Pemuda Talang Baru Sulap Bendungan Way Ketibung Jadi Objek Wisata “Wisbend”

Bendungan Way Ketibung
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

LAMPUNG SELATAN-Bendungan Way Ketibung yang dibangun sejak Tahun 1989 berlokasi di Dusun V Katibung, Desa Talang Baru, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan dan memiliki luas sekitar 1.000 hektare yang tadinya tidak terawat atau diperhatikan hingga menjadi semak belukar.

Kini kawasan tersebu telah berubah setelah disulap oleh anak-anak muda kreatif dari Dusun Katibung, Desa Talang Baru menjadi tempat wisata edukatif yang diberinama Wisata Bendungan atau disebut “Wisbend”.

Bendungan yang biasanya dimanfaatkan untuk mengairi areal pertanian warga, kini juga menjadi tempat wisata.  Bendungan Way Ketibung yang tadinya semak belukar, kotor, terkesan angker dan kerap ebagai tempat pesta miras anak-anak muda itu kini penampiannnya berubah drastis. Setelah dubah jadi tempat wisata alam edukatif, bendungan ini kini menjadi alternatif warga sekitar untuk menikmati keindahan pemandangan alam sekitar yang asri dan alami.

Para pemuda yang mengelola Wisbend latar belakangnya berbeda-beda. Ada pelajar, petani, dan juga buruh.

Inovator “Wisbend”, Istiharoh (37) alias Isti yang juga sebagai kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Desa Talang Baru menuturkan, mengolah area Bendungan Way Ketibung ini jadi tempat wisata, dilakukan secara sukarela bersama delapan orang rekannya. Upaya menjadikan Bendungan Way Ketibung yang selama ini menjadi lahan tidur, kotor dan memiliki kesan mistis dan juga sebagai tempat pesta minuman keras (miras) menjadi destinasi wisata edukatif sudah ada sejak lama tapi baru direalisasikan belum lama ini.

Gerbang Bendungan Wisbend

“Kalau rencanaya sudah lama yakni dua tahun silam, tapi baru direalisasikan belum lama ini sekitar satu tahun lantaran izin dari Pemrov dan Kabupaten sudah dikantonginya karena bendungan Way Katibung ini pengelolaannya dari Provinsi. Tempat wisata edukatif Bendungan Way Ketibung ini, kami beri nama Wisbend (Wisata bendungan),”ujarnya kepada teraslampung.com saat ditemui di wisata edukatif “Wisben”, Jumat 18 Januari 2019.

Isti menceritakan, terbesit adanya ide membuat objek wisata edukatif Wisben ini, awalnya setelah ia melihat beberapa tempat objek wisata di wilayah di Lampung dan di luar sehingga munculah ide itu. Karena di Dusun tempatnya tinggal, ada lahan tidur di area Bendungan Way Ketibung yang memiliki keidahan alam dan suasana masih asri yang selama ini tidak difungsikan dan dapat dijadikan sebagai tempat wisata edukatif.

Setelah melalui diskusi itu, kata Isti, ide itu pun akhirnya dapat direalisasikan bersama delapan orang rekannya yakni para pemuda yang ada di Dusun V Katibung tempat tinggalnya pada awal Juli 2017 lalu. Meski biaya yang digunakan untuk merintis dan mengubah Bendungan Way Ketibung menjadi tempat wisata menggunakan biaya swadaya dari para pemuda itu sendiri.

Perpustakaan Wisbend

“Kami memiliki dana swadaya dari pemuda saat itu sekitar Rp 12 juta, uang ini kita gunakan untuk langkah awal melakukan perapihan dan membeli beberapa alat perlengkapan untuk mempercantik Wisbend ini jadi tempat rekreasi edukatif. Wisbend ini, saya kolela bersama delapan orang pemuda warga Dusun V Katibung, Desa Talang Baru,”bebernya.

Bersama delapan orang rekannya itu, Isti menghadirkan corak warna-warni cat di sekitar Bendungan Way Ketibung. Mulai dari pengadaan ayunan, payung, pengecatan tembok jadi lukisan grafiti bahkan pengadaan spot-spot untuk swafoto mulai dari bentuk love, kupu-kupu, sayap dan lainnya, beberapa tempat pondokan serta adanya wahana permainan air menggunakan balon di saluran irigasi.

Para pengunjung di Wisbend juga bisa membaca aneka koleksi buku-buku bacaan yang telah disediakannya di Perpustakaan Wisbend sebagai salah satu bentuk wujud literasi untuk membuka informasi jendela dunia.

“Selain mengelola wisata di Wisbend ini, kami juga melakukan kegiatan literasi dengan mengadakan perpustakaan Wisbend sebagai bentuk kepedulian kami terhadap literasi,”ungkapnya.

Istiharoh (37) alias Isti, seorang inovator tempat wisata bendungan “Wisbend”.

