Oleh Ramadhan Nurpambudi
Prakirawan BMKG Lampung
Musim kemarau di tahun 2022 bisa dikatakan cukup unik dimana pada puncaknya yang umumnya terjadi di bulan Juli – Agustus, pada kenyataannya hujan masih turun dengan cukup intens bahkan sampai dengan bulan September. BMKG memang telah memprediksi bahwa musim kemarau tahun ini untuk wilayah Lampung sifat hujannya itu diatas normal. Maksud dari diatas normal ini adalah jumlah curah hujan di periode musim kemaraunya berada diatas rata-rata normalnya, atau bisa dikatakan curah hujannya lebih banyak.
Faktor utama yang mempengaruhi keunikan ini adalah kondisi gangguan cuaca yang dikenal dengan Dipole Mode yang saat ini dalam fase negatif. Dipole Mode merupakan salah satu pengendali iklim yang ada di wilayah Indonesia. Dipole Mode ini akan membuat suhu muka laut di wilayah Indonesia khususnya wilayah Indonesia bagian barat akan menjadi lebih hangat. Dengan hangatnya suhu muka laut ini akan memicu pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat.
Dipole Mode mulai berada di fase negatif pada bulan Juni yang lalu dan masih bertahan hingga bulan September ini. Berdasarkan prediksi BMKG, bulan September merupakan fase dimana Dipole Mode berada di fase yang paling negatif. Dipole Mode diprediksi berada di fase negatif paling tidak sampai bulan Desember mendatang. Hal ini yang membuat selama periode musim kemarau di wilayah Lampung tidak begitu terasa karena hujan yang turun masih cukup banyak.
Salah satu indikator kami dalam melihat musim kemarau yaitu dengan mengamati perkembangan hotspot atau titik kebakaran lahan, dimana selama periode musim kemarau tahun ini jumlahnya sangat minim karena pengaruh hujan yang masih turun dengan jumlah yang intens di hampir seluruh wilayah.
Pada fase negatif, Dipole Mode akan membuat suhu muka laut akan menjadi lebih hangat kemudian suhu muka laut yang hangat ini akan turut memanaskan atmosfer yang berada diatas wilayah perairan ini sehingga terjadi interaksi antara lautan dan atmosfer. Dengan memanasnya atmosfer di wilayah Indonesia bagian barat akan membuat tekanannya menjadi rendah, dampak dari tekanan rendah ini akan membuat pergerakan udara menjadi terkumpul di wilayah Indonesia bagian barat.
Ketika tekanan udaranya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya maka pembentukan awan-awan hujan akan banyak terjadi di wilayah Indonesia bagian barat. Hal ini yang membuat selama periode musim kemarau pembentukan awan-awan hujan menjadi lebih intens, bahkan sangat jarang langit dalam kondisi cerah tanpa awan seperti layaknya normal di musim kemarau.
Dipole Mode fase negatif kuat pernah terjadi terakhir di tahun 2016 silam. Dimana pada tahun tersebut BMKG sampai mengeluarkan rilis terkait musim kemarau basah, hal ini dikarenakan hujan yang turun di sepanjang tahun karena dampak dari Dipole Mode negatif kuat. Untuk di tahun ini BMKG memprediksi belum sampai ke level Dipole Mode negatif kuat namun hampir menyentuh ke arah sana. Selain tahun 2016 Dipole Mode negatif kuat juga terjadi di tahun 2014, 2010, dan tahun 1998. Ini merupakan 4 tahun terkahir dimana Dipole Mode negatif kuat aktif di wilayah Indonesia. Dampak langsungnya adalah terhadap Indonesia bagian barat salah satunya Lampung.
Kami mencatat di bulan Agustus yang lalu ada banyak wilayah yang memiliki curah hujan lebih dari 200mm dan bahkan ada yang sampai lebih dari 400mm, nilai ini merupakan akumulasi curah hujan selama 1 bulan. Jika dilihat dari hari tanpa hujan yang terjadi di wilayah Lampung paling lama hanya 8 hari hujan tidak turun di wilayah Mesuji, sebagian Lampung Tengah, Tulangbawang, dan Lampung Utara. Kondisi ini masih masuk dalam kategori pendek. Hal ini yang membuat hotspot atau titik kebakaran lahan di wilayah Lampung di puncak musim kemarau sangat minim.
Menghadapi musim hujan tahun ini, dengan masih aktifnya Dipole Mode negatif sampai dengan akhir tahun ini ditambah dengan pola angin monsunal yang sudah mulai berubah menjadi baratan yang berarti musim hujan akan segera tiba. Kami menghimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap pola cuaca ekstrim yang dapat menyebabkan kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir dan juga tanah longsor.
Masyarakat dan juga semua instansi pemerintah harus saling bahu membahu agar tidak ada korban jiwa dan kerugian bisa ditekan sekecil mungkin ketika bencana datang terutama di wilayah yang sudah menjadi langganan bencana terutama Kota Bandar Lampung.
Selain itu kami dari BMKG mengharapkan agar masyarakat dapat mengikuti perkembangan informasi cuaca dari media sosial resmi miliki BMKG Lampung baik itu melalui instagram (bmkglampung), facebook (Bmkglampung), dan website (lampung.bmkg.go.id). Pada media sosial tersebut kami akan memberikan update perkembangan informasi cuaca setiap hari, dan jika ada potensi cuaca ekstrim akan kami update setiap 2-3 jam sekali setiap hari. Kami mengharapkan masyarakat agar lebih bersahabat dengan kondisi cuaca dan iklim agar seluruh rencana kegiatan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Tetap waspada cuaca dan peduli akan kondisi iklim kita.***