Citra Satelit yang menggarkan cuaca buruk di Mekkah beberapa jam sebelum musibah Majidil Haram. |
TERASLAMPUNG.COM--Lima hari berlalu, duka masih menyelimuti jaaah haji Indonesia dan keluarga, setelah sebuah derek berukuran raksasa (crane) jartuh di Masjidil Haram, Mekkah, 11 September lalu.
Jumlah korban meninggal mencapai ratusan orang. Sedangkan korban meninggal asal Indonesia, hingga Selasa (15/9/2015) menurut Kementerian Agama RI adalah 11 orang.
Di balik musibah itu, belakangan muncul pelbagai analisis terkait penyebab jatuhnya derek. Salah satunya adalah faktor cuaca. Beberapa hari menjelang musim ibadah haji, Arab Saudi memang sedang dilanda cuaca buruk.
Lihat juga video “Strong wind blows into Masjidil Haram in Makkah” yang diunggah Ethan Hunt di youtube:
Menurut ahli teknik fisika alumni UGM, Ma’rufin Sudibyo, sekitar 3-4 jam sebelum peristiwa memilukan itu terjadi curah hujan di Kota Makkah dan sekitarnya memang buruk.
“Berdasarkan citra satelit cuaca dari RealEarth Hydro Estimator Rainfall memang sangat tidak bersahabat,” katanya.
Versi animasi tujuh jam penuh (pukul 14.00 hingga 23 .00 waktu setempat) menunjukkan cuaca sangat buruk. Hal itu bisa dilihar di: https://pbs.twimg.com/tweet_video/COtUcx1UAAAVlv1.mp4
Di sana tampak sekali bahwa Kota Mekka diguyur hujan deras sejak pukul 16 lokal hingga sekitar dua jam kemudian. Hujan deras ini diturunkan dari awan Cumulonimbus yang memang berkembang di atas kota Makkah pada saat yang sama.
Hal itu bisa dilihat di sini https://pbs.twimg.com/tweet_video/COrICRSUwAAdxJe.mp4.
“Awan Cumulonimbus inilah yang diyakini menyebabkan cuaca ekstrim bagi Makkah saat itu,” kata Ma’rufin.
Ma’rufin menunjukkan data Badan Meteorologi dan Lingkungan Saudi Arabia (PME) yang membeberkan pada saat yang sama Mekkah diguyur hujan deras dan petir. Angin ketika bertiup kencang, yakni hingga 60 km/jam.
“Hembusan angin yang sangat kencang menyebabkan lengan-ayun raksasa (baca: derek/crane) yang dipakai untuk mendukung pembangunan perluasan Masjidil Haram roboh ke arah lapangan thawaf,” katanya.
Tentu saja, kita tidak bisa menyalahkan pemeringah Arab Saudi terkait musibah itu. Publik awam yang kurang paham acap menyayangkan kenapa perluasan Masjidil Haram dilakukan pada musim haji. Ya, publik awam tidak paham bahwa tanpa musim haji pun Masjidil Haram akan selalu ramai. Tiap menjelang waktu shalat wajib, nyaris tidak ada tempat tersisa di semua bagian lantai masjid.
Kondisi itulah yang menyebabkan pemeringtah Arab Saudi melakukan perluasan Masjidil Haram.
Dewira/Bambang Satriaji