Miskin, Warga Kemiling Bandarlampung Ini tak Terima Bantuan Pemerintah

Kondisi dapur rumah Saptinah (61), warga Kemiling, Bandarlampung, yang dindingnya sudah tidak rapat dan gentengnya banyak yang bocor.
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Setiap hujan turun mengguyur Kota Bandarlampung, Saptinah (61) harus bekerja keras menampung air dan membuangya keluar agar rumahnya tidak kebanjiran. Air hujan yang bagi sebagian orang dianggap sebagai berkah, bagi Saptinah adalah bencana. Hujan deras dia rasakan sebagai “kiamat kecil”.

BACA: Tinggal di Kandang Sapi, Warga Lampung Selatan Ini Tidak Tersentuh Bantuan Pemerintah

Setip hujan turun bagi Saptinah berarti bencana kecil terjadi di rumahnya. Itu karena atap rumah Saptinah banyak yang bocor. Ia tak mampu memperbaikinya.

“Saya kalau ditanya-tanya kondisi rumah saya, saya pasti nangis pak. Rumah saya gentengnya banyak yang bocor, dapurnya hampir rubuh,” kata Saptinah kepada teraslampung.com di rumahnya di Kampung Kaplingan, Jalan R. Imba Kesumaratu Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera Lingkungan I RT 005, Kecamatan Kemiling, Bandarlampung, Selasa, 6 Oktober 2020.

Ibu satu anak itu bukan tidak punya niat memperbaiki rumahnya, terutama bagian dapur. Penghasilannya sebagai asisten rumah tangga (ART) tidak memungkinkan ia bisa menyisihkan uang untuk memperbaiki rumah.

BACA: Miskin dan Tinggal di Bilik Bekas Toilet, Nenek Ini Tak Pernah Terima Bantuan Pemerintah

“Gaji sebagai pembantu hanya cukup untuk makan. Suami saya meninggal delapan tahun yang lalu, anak saya satu. Gara-gara Covid-19 ini dia juga tidak kerja. Saya kerja sebagai ART digaji Rp 800 ribu/bulan,” ujarnya, sambil menangis.

Saptinah mengaku rumahya memang sudah tua, dibangun sejak 30 tahun lalu. Sejak suaminya meninggal, rumah Saptinah tidak pernah diperbaiki. Dindingnya sudah banyak yang mengelupas, sedangkan atapnya yang bocor. Jika hujan turun, air pun masuk rumah.

Meskipun faktanya termasuk kategori keluarga kurang mampu atau miskin, nama  Saptinah tidak pernah masuk dalam daftar penerima bantuan dari pemerintah.

Itulah sebabnya, ketika keluarga kurang mampu lainya mendapatkan uang atau bantuan lewat program Bantuan Non-Tunai Pemerintah (BNTP) dan Bantuan Sosial Tunai (BST), Saptinah hanya bisa bersedih.

“Kalau ada orang dapat bantuan saya sedih. Miris dan terasa teriris-iris hati saya. Kok saya tidak dapet? Kurang miskin apa saya ini?” ujarnya.

Satinah mengaku, sejak pandemi Covid-19 memang ada bantuan beras dari Pemkot Bandarlampung. Bantuan itu sasarannya adalah keluarga kurang mampu yang tidak mendapatkan BNTP atau BST. Namun, ketika para tetangganya sudah mendapat jatah lima kali, ia mengaku baru mendapatkan tiga kali.

Dia berharap, ditengan pandemi Covid-19 dimana dia menjadi tulang punggung keluarga dalam mencari uang ada bantuan dari pemerintah selain itu harapan lainnya bantuan bedah rumah dari Pemkot Bandarlampung.

“Saya harapkan ada bantuan bedah rumah dari mana saja supaya kalau hujan rumah saya tidak bocor lagi,” harapnya.

Sementara itu, Camat Kemiling Socrat Pringgodanu, ketika dikonfirmasi ada seorang warganya yang belum mendapatkan bantuan mengaku secepatnya akan memperbaiki data masyarakat belum mampu di wilayahnya.

“Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas informasinya dan secepatnya saya akan memperbaiki data masyarakat belum mampu di wilayah saya,” katanya kepada teraslampung.com lewat telepon.

“Selain itu, untuk meringankan beban Ibu Saptinah sekarang juga saya akan kirim bantuan beras,” tambahnya.

Dandy Ibrahim

Catatan Redaksi: Pada Sabtu, 10 Oktober 2020, pukul 16.51 WIB kami memperbaiki data terkait RT dalam tulisan ini. Sebelumnya tertulis “Jalan R. Imba Kesumaratu Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera nomor 5 RT 007, Kecamatan Kemiling”. Kami perbaiki menjadi “Jalan R. Imba Kesumaratu Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera Lingkungan I RT 005”. 

Kesalahan penulisan RT karena di rumah narasumber masih tertera nomor rumah dengan RT lama.

Terima kasih.