Dikatakannya, bagi para pengunjung di Wisbend dikenakan biaya masuk sebesar Rp 5.000. Meski dikenakan biaya masuk, tapi tergolong murah pengunjung hanya membayar sebagai uang solidaritas saja. Dari pendapatan yang masuk itu, kita peruntukkan untuk pengelolaan dan mengembangkan wisata edukatif Wisbend ini dan juga sebagai kas Dusun untuk kegiatan sosial membantu sesama.

“Mengelola Wisbend ini merupakan sebagai kegiatan kami, Alhamdulillah dengan adanya Wisbend ini tidak hanya bermanfaat bagi kami tapi juga dapat dirasakan juga oleh warga Desa Talang Baru khususnya,”jelasnya.

Menurutnya, pengunjung di Wisbend paling ramai saat pada hari libur sekolah. Pengunjung yang datang, selain dari seputaran Kecamatan Sidomulyo juga dari beberapa luar daerah lainnya seperti dari wilayah Kecamatan Candipuro, Way Panji, Palas, Kalianda dan lainnya.

“Untuk memajukan tempat wisata “Wisbend” ini, harapan kami agar kiranya mendapat solusi dan kontribusi dari semua instansi terkait pemerintah daerah Lampung Selatan untuk memajukan tempat wisata Wisbend ini,”tukasnya.

Kepala desa (Kades) Talang Baru, Ahmadi
Kepala desa (Kades) Talang Baru, Ahmadi

Menurutnya, wisata bendungan Wisbend yang dikelola para pemuda Pokdarwis Dusun V Katibung, Desa Talang Baru, Kecamatan Sidomulyo ini, mendapatkan apresiasi dan supot serta dukungan dari seorang anggota DPRD Lampung dari fraksi PKS, Antoni Imam, SE yang sempat meninjau tempat tersebut beberapa waktu lalu.

Tidak hanya itu saja, Wisbend ini juga pernah mendapat kunjungan dan apresiasi dari anggota komisi D DPRD Lampung Selatan, M Akyas, Jengiskhan Haikal, Waris basuki, Sugiarti, Kofifah dan Sidiq. Selain itu juga, Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata Lampung Selatan, Fauziah Arif.

Sementara Kepala Desa (Kades) Desa Talang Baru, Ahmadi (43) mengatakan, mengapresiasi dan mendukung penuh adanya edukasi wisata alam “Wisebend” yang dilakukan oleh para muda-mudi warganya tersebut. Dengan wisata alam ini, dapat membuat lapangan kerja sendiri khususnya bagi pemuda desa. Pihaknya berusaha memfasilitasinya, agar kedepannya Wisbend ini bisa berkembang lebih baik dan inovatif lagi dalam pengelolaannya.

“Bendungan Way Ketibung ini, sebelumnya memang tidak terawat dan diperhatikan. Saya merasa bangga dan supot anak-anak muda warga kami, mereka memiliki inisiatif mengubah lahan tidur area bendungan Way Ketibung jadi tempat objek wisata dan Wisbend ini akan kita jadikan sebagai ikon desa. Harapannya, dengan adanya tempat wisata Wisbend ini dapat meningkatkan taraf ekonomi warga Desa Talang Baru,”ungkapnya.

Diketahui, Desa Talang Baru sudah ada sejak Tahun 1919 silam. Pada masa itu, Desa Talang Baru ini masih bernama Suku Talang Baru Kampung Campang Tiga, Kawedanan Kalianda yang dipimpin oleh seorang Kepala Suku bernama Rosyid dan beliau memimpin hingga tahun 1950. Selanjutnya, setelah beliau wafat, jabatan tersebut turun atau diemban oleh adiknya bernama Ajisman.

Talang Baru berpisah dari Kampung Campang Tiga pada tahun 1955, pada saat itu Kampung Talang Baru terdiri dari empat Dusun yakni Dusun Talang Baru Induk, Talang Liuh, Talang Aur dan Dusun Langkak.

Kemudian pada tahun 1966, barulah mulai dilakukan adanya pemilihan Kepala Desa (Kades) dan terpilihlah seorang Kades pertama bernama A. Hayat. Pada akhir Tahun 1969, Kampung Talang Baru di masa kepemimpinan Kades A. Hayat, resmi berganti nama menjadi Desa Talang Baru, Kecamatan Sidomulyo, Lampung selatan.

Memasuki tahun 1975, jumlah Dusun yang ada di Desa Talang Baru berubah menjadi lima Dusun. Kelima Dusun tersebut adalah, Dusun I (Talang Baru Induk), Dusun II (Talang Bedeng), Dusun III (Mekarsari), Dusun IV (Talang Lioh/Talang Ulu) dan Dusun V (Katibung). Desa Talang Baru memiliki luas wilayah ± 1.327 Ha yang berpenduduk sekitar 640 Kepala Keluarga (KK), dengan jumlah jiwa 2.191 dari 5 Dusun dan 10 RT.

Lokasi Desa Talang Baru sendiri, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Campang Tiga, Barat dengan Desa Bandar Dalam, Selatan dengan Desa Sukabanjar dan Timur berbatasan dengan Desa Sukabanjar dan Desa Sidorejo.