Obituari: Sahabatku Bambang Ekalaya, Pejuang yang Terbuang

Bambang Ekalaya. Foto: dok Facebook Bambang Ekalaya
Bagikan/Suka/Tweet:

Oleh: Munarman

…Sebutir peluru yang tertinggal dibawah bantalnya/Kuberi tali jadikan kalung lalu kukenakan/Sekedar mengingatmu kawan yang terus berlari/Selamat jalan kawan selamat renangi air mata/Hey sahabat yang terbuang engkau sahabatku tetap sahabatku/Engkau sahabatku tetap sahabatku

Syair lagu  bertajuk Engkau Tetap Sahabatku dari Iwan Fals di atas sedikit cara untuk menggambarkan perjuangan sahabatku Bambang Ekalaya, yang hari ini Jumat 22 Desember 2023 mengembuskan napas terakhirnya. Jumat, sekitar pukul 17.00 WIB , istri almarhum, Tina, biasa dipanggil, menghubungi istriku. Persahabatan kami juga sampai persahabatan istri kami dan bahkan anak kami. Oleh karenanya bukan sekadar sahabat. Bahkan lebih.

Dalam perjalanan ke ciamis, untuk urusan keluarga, saya tersentak, kaget dan sedikit bingung mendengar kabar duka dari istri almarhum. Sebab pagi hari jumat sekitar pukul 07.00, almarhum masih memposting di WhatsApp Group (WAG).

Setiap hari sahabatku Bambang Ekalaya, para sahabar dekatnya sering memanggilnya BE, memosting berbagai hal. Mulai isu politik hingga humor humor segar untuk mengisi waktu.

Pertemuan saya terakhir dengan almarhum terjadi di rumah saya, tepat seminggu yang lalu, yaitu Jumat, 15 Desember 2023. Bersama Gian dan Fenta, kami berempat diskusi berat hingga ringan sambil menikmati makanan khas Palembang.

Kondisi kesehatan BE dalam beberapa tahun terakhir menurun sejak kadar gula darah tinggi dan terkena serangan stroke.

Perkenalan saya dengan BE lebih kurang terjadi sekitar tahun 1994 – 1995. Bersama almarhum Desmon J Mahesa, almarhum BE dan saya ikut menjadi peserta simposium lingkungan hidup di Palembang. BE peserta dari Lampung sementara Desmon peserta dari Kalsel.

Dalam acara tersebut, selain acara resmi lingkungan hidup, kami, saat itu sebagai aktivis muda, juga mendiskusikan untuk membangun gerakan aktivis muda guna merespon situasi politik di bawah orde baru yang menurut penilaian kami saat itu makin menjadi rezim yang anti kritik dan sarat KKN serta kejam dan bengis terhadap rakyat. Kami saat itu memilih berada di posisi untuk membela rakyat yang tertindas dan terzalimi Namun, ternyata KKN, korupsi, dan kebengisan serta kekejaman terhadap rakyat, hingga hari ini masih terus terjadi. Dan celakanya, teman-teman BE yang dulu bersama berjuang di barisan rakyat, saat ini justru berada di barisan para penindas dan tidak terlihat ikhtiar melalui kekuasaan yang sedang mereka pegang selaku the ruling class untuk memperjuangkan yang dulu selalu mereka teriakan.

BE ini seorang yang tangguh. Ketika Aceh tengah bergolak, dia dengan kemahiran selaku investigator, bisa masuk ke daerah konflik di Aceh tanpa terdeteksi. Hasil kerja BE di Aceh inilah yang kemudian saya lanjutkan. Jadi, BE sebagai perintis untuk memulai perjuangan dengan perspektif HAM, masuk ke Aceh di tengah intensitas konflik yang tinggi antara GAM dan TNI saat itu. Saya hanya melanjutkan kerja rintisan BE di Aceh dengan menjadi direktur LBH Banda Aceh merangkap koordintor Kontras Aceh.

