Brasil dan Kolombia akan bertemu di babak perempat final Piala Dunia di Stadion Estadio Castelao, Fortaleza, pukul 03.00 WIB nanti.
Duel ini juga akan seru, karena sama-sama latino, sama-sama punya obsesi dan tuntutan yang kuat dari fansnya untuk menang–Brasil, karena tuan rumah, sedangkan Kolombia–ini merupakan perempat final pertama meraka di Piala dunia–sekaligus dedikasi untuk Andreas Escobar, martir sepakbola Kolombia. kolombia sedang di atas angin.
Tak ada pengamat yang meramalkan bahwa mereaka akan melenggang sejauh ini, dengan catatan yang meyakinkan juga. Sejauh ini James Rodriguez, gelandang mereka, masih mencatatkan diri sebagai pembobol gawang tersubur dengan lima gol. Saat bertanding melawan Uruguay terlihat kejeniusan Jose Pekerman, sang pelatih Kolombia. Ia memulai pertandingan itu dengan skema 4-4-2, yang berarti membuat fondasi seimbang antara pertahanan dan serangan.
Namun, di 2/3 pertandingan Pekerman mengubah skema tersebut karena Kolombia terlihat mentok untuk masuk ke line bawah Uruguay yang menggunakan skema 5-3-2. Pekerman kemudian mengubah skema 4-4-2 menjadi 4-2-2-2. Dalam skema 4-2-2-2; James Rodriguez dan Juan Cuadrado yang semula diplot sebagai sayap kiri dan kanan dibiarkan bebas beroperasi di belakang duo striker, Martinez dan Gutierrez. Efeknya–Cuadrado pecicilan, bergerak ke sana-kemari memainkan skill-nya mengobrak-abrik Uruguay.
Lalu pada puncaknya–James Rodriguez, pemain Kolombia termahal kedua setelah radamel Falcao yang dibeli Monaco dari FC Porto dengan bandrol 45 juta Euro itu melesakkan dua gol–salah satu gol-nya pun bisa digolongkan sebagai salah satu gol terindah di PD 2014 ini. Namun kualitas yang jelas terlihat pada Kolombia adalah sikap ngototnya. Mereka seperti tak lelah berlari sepanjang pertandingan.
Strategi dan organisasi serangan mereka rapih dan merata ke segenap pemain. Skill individu mereka yang baik seperti berkelindan dengan cantik karena didukung kolektivitas yang solid. Mungkin juga karena mereka bermain tanpa beban, karena cuma dianggap sebagai tim medioker di tengah para raksasa sepakbola. Sebaliknya, Brasil saat ini sedang bingung apakah harus percaya diri ataukah lumat dalam tekanan.
Brasil bermain dengan beban yang terlalu berat di pundak karena berperan sebagai tuan rumah. Kemenagan yang mereka peroleh selalu akan ‘cacat’, karena di luar stadion, di kampung-kampung, masyarakat terus saja berdemonstrasi karena menganggap perhelatan Piala Dunia ini adalah pemborosan dan penghinaan terhadap kemiskinan yang sedang mendera.
Pelatih Felife Scolari bahkan harus mendatangkan secara khusus Regina Brandao, psikolog olahraga, untuk menangani para anggota skuadnya karena terlalu gampang menangis. Memang pada beberapakali kesempatan kita bisa melihat Neymar CS sesungukan; saat mendengar lagu kebangsaan berkumandang dan terlebih lagi, saat mereka berhasil menang tos-tosan penalti saat melawan Chile.
Kata Carlos Alberto Pereira, pelatih teknis Brasil saat ini yang pernah membawa Brasil juara PD 1994 di AS, tangisan yang kerap keluar dari para punggawa Brasil adalah indikasi bahwa mereka belum siap 100 %. Tangisan, ujar Pereira, harus dihentikan. Tangisan bisa jadi ekspresi dari kesensitifan perasaan, tapi bisa juga muncul dari rasa jiwa yang tertekan.
Dari Pertandingan Brasil sebelumnya bisa dilihat; organisasi serangan mereka menggenang, karena distribusi bola selalu terarah ke Neymar. Pola serangan menjadi monoton. Neymar-sentris menjadi penyakit paling akut dari Brasil saat ini. Hal ini mungkin saja ditanggulangi kalau saja para gelandang atau strikernya kreatif. Tapi, sejauh ini tidak terlihat visi dan kreasi tersebut.
Hulk dan Oscar mentok, mondar-mandir tak menemukan arah serangan. Fred atau Jo yang berperan sebagai striker terlalu sopan dan jinak. Distribusi bola dari Alves atau Marcello kerap langsung dilambungkan begitu saja ke depan, ke Neymar, untuk kemudian Neymar adu sprint dengan bek lawan…dan kelelahan.
Serangan yang monoton dan Neymar-sentris ini yang kalau tak diubah Scolari bisa menjadi blunder baginya saat berhadapan dengan Kolombia. Tapi kabarnya Scolari punya skema andalan yang akan ia pergunakan nanti. Plot 3-5-2 bisa ia ubah menjadi 3-4-1-2, dengan menjadikan Marcello dan Alvez berperan sebagai bek sekaligus sayap dan memasang Henrique sebagai sentral bek mendapingi Luiz dan Silva.
Dengan skema ini Brasil, katanya, akan bermain lebih variatif. Neymar akan berperang sebagai penyerang bayangan, bersama Oscar atau ramirez atau Hulk. Ada beberapa problem lagi di Brasil– Thiago Silva belum optimal menjalankan perannya sebagai bek dan kapten. Luis Gustavo kabarnya tak diturunkan. Paulinho belum optimal.
Namun, saya memprediksi– Brasil akan memenangkan pertandingan ini. Karena mereka tuan rumah. Rasa malu yang akan mendera kalau mereka sampai kalah rasa-rasanya akan menjadi motivasi yang lebih kuat ketimbang motivasi Kolombia–yang akan mendedikasikan pertandingan ini kepada Escobar. Pada pertandingan di level ini, skill rasanya sudah tidak menjadi persoalan lagi. Pengalaman dan motivasi yang kuat akan menjadi lebih utama untuk meraih kemenangan.