TERASLAMPUNG.COM—Mendekati pelaksanaan arus mudik lebaran 1446 H tahun 2025, kegelapan di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) mulai dari Bakauheni, Lampung Selatan hingga menuju ke perbatasan Kota Bandarlampung menghantui pemudik sepeda motor yang akan menempuh perjalanan menuju ke kampung halamannya pada malam hari.
Suasana gelap gulita Jalinsum di malam hari dan terkesan horor ini, dapat menimbulkan kerawanan kecelakaan lalu lintas dan tindakan kriminalitas bagi para pengguna kendaraan khususnya pemotor. Padahal, Jalinsum ini akan ramai dilalui pemudik saat arus mudik dan arus balik lebaran Idulfitri nanti.
Kondisi Jalinsum gelap gulita tersebut, sudah berlangsung lama pada mudik lebaran 1438 H tahun 2017 silam. Hingga mudik lebaran 1446 H tahun 2025 saat ini, kondisinya masih tetap sama gelap gulita tanpa adanya penerangan jalan.
Ratusan LPJU (Lampu Penerangan Jalan Umum ) jenis LED (Light Emitting Diode) tenaga surya yang terpasang disejumlah titik di ruas Jalinsum Lampung Selatan ini, banyak yang mati total dan dibiarkan mangkrak begitu saja tanpa ada perbaikan.
Peralatan yang terpasang seperti panel surya, solar cell dan isi dalam kotak (panel dan accu) sudah tidak ada (hilang) diduga dicuri. Kini hanya LPJU itu menyisakan tiang besi kurus menjulang saja di pinggiran sepanjang Jalinsum.
Sementara untuk membantu jarak pandang para pengendara sepeda motor saat melintasi Jalinsum, hanya mengandalkan penerangan lampu kendaraan mereka dan sinar lampu dari dari rumah warga maupun warung-warung di pinggir Jalinsum.
Salah seorang warga Desa Babatan, Lampung Selatan, Anto (37) mengakui, jika kondisi Jalinsum yang melintasi wilayah Kabupaten Lampung Selatan hingga menuju ke Kota Bandarlampung itu sudah sejak lama kondisinya gelap gulita kalau malam hari karena minimnya lampu penerangan jalan.
“Walah sudah sejak lama dan banyak tahun lah mas Jalinsum ini gelap gulita kalau malam hari. Lampu jalannya memang ada, tapi sudah tidak ada yang fungsi (mati) semua. Bisa dilihat sendiri, cuma tinggal tiangnya saja,”kata Anto kepada teraslampung.com, Sabtu (15/3/2025).
Ia mengatakan, penerangan di Jalinsum ini sangat dibutuhkan sekali, seperti di tanjakan maut Tarahan yang kerap terjadi laka lantas dan juga horor kondisinya gelap gulita. Jalan di tanjakan maut Tarahan ini terlihat terang, itu juga kalau ada sorotan lampu kendaraan yang melintas saja.
“Kalau ada pemotor yang kendaraannya terjadi masalah semisal mesinnya mati, pecah ban, rantainya putus kasihan melihatnya, apalagi kalau bawa istri dan anaknya. Sudah jalannya gelap gulita, ditambah lagi kesan horornya di tanjakan maut Tarahan ini,”kata dia.
Kalau lampu jalan di Jalinsum ini tidak padam, kata Anto, pengguna kendaraan khususnya pemudik yang menggunakan sepeda motor akan merasa aman dan nyaman saat berkendara malam hari.
“Harapannya, pemerintah atau instansi terkait memperbaiki PJU yang mati di Jalinsum. Hal ini agar tidak terjadi adanya Laka Lantas dan aksi kejahatan jalanan yang terjadi di malam hari,”pungkasnya.
Paryanto (48), warga Desa Pardasuka, Lampung Selatan kepada teraslampung.com juga mengatakan, penerangan jalan ini sangat penting untuk semua penguna kendaraan, khusnya pengendara sepeda motor (pemotor).
Apalagi dalam waktu dekat ini, akan ramai pemudik yang melintas melalui Jalinsum. Namun sayangnya, kondisi Jalinsum gelap gulita karena lampu penerangan jalan banyak mati total.
“Jalinsum ini akan ramai dilalui pemudik, kasihan sama pemudik pemotor berkendara malam hari kondisi jalannya minim penerangan,”kata dia sembari minum secangkir kopi.
Menurut bapak dua anak ini, kondisi Jalinsum gelap gulita ini sudah berlangsung lama, dan entah kenapa hingga kini tidak ada upaya sama sekali untuk dilakukan perbaikan lampu penerangan jalan tersebut.
Bukan lampu penerangan jalan saja yang meski harus diperhatikan, tapi juga mengenai kondisi jalan juga perlu ada perbaikan, karena terdapat beberapa titik masih ada banyak yang lubang dan bergelombang.
“Kami berharap, ada perbaikan baik itu lampu penerangan dan juga jalannya. Mudah-mudahan mudik lebaran tahun ini, tidak ada korban laka lantas dan kejahatan di Jalinsum,”pungkasnya.
Sementara salah seorang sopir travel rute Bakauheni-Bandarlampung, Andik (35) mengungkapkan, jika kondisi lampu jalan di sepanjang Jalinsum tersebut mati total dan gelap gulita, hal itu dikatakan lantaran dirinya kerap melintas di Jalinsum membawa penumpang dengan mengendarai kendaraan roda empat.
