Nusa Putra
Sejarah manusia lekat erat dengan musibah. Musibah kecil, sedang, besar dan sangat dahsyat selalu terjadi sejak dulu kala. Musibah menimpa dari generasi ke generasi sepanjang sejarah. Musibah bahkan ada yang meliputi seluruh bagian bumi.
Para sejarawan mencatat berdasar sejumlah bukti yang masih ada sekarang ini, bahwa bumi pernah kejatuhan benda-benda langit yang sangat dahsyat kekuatannya. Diyakini kejatuhan benda-benda langit itulah yang menyebabkan dinosaurus hilang dari permukaan bumi dan jadi sejarah masa lalu.
Bumi mengalami perubahan luar biasa akibat kejatuhan benda-benda langit itu. Suhu bumi yang sangat dingin karena bentangan es yang sangat luas berubah menjadi layak untuk dihuni manusia. Banyak ahli berpendapat musibah dahsyat jatuhnya benda-benda langit telah sangat mengubah bumi, sehingga menjadi layak dihuni oleh manusia. Musibah, mengubah.
Jika kitab suci kita telisuri, kisah tentang musibah juga sangat banyak mengisi lembaran-lembarannya. Apakah kejatuhan Adam dan Hawa dari surga dapat dikategorikan musibah? Jika ya, maka peristiwa itu merupakan musibah paling bermakna bagi kehidupan manusia. Betapa tidak, peristiwa kejatuhan itu adalah awal mula manusia hidup di bumi. Kehidupan bumi merupakan tantangan paling beasr bagi manusia untuk kembali ke kampung halamannya yaitu surga.
Dalam konteks kitab suci, musibah selalu bertalian dengan ketidakpatuhan manusia atau perlawanan manusia pada perintah Allah. Orang yang mengingkari Nabi Nuh kena musibah banjir bandang. Begitu pula umat pada nabi-nabi berikutnya. Musibah merupakan bentuk hukuman pada keingkaran manusia terhadap ajaran Allah yang dibawa para utusan.
Oleh karena itu tidak usah heran bila pada masa kini pun, banyak orang mengaitkan musibah dengan kejahatan manusia. Musibah dipahami sebagai hukuman, atau paling tidak sebagai cobaan dan ujian, karena manusia tidak patuh.
Apapun dasar atau alasan yang menyebabkan terjadinya musibah, tetap saja musibah itu mengubah. Musibah banjir bandang yang terjadi pada zaman Nabi Nuh diyakini telah menyebabkan perubahan pada bagian tertentu bumi ini, di tempat musibah itu berlangsung dan di sekitarnya. Juga perubahan pada jumlah dan migrasi penduduk.
Semua musibah yang disebutkan dalam kitab suci terkait dengan tugas kenabian, memang diyakini dan diakui telah membuat banyak perubahan. Bukankah setiap kali musibah datang, Tuhan mendatangkan kaum yang lebih baik sebagai pengganti? Karena musibah yang terjadi biasanya bukan saja memporakporandakan negeri, juga hilangnya sejumlah besar atau semua penduduknya.
Musibah acap kali memaksa orang yang selamat atau yang datang setelah musibah, membangun pemukiman, kebudayaan dan peradaban baru di lokasi baru. Penelitian arkeologis menunjukkan kota-kota utama yang dahulu menjadi pusat pemerintahan dan hancur terkena musibah memang benar-benar ditinggalkan. Ia tenggelam baik secara fisk maupun dalam arti tak lagi diingat orang yang datang kemudian. Musibah memang sungguh mengubah.
Pada zaman moderen, musibah tidak lagi dikaitkan dengan “hukuman dari Langit” sebagaimana kitab suci menjelaskannya. Orang moderen melihat musibah dalam kategori yang sama sekali berbeda. Musibah bisa terjadi disebabkan oleh alam, manusia, dan gabungan manusia dengan alam.
Gempa bumi, erupsi gunung berapi, tsunami, angin topan dianggap merupakan musibah yang disebabkan sepenuhnya oleh alam. Dalam arti manusia tidak dapat mendorong atau mempengaruhi terjadi atau tidak terjadinya.
Sedangkan kebakaran, tabrakan, perang, bom bunuh diri, gedung runtuh lebih banyak disebabkan oleh manusia. Artinya manusia bisa mendorong atau menyebabkan terjadinya secara langsung atau tidak langsung.
Sementara itu banjir, tanah longsor, pesawat jatuh atau meledak, kapal tenggelam bisa terjadi karena sekaligus pengaruh alam dan keteledoran manusia. Kadang penyebab alam lebih dominan dan sebaliknya.
Apapun penyebabnya dan bagaiman pun musibah itu dipersepsi dan dijelaskan, satu hal pasti. Musibah itu mengubah.
Pencanggihan pesawat terbang, kapal laut, kereta api, mobil, motor dan semua peralatan yang dibuat untuk kepentingan manusia dilakukan karena pernah terjadi musibah terkait dengan ciptaan manusia itu. Para pembuatnya tidak mau musibah terjadi lagi pada pesawat atau mobil yang diciptakannya. Karena itu ia mengubahnya, membuatnya bertambah canggih. Bila kini awan cumulusnimbus menjadi salah satu penghalang utama dan penyebab pesawat jatuh. Pada masa depan mungkin pesawat tidak perlu menghindar dan tidak terganggu lagi karena ada alat yang membuat awan berbahaya itu yang menghindar saat pesawat mendekatinya. Manusia adalah makhluk kreatif yang mampu menciptakan banyak hal.
Artinya, musibah tak terelakkan pasti terjadi. Entah kapan, entah apa penyebabnya, dan siapa korbannya. Selama musibah disikapi dengan positif, akan banyak perubahan ke arah positif yang bisa dilakukan.
Prinsip ini juga berlaku dalam kehidupan pribadi setiap orang. Siapakah di antara kita yang bisa bebas dari musibah dalam bentuk berbagai masalah hidup karena kesalahan dan kekhilafan? Saat musibah itu sedang dan baru terjadi pastilah kita terpukul, tersayat, terpuruk, bahkan ingin bunh diri karena tidak tahu harus berbuat apa menghadapinya. Namun, bila tetap bersikap dan berfikir positif, tentulah ada jalan keluar.
MUSIBAH MEMANG MAMPU HANCURKAN KITA, NAMUN BILA DISIKAPI SECARA POSITIF, BISA MENGUBAH KE ARAH YANG LEBIH BAIK.
* Dr. Nusa Putra, M.Pd adalah dosen UNJ