TERASLAMPUNG.COM — Komunitas Perupa Lampung menggelar Festival Seni Rupa Lampung( The Art’s Festival Lampung ) alias TAFL 2017. Bertajuk “Kemilau Pelangi Budaya Lampung, di Lapangan Saburai. Enggal, Bandarlampung, 14 – 22 Januari 2016.
Kegiatan ini dibuka oleh Asisten I Gubernur Lampung yang juga Ketua Harian Dewan Kesenian Lampung (DKL) Hery Sulyanto dan Kadis Pariwisata Lampung Budi Harto secara simbolik dengan melempar telur yang berisi cat ke kanvas, yang kemudian menjadi titik awal lukisan yang digarap para perupa Lampung.
Menurut salah satu inisiator kegiatan, Bambang Suroboyo (Bambang SBY), selain untuk menjalin silaturahmi, pergelaran ini juga merupakan upaya para perupa Lampung untuk mengokohkan sehingga mendapatkan apresian lebih luas dari para penikmat seni.
Bambang SBY mengatakan kegiatan ini didukung CV. Pangeran Lampung.
“Event organizer ini menantang para perupa untuk membuat event. Tentu saja kami para perupa meresponnya dengan menggandeng Papa Joe dan pelukis lainnya,” ujar Bambang SBY.
Ditambahkannya, event ini sekaligus merupakan pertanggungjawaban kami para perupa untuk memperkenalkan perupa Lampung sekaligus karya-karyanya. “Jadi ini gelar karya ini murni gerakan para perupa, bukan pameran dalam rangka, lho. Ini bukti bahwa perupa Lampung juga bisa buat event tanpa dana dari pemerintah,” imbuh Bambang SBY.
Dipilihnya tajuk :“Kemilau Pelangi Budaya Lampung “ merupakan kelanjutan dari Event Dewan Kesenian Lampung yang pernah menggelar Pelangi Budaya pada awal program kerjanya.
Bambang memaparkan, Seni Rupa Lampung yang konon menurut sejarah sudah dikenal Dunia sejak abad kedua Sebelum Masehi melalui karya puncak Suku Lampung.
Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa Suku Lampung telah menenun kain brokat yang disebut nampan (tampan) dan kain pelepai sejak abad ke-2 Sebelum Masehi, “ papar Bambang.
Motif kain ini, lanjut, Bambang SBY, yang juga Ketua Himpunan Pramuwisata Lampung (HPI), ialah kait dan kunci (key and rhomboid shape), pohon hayat, dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Selain itu, juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati.”Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh,” tambahnya.
Kekekayaan kreatif inilah, lanjut Bambang, yang harus terus digali dan ditumbuhkembangkan para perupa Lampung. “Sehingga para perupa Lampung bisa menghadirkan karya rupa kekinian tetapi tetap memiliki ruh tradisi, “ tandas Bambang.
Pada kesempatan meninjau karya peserta pameran Seni rupa Budi Harto menyarankan agar kegiatan ini terus dilanjutkan sampai menjadi agenda rutin para perupa Lampung. “Ini bisa dijadikan salah satu ikon obyek budaya dan menjadi daya tarik wisata,” ujar Kadis Pariwisata Lampung Budi Harto. (*)