Pemprov Lampung Apresiasi Riset Schmidt Ocean Institute tentang Tsunami

Bagikan/Suka/Tweet:
Zona gempa di Pulau Sumatera

BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com—Pemprov Lampung mengapresiasi kerja Schmidt Ocean Institute (SOI) dalam meneliti tsunami dan Pulau Mentawai dan pesisir barat Pulau Sumatera. Meskipun Lampung posisinya jauh dari Pulau Mentawai, menurut Gubernur Lampung Ridho Ficardo Pemprov Lampung mengantisipasi potensi tsunami mengingat Lampung berada di Sesar Semangko yang segaris dengan pusat tsunami di Pulau Mentawai sehingga rawan bencana.

“Hasil riset tim SOI bisa menjadi masukan bagi kita di Lampung. Sebab, Provinsi Lampung terletak pada jalur patahan Sumatera yang dikenal dengan Sesar Semangko yang membentang dari wilayah Lampung sd Aceh. Patahan Sesar Semangko terbentuk akibat tabrakan dua lempeng benua yaitu Indo-Australia dengan Eurasia,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung; M.Sodri, Sabtu (20/6/2015) saat dimintai pendapatnya tentang riset SOI, seperti dipaparkan Manajer Komunikasi SOI Carlie Wiener, Jumat lalu (19/6)

Sesar (patahan) Semangko membujur dari Aceh hingga Lampung

Menurut Sodri, dua lempeng benua ini mengakibatkan secara regional membentuk satu gugusan gunung berapi yang memanjang dari ujung utara pulau Sumatera memanjang sampai kawasan Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Gugusan gunung berapi (Ring of Fire) yang dikenal dengan Bukit Barusan. Bukit Barisan inilah yang membuat sebagian wilayah Lampung memiliki kemiringan lereng di atas 15%.

“Kondisi topografi dan bentang alam seperti itu, kata Sodri, membuat  Provinsi Lampung sebagai daerah rawan bencana,” katanya.

Berdasarkan catatan sejarah geologi, beberapa bencana alam pernah terjadi di Lampung. Antara lain meletusnya Gunung Krakatau pada 26 Agustus 1883 yang menimbulkan tsunami dengan dan menewaskan sekitar 36.500 orang. Lalu gempa bumi di Liwa, Lampung Barat, pada  15 Februari 1994 dengan kekuatan 6.5 SR yang memporak-porandakan kota Liwa dan sekitarnya dan menewaskan 300 orang.