Pandemi Covid-19, Siswa Menahan Kerinduan Belajar Tatap Muka

Siswa SDN 1 Sidomulyo mengerjakan tugas sekolah secara daring (online) di salah satu rumah siswa di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.
Siswa SDN 1 Sidomulyo mengerjakan tugas sekolah secara daring (online) di salah satu rumah siswa di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

LAMPUNG SELATAN—Aktivitas bersekolah yang dilakukan siswa dengan guru didalam kelas atau pembelajaran tatap muka (PTM), memang suatu hal yang tak tergantikan jika dibandingkan dengan pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring). Suasana belajar tatap muka, begitu dirindukan para siswa meski saat ini mereka harus menahannya karena situasi pandemi Covid-19.

Rasanya tak ada perbedaan pada pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) pada tahun ajaran baru 2021 di Provinsi Lampung dan khususnya di Kabupaten Lampung Selatan, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), TK, SD, SMP, SLTA hingga perguruan tinggi harus kembali melaksanakan pembelajaran dalam jaringan (daring) atau online.

Pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar atau KBM tatap muka di Provinsi Lampung, hingga saat ini belum bisa ditentukan dan masih menunggu instruksi dari Kemendikbud Ristek.

Sudah setahun lebih, yakni sejak Maret 2020 situasi pandemi Covid-19 meniadakan semua kegiatan di sekolah. Keseruan belajar disekolah berganti menjadi daring. Tak ada lagi kehangatan dan keakraban yang terbangun oleh siswa, karena kini interaksi antara siswa dengan guru hanya terjadi dalam dunia maya.

Kerinduan belajar tatap muka terus mengalir, karena kebanyakan siswa mulai jenuh dan berharap situasi pandemi Covid-19 segera berakhir dan kembali normal seperti dulu. Meski sebelum terjadi pandemi Covid-19, banyak siswa ingin cepat-cepat libur sekolah bahkan ada juga yang bolos sekolah.

Tidak dipungkiri, akibat pandemi Covid-19 semua kegiatan masyarakat dibatasi termasuk pembatasan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring (online) guna menekan penyebaran virus corona (Covid-19).

Kini ketika mendapat kesempatan belajar jarak jauh dari rumah setelah pandemi Covid-19 melanda negeri ini sejak Maret 2020 lalu hingga tanpa batas waktu yang pasti, membuat banyak siswa merasakan kebosanan. Mereka rindu sekolah, rindu teman-teman, rindu ruangan kelas dan rindu dengan gurunya.

Meski kerinduan belajar tatap muka itu tak terbendung, kegiatan sekolah secara daring atau jarak jauh menjadi pilihan terbaik hingga saat ini demi terlindunginya siswa dari paparan Covid-19.

Keputusan itu terpaksa harus dijalani, baik itu pihak sekolah, guru, siswa hingga orangtua siswa harus menerimanya. Meskipun tak jarang berbagai kendala pembelajaran daring, masih kerap ditemukan.

Seperti yang diungkapkan Reja (13), pelajar kelasa VI SDN 1 Sidomulyo Lamsel ini mengaku bosan dan menginginkan belajar tatap muka kembali. Ia dan juga teman-teman sekolahnya, sudah rindu sekali memakai seragam sekolah dan kembali ke bangku sekolah belajar disekolah seperti dulu.

“Kangen pergi ke sekolah dan belajar di sekolah. Harapannya, kapan belajar tatap muka dibolehkan lagi karena saya dan teman-teman sudah kangen belajar tatap muka,”ucapnya kepada teraslampung.com, Minggu (22/8/2021).

Belajar sendiri dirumah dan secara daring kurang serius, karena hasilnya lebih maksimal belajar tatap muka. Menurutnya, terkadang ia belajar kelompok yang di pandu sama guru, dengan maksimal 8 orang dari 27 siswa kelas Vl SD.

“Kalau belajar sama guru kan lebih fokus, pelajaran yang tidak paham bisa bertaya. Kalau belajar sendiri di rumah, mau taya sama siapa kalau tidak tahu jadi pusing. Seperti belajar daring matematika belum lama ini, nilainya 0 semua karna rumit dan juga gak paham cara mengerjakannya,”kata dia.

Sementara salah satu siswa SMAN 1 Sidomulyo, Virgiawan kepada teraslampung.com mengatakan, tak ada yang dirasa berbeda dibandingkan penyelenggaraan tahun ajaran baru dari tahun sebelumnya dan juga sekarang ini.

Siswa kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Sidomulyo, saat sedang mengerjakan tugas sekolah bersama secara daring di salah satu rumah siswa di Desa Sidodadi, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.
Siswa kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Sidomulyo, saat sedang mengerjakan tugas sekolah bersama secara daring di salah satu rumah siswa di Desa Sidodadi, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan.

Dia mengaku, sejak ia masuk menjadi siswa didik baru di SMAN 1 Sidomulyo tahun ajaran 2020 hingga saat ini naik ke kelas XI, sama sekali belum pernah merasakan belajar tatap muka karena situasi pandemi Covid-19 melanda negeri ini dan khususnya Lampung Selatan.

Apalagi, Lampung Selatan belum lama ini masuk 7 daerah berstatus zona merah penyebaran Covid-19 dan menerapkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4, membuat pelajar di Lampung Selatan lagi-lagi tertunda untuk belajar tatap muka.

