Zainal Asikin | Teraslampung.com
BANDARLAMPUNG–Inisiatif perdamaian dan kepedulian kemanusiaan, tidak selalu muncul dari tokoh. Semangat perdamaian yang dilandasi kemanusiaan, justru lahir dari orang-orang sederhana yang mempunyai kepekaan sosial tanpa motivasi apa-apa. Itulah yang ditunjukkan musisi kemanusiaan asal Lampung, Kim Commanders yang terus menyuarakan perdamaian dan kepedulian kemanusiaan melalui musik.
Pria kelahiran Lampung 24 April 1973 berdarah Lampung dan Padang bernama Lukman Hakim dikenal dengan sapaan Kim Commanders ini, memang bukanlah musisi top dibelantika musik di Indonesia melainkan sebagai musisi jalanan Lampung.
Meski sebagai musisi jalanan, akan tetapi karya lagu Kim Commenders berjudul “Childern With No Land” yang menceritakan tentang kisah derita anak-anak tak berdosa korban dari suatu Negara yang berkonflik (perang) dan menjadi pengungsi, sempat menghentakkan musisi dunia karena lagunya merajai tangga lagu dunia ‘Reverbnation’ dalam kategori “Balada” tahun 2016 silam.
Selain merajai tangga lagu dunia ‘Reverbnation’, lagu balada karya Kim Commanders pernah mendapat penghargaan dari PBB. Berkat karyanya menggaungkan tentang anak-anak, Kim mendapat penghargaan dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) pada September 2016 lalu.
Pada Februari 2018 lalu, lagu “Childern With No Land” karya Kim pernah meraih penghargaan diajang lagu-lagu dunia ‘Word Song International Contest’ sebagai pemenang pertama di Negara Rusia.
Sebelumnya, Kim bersama istrinya Eva Lulut dan anaknya tinggal di Jalan Ikan Pari Blok D Kebon Pisang, Kelurahan Telukbetung, Kota Bandarlampung. Saat ini sekitar lima tahun, Kim dan keluarganya tinggal di Tiyuh (Desa) Tunas Jaya SP1C, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulangbawang Barat, Lampung.
Dari pelosok desa Tunas Jaya inilah, Kim Commanders menyuarakan perdamaian dan kepedulian kemanusiaan baik itu untuk Indonesia maupun dunia melalui karya musik dan lagunya.
Tidak hanya itu saja, Kim juga kini tengah merintis sebuah bimbingan belajar bahasa Inggris untuk anak-anak pelosok kampung di desa tempat tinggalnya yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.
“Mudah-mudahan ilmu dan pengalaman yang saya dapat, bermanfaat untuk semua anak bangsa di negeri ini (Indonesia),”kata Kim Commanders kepada teraslampung.com usai proses rekaman lagu bersama pelajar SD dan SMAN 1 Gunung Agung, Tulangbawang Barat, Minggu (4/6/2023) siang kemarin.
“Asa Sang Anak Bangsa” untuk Indonesia
Pada kesempatan itu, Kim mengungkapkan, saat ini dirinya tengah menggarap sebuah progres bersama Pemerintah daerah Tulangbawang yakni ‘Menyuarakan Perdamaian dari Pelosok Desa di Lampung’ melalui karya lagu ciptaannya berjudul “Asa Sang Anak Bangsa”.
Pada penggarapan lagu “Asa Sang Anak Bangsa” ini, melibatkan puluhan pelajar SD, SMA, guru, pegawai Pemda Tulangbawang, personel Polres Tulangbawang, Kodim Tulangbawang, TNI AU Pangkalan Udara (Lanud) Pangeran M. Bunyamin Astra Ksetra Tulangbawang dan pegawai Kejari Tulangbawang.
“Dalam aransmen lagu “Asa Sang Anak Bangsa” ini, saya mengolaborasikan instrumen musik modern dengan musik daerah etnis Lampung (gamolan), Bali dan Jawa (gamelan). Proses aransmen musik, saya menggandeng musisi jalanan lampung Riyan Sardun dan Orkestra dipimpin Rio Martin,”kata Kim.
Konsepnya, kata Kim, sebelum lagu “Asa Sang Anak Bangsa” ini dinyanyikan, dibuka dengan pembacaan Pancasila terlebih dulu seorang anak pelajar kelas 1 Sekolah Dasar (SD) bernama Lakeysha Al-Meddina Hakim yang memiliki talenta dan bakat bernyanyi.
