BOLA  

Piala Dunia: Bagi Prancis, Kuncinya pada 90 Menit Pertama

Bagikan/Suka/Tweet:
Oleh Ari Pahala Hutabarat

Di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Jumat pukul 23.00 WIB
akan berlangsung pertandingan perempat final piala dunia, yaitu antara Perancis
dan Jerman. Duel ini pastilah berlangsung seru dan sengit. Banyak pengamat
mengunggulkan Jerman akan menang dalam pertemuan ini. Meski tidak terlalu
produktif, organisasi serangan mereka diakui lebih rapi ketimbang Prancis.
Distribusi bola dialirkan dengan lancar, mulai dari Lham, ke Khedira atau
Schwensteiger, lalu ke Kroos, Ozil, atau Goetse, untuk kemudian dikonversi
Muller menjadi gol.
Transisi antarlini Jerman juga apik dan lancar. Philip
Lham, baik ketika ia diplot sebagai bek kanan ataupun gelandang bertahan,
biasanya berperan sebagai operator serangan awal–yang kemudian dilanjutkan
Ozil atau Goetse yang bertugas membuka ruang di pertahanan lawan. Dan untuk
urusan visi dan kreativitas ‘membuka ruang’ ini–para gelandang Jerman memang
mumpuni. Mereka mempunyai skill individu di atas rata-rata, sehingga tak
canggung berhadapan one-on-one dengan bek lawan, serta mempunyai
passing-passing yang sangat akurat.
Jika ‘penyelusupan’ ke kotak pinalti tak kunjung mampu
menembus ruang 12 pas musuh, maka Jerman juga cukup punya banyak bomber untuk
menembak langsung ke gawang lawan dari luar kotak pinalti, seperti Kroos, Ozil,
atau Schwensteiger. Pada pertandingan sebelumnya melawan
Algeria–passing-passing yang cantik dan akurat serta tembakan-tembakan
langsung dari Ozil CS kerap kita lihat dan nikmati.
Hanya saja,  nanti
malam kabarnya,tujuh punggawa Jerman terkena flu. Lalu problem posisi Lham
dalam skema belum juga mampu dipatenkan Joachim Loew–apakah Lham akan
menempati posisi klasiknya sebagi bek kanan atau menjadi gelandang bertahan.
Jika Lham menjadi bek kanan efek positifnya–ia tangguh, disiplin, dan
berpengalaman.
Lalu distribusi bola akan lancar bergerk ke depan karena
Lham punya naluri menyerang yang mumpuni. Tapi negatifnya–Lham sudah berumur.
ia diasumsikan takkan punya cukup stamina yang baik untuk bertanding lebih dari
90 menit. Karena itulah dalam beberapa partai Lham diplot Loew sebagai
gelandang bertahan dan posisi bek kanan diberikan kepada Jerome Boateng. Namun,
jika Lham jadi gelandang bertahan maka konsekuensinya, Sami Khedira atau
Schwensteiger harus jadi cadangan. Jadi, Lham bisa lebih menghemat energinya,
tapi Jerman kurang menggigit saat menyerang.
Mayoritas masyarakat Jerman di berbagai opini menghendaki
Lham dikembalikan ke posisinya sebagai bek kanan. Tapi legenda sepakbola
Jerman, Franz Beckenbaeur sepakat dengan Loew untuk menempatkan Lham sebagai
gelandang bertahan. Alasannya, jika di dua pertiga pertandingan Jerman tetap
mentok, maka Schwenisteiger akan masuk dan Lham akan turun ke bawah. Sejauh
ini, baik Khedira maupun Schweini memang mampu jadi pembeda ketika mereka turun
ke lapangan sebagai pemain cadangan.
Di lain pihak, Perancis saat ini sedang sangat percaya
diri. Mereka mampu menggilas Nigeria tanpa harus melewati waktu normal, 2-0.
Paul Pogba, salah satu anak ajaib yang diaku sebagai salah satu gelandang terbaiak
di dunia itu sudah mencetak gol.
Sesuai tradisi, setiap kali Prancis mampu masuk ke perempat
final, maka biasanya mereka mampu mencapai babak semifinal. Seperti Jerman,
organisasi serangan Prancis rapih dan sistematik. Matuidi, Cabaye, dan Pogba
selalu bergerak dan menyusup untuk membuka ruang pertahanan lawan dan
diteruskan Benzema atau Giroud untuk melesakkannya sebagai gol. Tapi, di
pertandingan terakhir sewaktu melawan Nigeria kemarin dapat dilihat–betapa
para gelandang Prancis kurang bagus visinya dan kurang kreatif ketimbang
gelandang Jerman.
Skill para gelandang itu memang di atas rata-rata, namun
mereka kerap kurang berhasil ‘menggocek bola’ jika harus berhadapan satu-satu
dengan bek lawan. Belum lagi Benzema dan Giroud yang terasa kurang oportunis
ketimbang Muller dari Jerman.
Pada diri Thomas Muller, kita melihat seakan tiada celah
yang tak mampu ia manfaatkan untuk menjebol gawang. Ia bisa muncul dari arah
mana saja, tiba-tiba, dan mematikan. Muller tak sungkan beradu fisik dan
menjadi aktor dengan melakukan diving di kotak pinalti. Sedangkan Benzema dan
Giroud terlampau sopan dan baik hati.
Mereka terlamapu formal dan mengikuti tertib yang terlalu
sebagai predator di daerah lawan. Namun, Prancis sedang dalam kondisi
terbaiknya saat ini. Kondisi mereka hampir sama persis dengan kondisi tim Prancis
di tahun 1998, saat mereka menjadi tuan rumah dan jadi juara–baik dari segi
umur rata-rata pemain, banyaknya pemain ‘pemula’ dan muda yang dipakai
Deschamps, serta disokong para bek yang tangguh dan berpengalaman di belakang.

Sulit memprediksi siapa pihak yang akan menang di
pertandingan ini. Mereka sama kuat. Mereka sama-sama mempunyai skema dan
organisasi serang yang tangguh. Mereka sama-sama memiliki skuad yang ditempa di
klub-klub kelas satu dunia. Mereka sama-sama mempunyai gelandang dan striker
yang oke. Tapi prediksi saya– jika Jerman tak mampu menuntaskan pertandingan
dalam waktu normal 90 menit, maka Prancis akan menang. Jerman mungkin akan
menang tipis, hanya selisih satu gol, dengan cara yang sulit sekali…dengan
cara yang berat sekali…dalam 90 menit pertama. Jika tidak, maka Prancis akan
berjaya.