“Ingin sekali sekolah belajar tatap muka, begitu juga dengan teman-teman saya lainnya. Karena sejak masuk menjadi siswa didik baru di SMAN 1 Sidomulyo hingga sekarang ini, sama sekali belum pernah belajar tatap muka. Bahkan baju seragam sekolah dan lainnya pun, belum pernah terpakai sampai saat ini,”kata siswa kelas XI MIPA 2 ini.

Hal itu juga diamini oleh teman-teman sekolahnya yang sedang melakukan tugas sekolah secara daring di rumahnya.

Menurutnya, Ia memilih kelas tatap muka di sekolah ketimbang daring (online), karena belajar daring tidak bisa fokus. Selain itu, Ia mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang diberikan guru, belum lagi kelas daring kurang interaktif lalu cenderung satu arah dan juga banyak pekerjaan rumah.

“Guru kasih materi, tapi tidak ada penjelasan secara rincinya bagaimana cara mengerjakannya. Selang beberapa menit kemudian, memberikan soal dan itulah yang menjadi kendala kesulitan kami belajar daring,”ujarnya.

Tapi kalau kasus penyebaran Covid-19 di Lampung dan khususnya Lampung Selatan ini belum juga reda, Ia memilih lebih baik belajar di rumah saja dan mengikuti aturan yang ada dan sudah ditentukan oleh pemerintah demi kebaikan bersama karena kesehatan itu memang lebih penting.

“Saya dan teman-teman ikut saja aturan yang memang sudah ditetapkan, meski kami ingin sekali kapan belajar di sekolah bisa aktif lagi. Jangan-jangan sampai lulus sekolah nanti kami tidak belajar tatap muka, dan kami menjadi siswa lulusan sekolah SMA Covid-19,”pungkasnya.

Selain siwa, banyak juga orang tua murid di Lampung Selatan yang mendukung kebijakan pemerintah pusat memberikan penentuan keputusan kepada pemerintah daerah untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM). Tentu, hal itu haruslah didukung dengan penerapan protokol kesehatan (Prokes) ketat di sekolah.

“Saya mendukung sekolah dilakukan seperti biasanya yakni tatap muka, sebenarnya kasihan sama anak-anak mereka sudah jenuh belajar daring dirumah,”ujar Mbak Sur, orangtua dari salah satu siswa SD di Kecamatan Sidomulyo ini.

Menurutnya, anaknya, Bintang Angkasa sudah merasakan bosan belajar dirumah dan juga terkadang enggan mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Akibatnya, ibunya yang harus mengerjakan tugas tersebut meski hasilnya tidak maksimal.

Ia juga mengaku kesulitan mendampingi anaknya dalam sekolah daring, lantaran banyak pelajaran yang tidak dimengerti. Selain itu, keterbatasan penguasaan gawai (ponsel) juga menjadi kendala.

“Pelajaran anak-anak sekolah SD sekarang ini lebih sulit, apalagi banyak pelajaran dan tugas yang harus diselesaikan lewat handphone yang saya sendiri kurang begitu paham menggunakannya,”kata dia.

Sama halnya seperti Slamet, orangtua siswa lainnya. Slamet mengaku kesulitan mendampingi anaknya belajar dirumah karena ia harus bekerja. Ia menginginkan, belajar dilakukan tatap muka di sekolah. Sementara kalau anak belajar sendiri dengan sistem daring bayak yang kurang paham, ditambah lagi persoalan kuota internet.

“Agak kesulitan kalau anak belajar dirumah, karena mulai dari pagi sampai petang saya kan harus bekerja,”kata pria yang kesehariannya bekerja sebagai buruh serabutan ini.

Untuk itu, Ia mendukung sekolah dibuka kembali untuk kegiatan belajar mengajar secara tatap muka, asalkan disiplin sesuai anjuran pemerintah menerapkan Prokes guna mencegah penularan virus corona.

Dikatakannya, sebelumnya simulasi kegiatan belajar tatap muka pernah dijalani, meskipun hal itu tidak ada kelanjutannya. Ia juga menyoroti kebijakan yang ada, seperti vaksinasi masal, lalu pasar dan warga yang mengambil bantuan di kantor pos mengakibatkan kerumunan dan tak jarang mereka membawa anaknya.

“Jadi tidak hanya sekolah saja, pemangku kebijakan perlu mengkaji mengenai hal-hal itu karena bisa saja itu menimbulkan kluster baru penyebaran Covid-19,”tandasnya.

Diketahui, berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung, Sabtu (21/8/2021) kasus penyebaran Covid-19 di Lampung sebanyak 319 kasus baru dengan jumlah total sebanyak 44.462 kasus.

Kemudian angka kasus kematian ada penambahan 44 kasus, dan total angka kematian pasien Covid-19 menjadi 3.255 kasus. Untuk kasus suspek sebanyak 665 orang, dimana 102 diantaranya merupakan kasus baru dan pasien telah selesai menjalani isolasi sebanyak 36.553 orang.

Dari hari ke hari, penambahan kasus harian pasien terkonfirmasi Covid-19 di Provinsi Lampung masih terus terjadi dengan angka fluktuatif. Masyarakat banyak mengutarakan harapannya, agar pandemi Covid-19 dapat dikendalikan lebih baik lagi dan bisa segera berlalu.