“Hal itu dimaksudkan, agar kita yang dewasa ini kembali belajar tentang makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Karena ideologi negara kita Pancasila, selama ini hanya dijadikan sebagai hiasan dinding di rumah dan ruang kerja kerja (kantor) saja,”ujarnya.
“Untuk proses latihannya, memakan waktu satu bulan lebih. Setelah itu, dilakukan proses rekaman lagu dan pembuatan video klipnya. Penggarapan aransmen musiknya, selama tiga pekan,”kata bapak tiga orang anak ini.
Sedangkan dalam pembuatan video klipnya nanti, baik itu anak-anak pelajar SD, SMA, guru, pegawai Pemda Tulangbawang, personel Polres Tulangbawang, Kodim Tulangbawang, Lanud Pangeran M. Bunyamin Astra Ksetra Tulangbawang dan Kejari Tulangbawang dengan mengenakan baju adat dari berbagai daerah di Indonesia.
“Lokasi pengambilan video klipnya, rencananya akan dilakukan di tiga lokasi yakni di sekitar Sungai Cakat dan Pangkalan Udara (Lanud) Pangeran M. Bunyamin Astra Ksetra Tulangbawang serta di Menara Siger Kabupaten Lampung Selatan,”ungkapnya.
Menurutnya, Ia mengemas karya itu dengan melibatkan berbagai unsur, agar pesan dalam lagu itu bisa tersampaikan. Anak-anak sengaja dilibatkan, agar perdamaian itu dapat tercipta dan lebih tepat dan cepat sampai melalui anak-anak.
“Melalui anak-anak inilah, kita bisa belajar perdamaian dan tidak ada perbedaan atau perpecahan diantara sesama. Meraka (anak-anak) saja bisa berdamai dengan segala perbedaan, kenapa yang dewasa tidak bisa?”terangnya.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Bupati Tulangbawang Qudrotul Ikhwan serta Forkopimda Tulang Bawang yang telah menyambut baik karya saya ini,”ucapnya.
Melalui karyanya itu, Kim pun berharap siapapun nanti yang akan memimpin Negara ini kedepan, kami memohon jangan ada perbedaan dan buatlah kami damai di tanah Sang Pertiwi dalam nadi Merah Putih di atas satu jiwa..INDONESIA..!!.
“Pesan kami sebagai anak bangsa untuk para calon pemimpin, agar selalu menjaga perdamaian di Bumi Pertiwi ini. Harapannya, semua manusia di dunia ini agar dapat menanamkan nilai-nilai kemanusiaan terhadap semua. Terlebih lagi, terhadap anak-anak yang ada di belahan dunia ini,”harapnya.
Kim menceritakan, lagu “Asa Sang Anak Bangsa” itu Ia ciptakan pada tahun 2018 lalu, dimana pada masa itu ia melihat semakin banyak saja para pejabat dan juga wakil rakyat (DPR) merasa paling hebat sendiri. Banyak yang hanya bicara tanpa bukti dan jual janji sana sini, ribut, riuh, ricuh di dalam gedung yang terhormat.
Kemudian antar suku saling bertikai, lalu antar pemuka agama saling merasa paling benar. Sementara mental Korupsi dan ketidakadilan terjadi dimana mana. Pengabdian terhadap bangsa, hanya sebagian kecil saja yang memiliki.
“Tahukah kita, bahwa para pejuang terdahulu meraih kemerdekaan dengan tetes darah dan air mata?. Mereka raih kemerdekaan ini hanya untuk Ibu Pertiwi, dan dititipkan kebahagiaan itu untuk anak-anak bangsa. Sebagai rakyat jelata, saya merasa miris melihatnya,”pungkasnya.
Sementara anak-anak pelajar SD yang ikut dilibatkan dalam progres penggarapan lagu ”Asa Sang Anak Bangsa” usai melakukan proses rekaman menuturkan, pesan yang ingin mereka sampaikan melalui lagu itu adalah negeri ini tetap rukun dan damai.
“Harapannya, semoga negeri ini selalu rukun dan damai,”ucap mereka kepada teraslampung.com.
Begitu juga dengan para pelajar SMAN 1 Gunung Agung menyampaikan harapannya kepada pemimpin negeri ini yang akan datang.
