Mudik Sambil Menanam Pohon

Bagikan/Suka/Tweet:
Vokals Hutan Tropis Band, Jemi Devian, menanam pohon gaharu di Ponpes Al Hidayatullah, Sumsel, beberapa waktu lalu.
PALEMBANG, Teraslampung.com — Persoalan  lingkungan hidup di Indonesia kian hari kian kritis. Terutama
kerusakan hutan sebagai akibat perambahan, kebakaran, serta alih fungsi untuk
eksplorasi mineral dan perkebunan skala besar. Menurut Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya, luas hutan tropis di Indonesia merupakan
yang ketiga di dunia yakni 130,68 juta hektare. Namun setiap tahun kerusakan
mencapai 450 ribu hektare.
Banyak cara telah dilakukan pemerintah. Mulai dari penghijauan, penegakan
hukum, hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar hutan.
Khusus gerakan penanaman pohon, tampaknya sudah banyak dilakukan
pemerintah. Dana yang dikeluarkan pun tidak terhingga. Namun gerakan menanam
pohon tersebut masih dinilai sebagai gerakan serimonial, belum menjadi bagian
dari kebutuhan masyarakat.
Diperlukan satu gerakan yang berkesinambungan, dan lebih membangun
kesadaran manusia Indonesia untuk menanam pohon sebagai sebuah tradisi.
Hutan Tropis Band bersama sejumlah lembaga penggiat lingkungan hidup dan
budaya, seperti Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumsel, Yayasan Alam
Melayu Sriwijaya (Malaya) dan Mongabay Indonesia, dan GIZ Bioclime, menilai
aksi menanam pohon dalam disatukan dengan spirit mudik lebaran. Mereka pun
mengajak seluruh para pemudik lebaran di Indonesia tahun ini untuk melakukan
aksi penanaman pohon di kampungnya.
Mengapa mudik Lebaran? Secara harfiah mudik artinya kembali ke udik, yakni
kembali ke desa atau ke ulu. Mudik merupakan tradisi spiritual manusia di dunia,
untuk menemukan kembali nilai-nilai luhur yang telah melahirkan atau
membesarkannya.

Mudik Lebaran, selain berlangsung di Indonesia juga di Malaysia dan
Bangladesh. Contoh mudik lain di dunia, misalnya di Tiongkok mudik dilakukan
menyambut tahun baru Imlek, di Korea mudik dilakukan menyambut Chuseok. Chuseok
disebut Hari Panen, Festival Musim Panen, Hangawi yakni hari besar di tengah
musim gugur. Chuseok merupakan hari libur Korea yang dirasakan pada bulan ke-8
dan hari ke-15.