Pilkada Lampura 2024, Siapa Gandeng Siapa?

Bagikan/Suka/Tweet:

Feaby Handana | Teraslampung.com

Kotabumi–Pelaksanaan Pilkada Lampung Utara memang masih cukup lama. Baru akan dilaksanakan pasa November mendatang. Namun, ingar bingarnya saat ini mulai kentara.

Para partai politik peraih suara terbanyak di parlemen mulai bersuara seputar jagoan maupun kriteria calon jagoan mereka masing-masing. Partai politik peraih suara terbanyak itu adalah Partai Gerindra (8 kursi), Partai Nasdem (7 kursi), PKB (5 kursi), Partai Demokrat (5 kursi), PDIP (5 kursi), Partai Golkar (5 kursi), PKS (5 kursi), dan PAN (5 kursi).

Dari delapan partai politik peraih suara terbanyak, tujuh di antaranya telah berbicara mengenai hal itu. Hanya Partai Demokrat saja yang belum berhasil dihubungi. Alhasil, siapa yang akan mereka jagokan belum dapat diketahui.

Ke-7 partai politik tersebut adalah Partai Nasdem, PKS, Partai Gerindra, Partai Golkar, PDIP, PAN, dan PKB. Ingar bingar ini sendiri terjadi berkat manuver politik dari Partai Nasdem. Mereka menjadi partai politik pertama yang berani blak-blakan menyebut sosok yang akan mereka jagokan dalam Pilkada.

Manuver mereka sukses membuat para koleganya tertarik untuk buka suara mengenai hal yang sama. Hanya PKS, PDIP yang masih terlihat belum mau terbuka terkait siapa yang akan mereka jagokan. Mereka masih melakukan pengamatan sembari memperhitungkan rekam jejak atau mengukur tingkat elektabilitas calon jagoannya masing-masing.

Mayoritas nama-nama yang disebutkan oleh mereka merupakan kader internal mereka masing-masing. Namun, ada juga yang dari kalangan eksternal. Ada wajah lama, dan ada juga pendatang baru. Pada umumnya, nama-nama yang disampaikan itu disebut-sebut memiliki potensi untuk maju dalam Pilkada.

Menariknya, dari sekian nama yang disebutkan oleh ke-7 partai politik itu, nama Ardian Saputra hanya ‘dilirik’ oleh satu partai. Hanya PKS yang menyebut namanya. Penyebutan namanya pun disandingkan dengan puluhan bakal calon jagoan lainnya. Padahal, posisi Ardian saat ini adalah wakil bupati.

Yang lebih menariknya lagi, nama Ardian sama sekali tidak ‘disenggol’ oleh Partai Nasdem meski berstatus sebagai wakil bupati. Namanya tak masuk dari tiga nama yang disampaikan oleh partai yang dikomandoi oleh Surya Paloh tersebut. Padahal, saat mengikuti pemilihan wakil bupati, Ardian maju dari Partai Nasdem.

Meski begitu, peluang Ardian untuk kembali menggunakan ‘perahu’ Partai Nasdem tak sepenuhnya tertutup. Sepanjang yang bersangkutan mau menggandeng satu dari tiga nama yang ada, restu itu akan ia dapat. Minimnya ‘lirikan’ dari partai-partai politik pada Ardian tentu bukanlah kabar yang enak didengar. Baik bagi para pendukungnya maupun bagi Ardian sendiri.

Jalannya untuk menjadi bupati terlihat mulai terjal. Namun, kita semua mafhum bahwa dalam dunia politik, semua bisa berubah di detik-detik terakhir. Bisa jadi nantinya Ardian dapat menggunakan perahu Partai Nasdem atau partai politik lainnya untuk ikut serta dalam Pikada. Dengan demikian, asanya untuk menjadi kampiun dalam Pilkada dapat menjadi realita.

Baiklah, kita tinggalkan dulu Ardian Saputra. Sekarang kita beralih ke sosok-sosok lainnya yang telah disampaikan ke publik. Dari sederet nama yang ada, terdapat tiga nama beken yang cukup menarik untuk diulas. Ketiga nama itu adalah Aprozi Alam, M.Yusrizal, dan Endah Kartika Prajawati Agung.