Bahkan Andik menggambarkan kegelapan di Jalinsum itu, mulai keluar (exit) dari Pelabuhan Bakauheni menuju wilayah Umbul Jering, Desa Hatta, Bakauheni sampai ke PLTU Tarahan hingga menuju gerbang perbatasan Kota Bandarlampung.
“Karena saya sering melintas bawa penumpang, jadi paham dimana titik-titik lokasi Jalinsum yang gelap gulita saat bawa kendaraan. Paling nggak enak lagi kalau ada kendaraan dari arah depan (berlawanan) pakai lampu jauh, karena pandangan jadi silau,”ucapnya saat menepikan kendaraannya sembari menunggu penumpang di Desa Kota Dalam.
Menurutnya, jarak pandang yang tembus, hanya sejauh cahaya lampu kendaraan sehingga membuatnya harus ekstra hati-hati saat berkendara melintas di Jalinsum malam hari, karena benar-benar kondisinya gelap gulita seperti melintasi jalur kawasan hutan menambah suasana terkesan seram.
“Harus ekstra hati-hati, karena semua lampu jalan di Jalinsum mati total semua. Kondisi gelap gulita di malam hari ini, bisa mengakibatkan laka lantas dan berpotensi juga adanya gangguan keamanan atau kejahatan jalanan,”pungkasnya.
Kondisi Jalinsum gelap gulita karena minimnya lampu penerangan jalan ini sempat disinggung Menteri dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian dalam kunjungannya ke Lampung belum lama ini saat meninjau persiapan arus mudik lebaran Idul Fitri 1446 H tahun 2025, pada Kamis (13/3/2025).
Dalam kunjungannya itu, Mendagri Tito Karnavian mengatakan, kondisi Jalinsum yang gelap gulita karena minimnya penerangan, membuat para pemudik khususnya pengendara sepeda motor takut untuk menempuh perjalanan pada malam hari. Cerita Jalinsum yang rawan pembegalan, juga diakui oleh Mantan Kapolri ini.
“Saya lihat ada banyak pemudik sepeda motor itu tidur di Pelabuhan Bakauheni. Barulah siangnya, mereka (pemudik) berangkat secara rombongan melanjutkan perjalanannya menuju ke kampung halamannya,”kata Tito.
Ia menuturkan, cerita “keangkeran”Jalinsum itu sempat dia tanyakan kepada pemudik saat dirinya masih menjabat sebagai Kapolri. Ketika itu, Tito merasa heran karena banyak pemudik khususnya pemotor memilih bermalam dan menginap di Pelabuhan bakauheni.
Dari sejumlah pemudik yang pernah ditanya oleh dirinya, lanjut Tito, mereka (pemudik) ini bukan karena kemalaman ketika memilih untuk beristirahat dan menginap di Pelabuhan Bakauheni, melainkan takut melintasi Jalinsum saat malam hari karena kondisi jalannya gelap dan juga rawan begal.
“Dulu itu banyak pemudik takut begal. Pernah ngecek, mereka (pemotor) tidur di Pelabuhan itu takut begal. Selain itu juga, kondisi Jalinsum yang gelap karena minimnya penerangan juga membuat para pemudik takut untuk melintasi saat malam hari,”ujarnya.
Mendagri Tito meminta Polda Lampung serta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung, agar kondisi itu menjadi perhatian khusus dalam arus mudik lebaran Idul Fitri 2025. Menurutnya, hal utama yang perlu diperhatikan adalah perlunya pemetaan wilayah-wilayah yang rawan aksi kriminalitas pembegalan.
“Saya minta dipetakan daerah rawan kejahatan ini dimana saja, setelah itu dibuat pos pengamanan dan beberapa kilometer sekali ada pos,”ungkapnya.
Menanggapi penyampaian Mendagri Tito Karnavian saat kunjungan kerja di Lampung, Kapolda Lampung Irjen Pol Helmy santika mengatakan, bahwa hal itu tentunya menjadi catatan khusus Polda Lampung dan Jajaran Polres/Polresta melakukan skema pengamanan arus mudik-balik lebaran Idul Fitri 2025.
“Kami sudah melakukan mapping untuk kondisi tersebut, nanti akan dipastikan lagi setelah sekema pengamanan arus mudik lebaran ini dilaksanakan,”kata Helmy.
Sementara Manager Komunikasi dan Manajemen stakeholder PLN UID Lampung, Dharma Saputra mengutarakan, terkait penerangan jalan tersebut perlu ditelaah terlebih dahulu, apakah titik lampu jalan yang padam di Jalinsum tersebut menggunakan daya dari PLN atau tidak (tenaga surya).
“Jadi harus dipastikan dahulu, Lampu penerangan jalan di Jalinsum ini mati karena rusak atau diputus. Kalau mati diputus, artinya ada sesuatu problem atau permasalahan mengenai pembayarannya,”kata Darma.
Namun, kata Darma, PLN menjamin pasokan listrik selama periode arus mudik dan arus balik lebaran Idul Fitri 2025. Hal itu termasuk aliran listrik untuk lampu penerangan jalan yang menggunakan daya dari PLN.
“Kami menjamin dengan segala upaya dan kondisi kelistrikan tetap berjalan dengan aman dan nyaman, dan kami juga akan terus siaga selama arus mudik lebaran ini,”pungkasnya.
Zainal Asikin/Teraslampung.com