurang optimalnya pengelolaan PAI di sekolah. “Beberapa keluhan masyarakat antara lain: rendahnya kejujuran, rendahnya toleransi dan kasih sayang, rendahnya kemampuan baca tulis al quran, serta adanya penyimpangan perilaku seperti narkoba dan seks bebas,” ujarnya.

Keenam, Pentas PAI selain jadi syiar Islam di sekolah, sekaligus jadi barometer untuk mengetahui kompetensi siswa dalam PAI. Juga menjadi motivasi dan penyemangat untuk fastabiqul khairat serta memberikan dampak pencerahan dalam aktivitas PAI di sekolah.

“Saya imbau seluruh peserta bersikap sportif. Jadikan ini sebagai wahana aktualisasi dan ekspresi kemampuan dan bakat dengan tetap menjunjung tinggi nilai persahabatan. Utamakan ukhuwah Islamiyah dan Wathaniyah,” tegasnya.

Memang tentu jadi harapan sebagai wujud prestasi. Tapi prestasi sesungguhnya adalah manakala sportifitas mampu diwujudkan. Dengannya, akhlak kalian akan semakin baik dan memberi faidah besar dalam kehidupan masyarakat,” tambahnya.

Kemenag