“Pemimpin yang memikirkan rakyat, berpihak pada rakyat dan tetap menjaga perbedaan di Indonesia untuk bersatu,”ungkap para pelajar SMA ini.
Berikut syair lagu “Asa Sang Anak Bangsa”
Lihatlah dengan hatimu, Tertatih langkah ibu pertiwi
Karena kita saling membenci, Hilang sudah martabat diri
Kurindu damai dihati, Indah berbagi tiada menyakiti
Dan jangan lagi saling berlaga, Kita semua bersaudara
Pengabdian sejatikan selalu memberi mulya arti, Jangan biarkan pergi rasa saling menghargai
Wujudkan bakti dengan jiwa Satu tululus untuk semua, Hingga suatu saat damai ini kan menuntun pulang
Kurindu damai dihati, Indah berbagi tiada menyakiti
Dan jangan lagi saling berlaga, Kita semua bersaudara
Pengabdian sejatikan selalu memberi mulya arti, Jangan biarkan pergi rasa saling menghargai.
Wujudkan bakti dengan jiwa Satu tululus untuk semua, Hingga suatu saat damai ini kan menuntun pulang.
Indonesia tinggi kujunjung, merah putih nadiku bernaung.
Selain karya lagu pertamanya berjudul Childern With No Land yang pernah merajai tangga lagu dunia ‘Reverbnation’ tahun 2016 silam, Kim juga telah merilis beberapa karya lagu balada versi bahasa Inggris lainnya berjudul One World For Children (Satu Dunia Untuk Anak-Anak), A Voice of Refugees (Suara Pengungsi), Sing No to War Yes to Peace (Nyanyikan Tidak Untuk Perang Ya untuk Damai), This War Is Not For Us (Perang Ini Bukan Untuk Kita) dan We Miss That Moment (Kami Merindukan Momen Itu).
Beberapa lagu karyanya itu, dikemas dalam satu album berjudul ”From Lampung For World Peace” (Dari Lampung Untuk Perdamaian Dunia).
Kim mengemas semua lagu karyanya itu dalam bahasa Inggris, karena pesan yang disampaikan dalam lagu itu tidak hanya untuk anak Indonesia tapi kepada anak-anak di seluruh belahan dunia.
Selain lagu yang dikemas dalam bahasa Inggris, Kim juga menciptakan lagu berbahasa Indonesia seperti Merah Putih Didenyut Nadi, Kita dan Air Mata (korban Covid-19), Asa Sang Anak Bangsa, Pemilih Cerdas, Balada Sang Anak TKW dan masih banyak lainnya lagi.
Kim bukan hanya sebagai saksi, tapi juga sebagai sosok figur komunikatif dan memiliki daya guna membangkitkan optimisme masyarakat dari kebiasaan tidak baik menjadi lebih baik.
Tidak hanya sebagai musisi, hal positif lainnya dilakukan Kim yakni menumbuhkan minat baca kepada anak-anak dan belajar edukasi lainnya serta ikut beperan membantu penggiat literasi di Lampung mendonasikan buku-buku.
Seperti halnya penggiat literasi Sugeng Haryono yang dikenal dengan “Motor Pustaka’ asal Lampung Selatan yang pernah dipanggil oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Selain itu, penggiat literasi Deki Afrizal yang mendirikan perpustakaan Taman Baca Masyarakat (TBM) “Kampung Merdeka” yang berlokasi dipinggiran kali (sungai) Belau, Kelurahan Kuripan, Telukbetung Barat, Kota Bandarlampung.
Kemudian penggiat literasi “BMX Pustaka” bernama Khoirul Alfine Romadhony yang menularkan minat baca kepada teman-teman seusianya sekolah SD di Desa Negeri Agung, Kecamatan Gunung Pelindung, Kabupaten Lampung Timur.
Tidak hanya itu saja, Kim juga memotori menggalang bantuan untuk salah satu sekolah SD di Kuala Sidang, Kecamatan Rawajitu Utara, Kabupaten Mesuji, Lampung, dimana kondisi bangunan sekolah itu berdinding papan dan beratap anyaman daun kelapa.
Kim bersama para relawan di Lampung, memberikan bantuan di sekolah SD di Kuala Sidang itu berupa perlatan sekolah seperti buku-buku, alat tulis, seragam sekolah dan lainnya.