Untuk kedua nama pertama, keduanya pernah memiliki pengalaman mengikuti Pilkada. Khusus M.Yusrizal, ia telah dua kali mengikuti perhelatan Pilkada. Tahun 2014, ia berstatus sebagai calon bupati, sedangkan tahun 2018, ia berstatus sebagai calon wakil bupati.

Di tahun 2018 itulah, Aprozi Alam dan M.Yusrizal beserta pasangannya masing-masing bersaing dengan calon incumbent Agung Ilmu Mangkunegara. Namun, nasib baik belum menghampiri salah satu di antara mereka. Sebab, Pilkada kala itu masih dimenangkan oleh calom incumbent. Meski begitu, basis massa keduanya cukup kuat. Ini dibuktikan dengan status terbaru yang akan melekat pada mereka.

Keduanya kini sama-sama berstatus sebagai (calon) anggota legislatif terpilih. Aprozi di DPR RI, sedangkan M.Yusrizal di DPRD Lampung Utara. Dengan status yang akan disandang keduanya, tentu menarik untuk diamati apakah keduanya rela melepas posisi yang telah pasti dalam genggaman demi sebuah posisi yang belum pasti didapat.

Status sebagai anggota DPR RI tidaklah mudah untik didapat. Ada gengsi tersendiri bagi mereka yang duduk di sana. Pun demikian dengan M.Yusrizal. Sebab, ia disebut-sebut akan menjadi Ketua DPRD karena partainya ke luar sebagai pemenang Pemilu di daerahnya. Posisi yang pernah ditinggalkannya saat mencalonkan diri pada tahun 2014

Adapun sosok Endah Kartika Prajawati sendiri tak lain adalah istri mantan Bupati Lampung Utara, Agung Ilmu Mangkunegara. Statusnya saat ini diketahui masih sebagai ASN. Meski suaminya pernah tersangkut perkara korupsi, namun yang bersangkutan dikabarkan masih dekat di hati kalangan emak-emak. Bahkan, dikabarkan jumlah pendukung setia Endah masih berada di angka sekitar 30-an persen.

Melihat fakta tersebut, para peserta Pilkada Lampung Utara kemungkinan besar akan diisi oleh beberapa dari nama di atas. Bisa jadi nantinya mereka akan saling berhadap-hadapan. Atau bisa jadi di antara mereka justru bergandengan tangan. Kendati demikian, tak adil rasanya jika kita ‘mengunci’ bakal calon peserta Pilkada hanya di nama-nama itu. Sebab, sosok-sosok potensial yang memiliki kemampuan sama atau bisa jadi di atas mereka mungkin akan bermunculan dalam Pilkada mendatang.

Kalau itu sampai terjadi, perebutan kursi BE I J akan semakin ketat. Namun, sejatinya yang terpenting dalam persoalan ini bukanlah sosok bakal calon. Yang terpenting dari semua itu adalah seberapa kuat niat dan cara mereka untuk membawa Lampung Utara ke luar dari krisis berkepanjangan seperti saat ini. Paling tidak, pasangan terpilih nantinya dapat mengatasi angka kemiskinan di Lampung Utara. Dengan demikian, jawara sebagai kabupaten yang paling tinggi rakyat miskinnya dapat dialihlan ke daerah lain.

Menekan angka kemiskinan memang tidaklah mudah. Program-program yang efektif dan efisien harus dikedepankan. Kebijakan yang kontroversi baik dalam bidang tata kelola anggaran maupun tata kelola pemerintahan harus dihindari. Yang tak kalah pentingnya adalah menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat haruslah menjadi harga mati. Jangan lagi penempatan posisi seorang berdasarkan suka atau tidak suka. Kebijakan seperti itulah yang menjadi salah satu penyebab Lampung Utara tertinggal dengan daerah lain. Bahkan, dengan cucu-cucunya sendiri, Lampung Utara masih kalah jauh dalam beberapa hal.