Lalu di tahun 1999-2000, di tengah meletusnya konflik Ambon, lagi lagi BE terjun sebagai investigator ulung di tengah konflik Ambom untuk mencari informasi akurat dari kedua belah pihak. Dan Alhamdulillah, BE berhasil dalam penugasan baik di Aceh maupun di Ambon.

Dengan latar belakang  sebagai aktivis HMI, di tahun tahun 1995 hingga 1998, ketika masa krisis politik dan ekonomi saat itu, BE menjadi salah satu pemain kunci dalam pergerakan kelompok aktivis muda saat itu. Bahkan saat peristiwa penculikan aktivis pada tahun tahun tersebut, BE menjadi salah satu yang mengadvokasi kasus penculikan tersebut melalui payung YLBHI dan Kontras.

Di kalangan aktivis Lampung, nama BE disegani dan dihormati baik oleh kawan maupun lawan.
Karena bukan saja beraktivitas di Lampung, BE menjelajah berbagai pelosok wilayah konflik di seluruh penjuru Indonesia.

Aktivitas yang bersentuhan dengan “dunia tepi jurang” sering kali dilakukan oleh BE, dan karena aktivitas tersebut, BE seringkali difitnah dan dighibah secara politik. Padaha,  semua “aktivitas tepi jurang” tersebut dia lakukan demi untuk membela dan memperjuangkan rakyat dan teman-temannya yang terancam bahaya rezim otoriter opressif.

Saat BE sedang mendapatkan kelapangan rezeki, BE selalu berbagi dengan sahabat sahabatnya. Baik berupa peluang usaha bersama atau berbagi hasil dari bisnis yang dia lakukan. BE tidak segan segan memberikan dalam jumlah yang cukup besar bagi ukuran para aktivis saat itu. Jiwa dan karakter selalu berbagi dari seorang BE, terus melekat sepanjang hidupnya dan bahkan saat rezekinya dalam kondisi sempit, tetap saja BE mau berbagi.

Karakter pejuang dari seorang BE ini, dalam arti selalu memikirkan kondisi teman temannya, baik ekonomi maupun yang sedang terzalimi oleh sistem politik, tidak pernah hilang. BE bisa diibaratkan lilin yang membakar dirinya untuk menerangi dan memberi cahaya lingkungan sekitarnya. Bahkan di tengah kondisi kesehatannya yang rapuh dalam beberapa tahun belakangan, BE masih saja beraktivitas untuk membuka peluang bagi sahabat sahabatnya, apalagi sahabatnya yang sedang mengalami musibah. BE akan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan perhatian kepada teman dan sahabatnya, walau kondisi tubuhnya ringkih digerogoti penyakit.

 

Saya bersaksi bahwa BE adalah seorang pejuang yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri walau dirinya harus menerima resiko di fitnah, diasingkan, dijauhi, dan dituduh macam macam. BE adalah contoh pejuang yang terbuang oleh sistem, tersandera oleh sistem dan terasingkan oleh sistem. Sistem yang dulu dia perjuangkan untuk ramah terhadap rakyat, ramah terhadap orang orang terbuang lainnya. Namun justru BE digulung oleh sistem yang dia punya andil besar untuk mengubahnya.

Wafatnya BE di hari Jumat salah satu untuk menandakan bahwa BE berakhir dengan husnul khatimah. “Tidaklah seorang Muslim wafat di hari atau malam Jumat, kecuali Allah menjaganya dari fitnah kubur. (HR al-Tirmidzi).

Selamat jalan sahabatku. Selamat renangi air mata, lukamu adalah lukaku, hey sahabatku, engkau tetap sahabatku walau dunia berkata sebaliknya.

Maafkan aku yang tak bisa mengantarmu ke peraduan terakhirmu.
Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu.

“Ya Allah, ampunilah dia, belas kasihanilah, hapuskanlah dan ampunilah dosa-dosanya.”