Dr. Eng. IB Ilham Malik*
Lampung, sebagai provinsi yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatera, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi strategis. Namun, potensi ini sering kali terhalang oleh berbagai tantangan mendasar, seperti kemiskinan, keterbelakangan infrastruktur, dan kurangnya optimalisasi sumber daya alam. Dalam konteks ini, mewujudkan Asta Cita — delapan cita-cita pembangunan berkelanjutan — menjadi penting sebagai pedoman strategis untuk membawa Lampung menuju kemajuan yang inklusif dan berkelanjutan.
Lampung menghadirkan gambaran kontras antara tantangan pembangunan dan peluang besar yang tersedia. Provinsi ini memiliki tingkat kemiskinan yang cukup signifikan dibandingkan dengan rata-rata nasional. Berdasarkan data terakhir, masih banyak masyarakat Lampung yang bergulat dengan keterbatasan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan pekerjaan yang layak. Kondisi ini diperburuk oleh infrastruktur yang belum memadai, terutama di wilayah pedesaan, sehingga memperlambat aksesibilitas dan mobilitas masyarakat.
Di sisi lain, Lampung adalah provinsi dengan potensi luar biasa. Letaknya yang strategis sebagai gerbang Sumatera menjadikannya perlintasan utama logistik antara Pulau Jawa dan Sumatera. Keberadaan Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Bakauheni, dan Bandara Radin Inten II memberikan Lampung keunggulan sebagai simpul transportasi darat, laut, dan udara. Selain itu, Lampung juga dianugerahi tanah subur yang menghasilkan beragam produk agro, seperti kopi, lada, singkong, dan pisang, yang memiliki daya saing di pasar nasional maupun internasional. Posisi geografis Lampung yang dilintasi oleh Selat Sunda menambah nilai strategisnya dalam jalur logistik internasional.
Tantangan Infrastruktur dan Kesenjangan Sosial
Salah satu hambatan terbesar dalam pembangunan Lampung adalah keterbelakangan infrastruktur. Meski telah terjadi peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, seperti pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera, sebagian besar wilayah Lampung masih membutuhkan investasi besar dalam hal jalan, irigasi, dan fasilitas publik lainnya. Keterbatasan infrastruktur ini berdampak langsung pada daya saing provinsi dalam menarik investasi dan mempercepat distribusi barang dan jasa.
Selain itu, kesenjangan sosial yang tinggi menjadi tantangan tersendiri. Banyak masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, khususnya di wilayah pedesaan dan pesisir. Pendidikan dan pelatihan vokasi yang memadai belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga mempersempit peluang bagi penduduk lokal untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Meskipun tantangan tersebut cukup berat, Lampung memiliki peluang besar untuk berkembang. Sebagai salah satu provinsi penghasil produk agro terbesar di Indonesia, Lampung dapat menjadi pusat industri berbasis agro dengan mengintegrasikan teknologi modern dalam proses produksinya. Kopi Lampung, misalnya, sudah terkenal di pasar global, namun nilai tambahnya masih bisa ditingkatkan melalui pengolahan dan branding yang lebih baik.
Pelabuhan Panjang dan Bakauheni juga merupakan aset strategis yang dapat dikembangkan lebih lanjut. Keduanya berperan penting dalam menghubungkan distribusi barang dari Sumatera ke Jawa dan sebaliknya. Jika dikelola dengan baik, pelabuhan ini dapat menjadi pusat logistik yang tidak hanya melayani kebutuhan domestik tetapi juga internasional. Bandara Radin Inten II, yang sudah berstatus internasional, juga membuka peluang untuk meningkatkan konektivitas Lampung dengan berbagai kota besar di Indonesia dan dunia.
Konsep Global Port City: Jalan Menuju Masa Depan
Sebagai bagian dari upaya nasional untuk mengintegrasikan pembangunan wilayah, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah menyusun konsep Bandar Lampung sebagai Global Port City. Konsep ini bertujuan menjadikan Lampung sebagai pusat logistik dan perdagangan internasional yang terintegrasi dengan jaringan global. Global Port City tidak hanya berfokus pada pengembangan infrastruktur pelabuhan, tetapi juga pada penyediaan kawasan industri, pengembangan pariwisata, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Untuk mewujudkan Global Port City, perlu adanya sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor swasta. Pembangunan infrastruktur yang berorientasi pada efisiensi logistik, seperti terminal peti kemas modern dan jalur rel kereta api menuju pelabuhan, harus menjadi prioritas. Selain itu, investasi pada pendidikan dan pelatihan vokasi di bidang logistik dan industri sangat penting untuk memastikan bahwa masyarakat Lampung dapat berpartisipasi aktif dalam transformasi ekonomi ini.
Asta Cita: Pilar Pembangunan Lampung
Asta Cita sebagai delapan cita-cita pembangunan memberikan kerangka kerja yang relevan untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang di Lampung. Berikut adalah bagaimana Asta Cita dapat diimplementasikan dalam konteks pembangunan Lampung: 1) Menghapus Kemiskinan dan Kelaparan: Program pengentasan kemiskinan perlu difokuskan pada pengembangan ekonomi berbasis komunitas, terutama di sektor agro. Penyediaan akses pasar dan teknologi bagi petani kecil dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka.
2) Pendidikan Berkualitas: Peningkatan akses pendidikan dan pelatihan vokasi yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, seperti logistik, teknologi, dan pertanian modern, harus menjadi prioritas. 3) Infrastruktur yang Inklusif: Pengembangan infrastruktur jalan, pelabuhan, dan irigasi yang berorientasi pada pemerataan akses harus dipercepat untuk mengurangi kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
4) Pembangunan Berkelanjutan: Pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan secara bijak untuk memastikan keberlanjutan lingkungan. Program reboisasi dan pengelolaan limbah industri perlu mendapat perhatian khusus. 5) Kesehatan yang Merata: Penyediaan layanan kesehatan yang merata, terutama di daerah terpencil, harus didukung oleh teknologi telemedicine dan peningkatan kapasitas tenaga medis. 6) Lapangan Kerja dan Ekonomi Kreatif: Industri berbasis agro dan pariwisata dapat menjadi penggerak utama penciptaan lapangan kerja. Pemerintah perlu mendorong investasi pada sektor-sektor ini dengan memberikan insentif dan kemudahan regulasi.
Selanjutnya 7) Konektivitas Global: Dengan posisi strategisnya, Lampung harus difokuskan sebagai hub logistik global. Pengembangan Global Port City dapat menjadi pintu masuk untuk mewujudkan konektivitas ini. 8) Kemitraan untuk Pembangunan: Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan implementasi Asta Cita di Lampung.
Mewujudkan Asta Cita dalam kebijakan pembangunan Lampung adalah langkah strategis untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi provinsi ini sekaligus memanfaatkan peluang besar yang dimilikinya. Dengan potensi geografis, sumber daya alam, dan posisi strategisnya, Lampung dapat menjadi pusat logistik, perdagangan, dan industri berbasis agro di Indonesia.
Konsep Global Port City yang diinisiasi oleh Bappenas memberikan arah yang jelas untuk menjadikan Lampung sebagai simpul penting dalam jaringan logistik global. Namun, keberhasilan ini membutuhkan komitmen kuat dari semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat. Jika dilakukan dengan baik, Lampung tidak hanya akan menjadi provinsi yang maju dan sejahtera, tetapi juga menjadi contoh sukses pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Melalui sinergi kebijakan dan implementasi yang tepat, Asta Cita dapat menjadi kenyataan di Lampung.
*) Dr. Eng. IB Ilham Malik – Tenaga Ahli Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Wilayah di Kantor Staf Presiden (KSP) 2024-2029