Pemda dan Warga Kabupaten Tolikara Bantah Terjadi Konflik Sosial di Tolikara

Bagikan/Suka/Tweet:
Pembagian dana Prospek oleh Bupati Tolikara, Usman Wanimbo kepada Kepala Distrik di Kabupaten Tolikara pada tanggal 7 April 2016 – Humas Tolikara. (Foto: Humas Pemkab Tolikara/JUBI).

JAYAPURA, Teraslampung.com  – Pemerintah dan warga Tolikara membantah beredarnya informasi yang mengatakan terjadi konflik sosial yang membuat wilayah itu tidak kondusif akibat pembagian dana prosspek yang dinilai tidak adil.

Pihak keamanan, pemerintah , dan  warga di Tolikara menyatakan bahwa situasi wilayah antar warga dan antar kampung ada dalam keadaan aman. Pernyataan itu menanggapi laporan Kepala Pelaksana BPBD Tolikara Feri Kogoya yang diterima media sindikasi Teraslampung.com di Jayapura, Tabloidjubi.com, melalui rilis BPBD Nasional, Minggu (24/4/2016).

Neben Weya, Camat Distrik Timori yang berjarak sekitar 10 Km dari Kampung Panaga–Kampung yang diklaim tidak kondusif dan sedang perang suku–menjelaskan bahwa situasi di daerah itu aman dan berjalan seperti biasa. Ia membenarkan pernah terjadi masalah dan menimbulkan satu korban tewas namun peristiwa tersebut telah diselesaikan oleh seluruh pihak pada saat kejadian yakni 16 April 2016.

“Daerah kami di Timori, ini dekat, sekitar 10 Km ke kampung Panaga. Dulu boleh, waktu pembagian dana respek (16 April) di Panaga dan Jica ada kekacauan. Tapi sekarang semuanya aman, tidak ada perang,” kata Camat Neben Weya saat dikonfirmasi Jubi melalui ponselnya, Minggu.

Weya menjelaskan bahwa saat kekacauan terjadi, semua pihak: kapolres, danrem, pemerintah serta pihak terkait lain langsung turun ke lokasi dan mendamaikan pihak yang berkonflik. Hingga saat ini, situasi aman meski menurutnya belum ada ganti rugi untuk puluhan rumah yang terbakar. “Waktu itu sudah turun, bersama camat juga untuk kasi aman. Kalau rumah yang terbakar itu belum ditanggulangi tapi situasi sekarang ini aman,” jelasnya.

Hal senada disampaikan Humas Tolikara Derwes Yikwa dari Karubaga. Ia membenarkan satu korban jiwa tewas adalah pegawai negeri sipil di Tolikara atas nama David Wanimbo (28). Namun, situasi saat ini berjalan aman. “Situasi saat ini terpantau aman dan kondusif. Kalau ada berita yang berkembang di dua distrik yang bilang masih terjadi konflik itu adalah pembohongan besar kepada publik. Jika terjadi konflik sudah pasti aparat keamanan bersama pemerintahan daerah turun di TKP. Jadi, kami atas nama pemerintah Tolikara tegaskan lagi, itu info tidak benar dan Tolikara aman,” kata Derwes saat dihubungi Jubi.

Feri Kogoya Diminta Klarifikasi

Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw yang dihubungi wartawan melalui ponselnya menyesalkan laporan yang diberikan Feri Kogoya karena langsung menyebar informasi yang belum dikonfirmasi kebenarannya. Saat memberikan informasi, Feri Kogoya tidak berada di Tolikara. “Pak Feri itu baru tiba di Jayapura tadi sore dari Jakarta. Dan, dia mendengar cerita dari warga kemudian langsung dilaporkan ke BPBP di Jakarta. Dia akan dimintai klarifikasi terkait laporannya yang fiktif tersebut,” katanya.

Laporan BNBD Tolikara Bohong

Laporan Feri Kogoya dalam siaran pers BPBP Pusat yang diterima Jubi menyebutkan, “konflik sosial terus berlangsung di Tolikara, 1 tewas dan 32 orang luka atas konflik sosial yang berlangsung di Distrik Gika dan Distrik Panaga, Kabupaten Tolikara, Papua sejak 9 April 2016 hingga Minggu (24/4/2016).

Dalam rilisnya, BPBD Tolikara melaporkan kejadian itu kepada posko BNPB dan meminta bantuan. Penyebab konflik sosial adalah persoalan pembagian bantuan dana respek yang dinilai tidak adil antar distrik.

Selain korban jiwa, juga memuat kerugian materi yang diderita yakni 95 unit rumah terbakar. Kerusakan pertanian, penjarahan ternak dan kehilangan harta benda.

“Kerugian keseluruhan masih dalam perhitungan BPBD. BPBD Tolikara, SKPD, TNI dan Polri telah berada di lokasi konflik dan melakukan pendamaian antara kedua belah pihak. Namun konflik masih tinggi karena ada dendam di kedua belah pihak.

“BPBD dan pemerintah daerah telah melakukan penanganan darurat, namun APBD Tolikara yang terbatas membuat bantuan tersendat. Masyarakat banyak yang mengungsi ke distrik lain. BPBD Tolikara berusaha memenuhi kebutuhan dasar bagi pengungsi. Kendala di lapangan adalah medan yang sangat berat.

“Kendaraan roda empat tidak dapat menjangkau daerah konflik karena medan sangat berat. BPBD Tolikara telah meminta agar bantuan diberikan melalui udara dengan menggunakan pesawat terbang atau helikopter.”