Obituari: Gabriel Garcia Marquez, Peraih Nobel Sastra dan Tokoh Realisme Magis Berpulang

Bagikan/Suka/Tweet:
Gabriel Garcia Marques (foto: washington post)
Bandarlampung,–Penulis peraih Nobel Kesusastraan asal
Kolombia, Gabriel Garcia Marquez, meninggal dunia dalam usia 87 tahun, Kamis 17
April 2014. Penulis besar yang juga berpengaruh bagi para penulis sastra di
Indonesia itu meninggal setelah sempat beberapa hari dirawat di rumah sakit.
Pada akhir Maret 2014 lalu Marques l masuk rumah sakit karena menderita infeksi
dan dehidrasi. Akhir-akhir ini Marques juga mengalami pernapasan.
“Gabriel Garcia Marquez sudah meninggal dunia Mercedes
(istrinya) dan kedua putranya, Rodrigo dan Gonzalo, memberikan wewenang kepada
saya untuk menyampaikan informasi tersebut. Kesedihan yang mendalam,” kata
salah seorang juru bicara keluarga, Fernanda Familiar, lewat pesan Twitter,
Jumat (18/4). Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos, menyampaikan penghormatan
kepadanya melalui Twitter.
Pekan lalu, penulis yang menulis dalam bahasa Spanyol dan
sudah 30 tahun terakhir tinggal di Meksiko itu dipulangkan kembali ke rumahnya
namun kondisi kesehatannya dilaporkan ‘amat ringkih’ karena usia tuanya.
Karya Marquez yang paling terkenal adalah One Hundred Years
of Solitude
(Seratus Tahun Kesunyian) yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa di dunia,
termasuk Bahasa Indonesia. Novel yang ditulisnya pada tahun 1967 itu sudah
terjual lebih dari 30 juta buku di seluruh dunia dan meraih Nobel Kesusastraan
pada tahun 1982.
Beberapa novel lainnya yang juga mendunia antara lain Love in the Time of Cholera,Chronicle of a
Death Foretold
, dan The General in
His Labyrinth.
Gaya bertuturnya yang hidup dengan cerita mencampurkan
kenyataan serta gaib menempatkan dia menjadi pelopor aliran sastra yang disebut
realisme magis. Realisme magis inilah yang juga berkembang dalam kazanah sastra
Indonesia, termasuk di Lampung.
Sebagai sastrawan, Garcia Marquez tidak hanya dikenal di
negaranya dan di Amerika Latin. Ia juga sangat familiar di kalangan sastrawan
Indonesia, terutama kalangan sastrawan dan pengamat sastra yang menggeluti
reaslisme magis.
Di dunia sastra, Gabriel Garcia Marquez merupakan penulis
berbahasa Spanyol paling populer di dunia setelah Miguel de Cervantes yang
hidup pada abad ke-17. Marques berhasil memunculkan perbandingan dirinya dengan
Mark Twain dan Charles Dickens.
Selain sebagai sastrawan, Marques juga  dikenal sebagai seorang jurnalis, penerbit, dan aktivis
politik di Kolombia. Ia dilahirkan di kota Aracataca di kawasan Magdalena. Namun,  hidupnya kebanyakan dijalaninya di Meksiko dan Eropa. Saat ini ia banyak
menghabiskan hidupnya di Mexico City. Ia  memulai kariernya sebagai jurnalis  untuk harian Bogotá, El Espectador, dan belakangan bekerja sebaga ikoresponden asing di Roma, Paris, Barcelona, Caracas, dan New York City.
García Márquez secara umum dipandang sebagai tokoh utama dari
gaya sastra yang dikenal sebagai realisme magis, meskipun tidak semua karya-karyanya mengandung unsur realisme magis.
Karya besarnya yang pertama adalah Kisah tentang Seorang
Pelaut yang Karam
(Relato de un náufrago), yang ditulisnya sebagai cerita
bersambung  di koran  pada 1955. Buku ini menceritakan kisah nyata tentang
sebuah kapal karam dengan mengungkapkan kenyataan bahwa kehadiran barang-barang
gelap di sebuah kapal Angkatan Laut Kolombia, yang membuat kapal itu kelebihan
muatan, telah ikut menyebabkan karamnya.
Hal ini menimbulkan kontroversi publik, karena cerita itu
membantah laporan resmi mengenai kejadian sekitar kecelakaan itu, yang
mempersalahkan badai dan mengagungkan si pelaut yang selamat. Cerita ini
menjadi awal dari pekerjaannya sebagai koresponden asing, karena García Márquez
menjadi semacam persona non grata untuk pemerintahan Jenderal Gustavo Rojas
Pinilla. Kisah ini kemudian diterbitkan pada 1970 dan dianggap oleh banyak
orang sebagai sebuah novel.
Beberapa karyanya digolongkan sebagai fiksi dan juga
non-fiksi, khususnya Kronik tentang Maut yang telah Diramalkan (Crónica de una
muerte anunciada) (1981), yang mengisahkan cerita pembunuhan balas dendam yang
direkam dalam koran-koran, dan Cinta di Kala Wabah Kolera (El amor en los
tiempos del cólera) (1985), yang didasarkan secara bebas pada kisah berpacaran
orangtuanya. Banyak dari karya-karyanya, termasuk kedua buku di atas,
berlangsung dalam “alam García Márquez”, yang tampil kembali dari
buku ke buku dalam bentuk tokoh-tokohnya, tempat-tempat dan
kejadian-kejadiannya.
Novelnya yang terkenal, Seratus Tahun Kesunyian (Cien años de
soledad) (1967; (terjemahan bahasa Inggris oleh Gregory Rabassa 1970), telah
terjual lebih dari 10 juta eksemplar. Novel ini mengisahkan kehidupan tentang
sebuah desa Amerika Selatan yang terasing di mana kejadian-kejadian aneh digambarkan
sebagai hal-hal yang biasa.

Cerita itu dinilai
banyak pembacanya  mengandung kenyataan
yang magis sekaligus merupakan sebuah refleksi filsafati tentang hakikat waktu
dan keterasingan. Sejumlah kritikus mengatakan bahwa buku ini kurang mengandung
sifat cerita rakyat, yang merupakan prasyarat dari realisme magis, karena itu
tidak dapat dikategorikan demikian. (Oyos Saroso HN)


Sumber: bbc, washington post, wikipedia

Berita Terkaiit: