Para Ibu pun Bahagia Anaknya Diterima di SMP Negeri

Kondisi rumah tinggal Rismawati di jalan H. Amita, Gang H. Saprudin, RT 05 Lingkungan II Kelurahan Tanjunggading, Kecamatan Kedamaian yang menjadi langganan banjir.
Kondisi rumah tinggal Rismawati di jalan H. Amita, Gang H. Saprudin, RT 05 Lingkungan II Kelurahan Tanjunggading, Kecamatan Kedamaian yang menjadi langganan banjir.
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Para ibu yang hari ini anaknya diterima di SMPN 1 dan 23 Kota Bandarlampung melalui jalur afirmasi dan Bina Lingkungan (Biling) wajahnya tampak sumringah. Mereka terlihat bahagia anaknya bisa diterima di SMPN negeri melalui dua jalur in. Sebab, dengan masuk lewat jalur afirmasi danBilingi anak mereka tidak dibebani biaya pendidikan.

“Saya sampai sakit kepala dan sakit gigi mikirin anak saya yang nomor dua, Khoirul Akmal, diterima atau tidak di SMPN 23,” ungkap Yunita Sari (35), warga Jalan H. Amita, Gang H. Saprudin, RT 05 Lingkungan II Kelurahan Tanjunggading, Kecamatan Kedamaian, Bandarlampung kepada teraslampung, Senin, 6 Juli 2020.

Perasaan waswas juga dialami Rismawati (36) yang tempat tinggalnya hanya berjarak 7 meter dari rumah Yunita Sari.

“Tidur saya tidak pernah nyenyak mikirin anak saya yang pertama, Dendi Saputra, diterima atau tidak di SMPN 1,” kata Rismawati.

“Tegangnya hampir sama dengan saat hujan datang. Soalnya kalau hujan daerah kami ini langganan banjir. Air bisa setinggi satu meter,” ungkap perempuan  yang suaminya bekerja sebagai buruh itu,

Ketakutan ibu-ibu itu jika anaknya tidak diterima di SMPN itu bukan tanpa alasan. Jika anak mereka tidak diterima di SMP Negeri artinya mereka harus menyekolahkan anaknya ke sekolah swasta. Artinya, biaya yang harus mereka tidak sedikit untuk uang sekolah dan uang pembangunan.

“Setelah tahu anak saya diterima di SMPN 23, saya merasakan sakit gigi saya agak reda. Sakit kepala saya mulai membaik. Ya…mungkin ini karena sugesti…” ujar Yunita Sari sambil tertawa.

“Kakaknya di SMA Taman Siswa bayar SPP Rp250 ribu belum ditambah daftar ulang harus bayar Rp1.200 ribu ditambah Rp200 ribu untuk bayar soal sampe sekarang belum saya bayar,” ungkap Yunita yang suaminya bekerja sebagai buruh serabutan.

Hal yang sama diungkapkan Rismawati yang hari ini harus pindah rumah karena tanahnya tidak dikontrakan lagi dan dia harus mencari kontrakan baru.

“Tadi di sekolah (SMPN 1) baju dan celana juga sepatu anak saya diukur sekolahan, mudah-mudah gratis ya pak semuanya,” harapnya dengan wajah senyum.

Selanjutnya kedua ibu dan mungkin juga para orang tua dari keluarga belum mampu berharap, nantinya ketika SMA anak-anaknya bisa mendapatkan fasilitas seperti sekarang.

“Kalau bisa nanti saat SMA anak saya bisa dibantu pemerintah seperti Biling ini, saya sangat terbantu dengan program ini,” ungkap Yunita Sari.

Ditempat terpisah, Wakil Kepala SMPN 16 Bidang Kesiswaan Estiko Subagio menjelaskan, jalur Biling ini seringkali dimanfaatkan orang tua dari keluarga yang mampu.

“Waktu kami melakukan verifikasi benar dari keluarga tidak mampu tapi saat sekolah berubah, hapenya bagus, sekolahnya dianter pake mobil,”

Untuk tahun pelajaran 2020 masuk kata Estiko yang melakukan pembohongan seperti itu akan langsung diberhentikan oleh pihak sekolah.

“Sekarang yang coba berbohong akan kami berhentikan karena para orang tua murid atau wali sudah menandatangani surat pernyataan diatas materai Rp6 ribu,” ungkapnya.

Dandy Ibrahim