Tekno  

Petambak Udang di Dipasena Deteksi Penyakit Udang dengan Aplikasi Jala

Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Startup perikanan Jala.tech melakukan evaluasi jalannya program Tambak Pintar yang dilakukan di Dipasena, Tulang Bawang, Lampung yang telah berjalan sejak akhir 2019 lalu. Kegiatan berlangsung pada ruang pertemuan Unit Usaha Bersama (UB) Delta 7, Dipasena Jaya, Rabu (29/1).

Tambak Pintar merupakan program digitalisasi manajemen budidaya udang yang saat ini memasuki 1 bulan pelaksanaan. Evaluasi dilakukan dengan memaparkan analisa performa budidaya udang milik petambak setempat, meliputi intensitas masuknya data berupa data pakan, kualitas air, pertumbuhan udang, panen, dan perlakuan di tambak.

Reynalfie Budy Raharjo, Co- Founder Jala mengatakan, salah satu kegunaan aplikasi Jala adalah dapat melihat performa dari tambak budidaya secara digital dan mampu memberikan peringatan apabila keadaan tambak tidak stabil terkhusus pada kualitas air.

Perwakilan dari UB Ari Suharso mengaku kerjasama dengan Jala dalam program Tambak Pintar menghasilkan progres yang menarik bagi petambak, khususnya dalam mendeteksi adanya gejala white spot atau penyakit bintik putih pada udang.

“Persoalan yang kita hadapi bulan ini yaitu ada tiga tambak yang bisa terdeteksi white spot secara cepat lewat aplikasi, biasanya petambak baru menyadari setelah udang keliatan ngambang di kolam, sedangkan ini 3 hari sebelum terlihat gejala white spot, di aplikasi sudah terlihat perubahan parameter air yang cukup signifikan,” katanya.

Setelah dilakukan pengecekan lanjutan bersama Tim Jala, ternyata ditemukan gejala penyakit Enterocytozoon hepatopenael (EHP) yang menyerang hepato pankreas udang dan adanya penyakit Early Mortality Syndrome (EMS).

Ia berharap para petambak udang di Dipasena bisa lebih serius dan memperhatikan tambaknya agar tambak Dipasena tak hanya dilihat sebagai salah satu tambak tertua di Indonesia, tapi juga dikenal sebagai tambak modern.

rl