Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.com
Anwar Putra Bayu |
BANDARLAMPUNG—Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) merupakan sebuah event bagi para penyair lima negara: Indonesia, Singapura, Malaysia, Bruneidarussalam, dan Thailand.
Menurut penyair Anwar Putra Bayu, dalam PPN digelar pembacaan puisi para dari penyair peserta, di smaping itu seminar/diskusi mengenai perpusiaan yang ada di Nusantara—khususnya Melayu. Setiap negara peserta dipilih seorang pembicara untuk memresentasikan ihwal perpusian di negaranya, yang mengacu pada tema yang diusung tuan rumah.
“Dengan begitu, akan terbaca perkembangan dunia puisi di masing-masing negara,” kata Anwar Putra Bayu yang dihubungi via telepon selular, Selasa (13/5) pukul 22.30.
Menurut penyair Sumatera Selatan yang telah mengikuti sejak PPN di Medan, Sumatera Utara ini, PPN merupakan event penyair generasi 2000-an.
Artinya, kata Bayu, sapaan penyair yang pernah menjabat Sekretaris Umum Dewan Kesenian Sumatera Selatan dan salah satu panitia pelaksana PPN V di Sumatera Selatan tahun 2011, jika Pertemuan Sastrawan Nusantara (PPN) cenderung pesertanya adalah para sastrawan senior, maka PPN didominasi penyair muda.
“Bahkan dari kurasi yang pernah dilakukan, baik di PPN V dan PPN VI di Jambi, banyak muncul para penyair yang lahir tahun 1984 hingga 1990,” ujar Bayu.
Pengkurasian karya dalam Pertemuan Penyair Nusantara dimulai dari Sumatera Selatan. Setelah itu Provinsi Jambi. Pada kedua provinsi ini, PPN menerbitkan antologi puisi: Akulah Musi (PPN V, Sumatera Selatan) dan Seloko (PPN VI Jambi).
Dikatakan Bayu, semengat “muda” ini pertama kali dirintis di Medan. Meski kemudian kata Ghatering akhirnya hilang. “Afrion adalah penyair muda, angkatan 2000. Dia pertama menggagas PPN sebagai rumah penyair berusia muda di lima negara berbudaya Melayu,” ujar Bayu lagi.
Apabila perkembangan selanjutnya, penyair yang lebih tua ambil bagian dalam PPN membuktikan event ini berguna bagi perkembangan dan kemajuan perpuisian dan kepenyairan yang ada di lima negara rumpun Melayu.
“Sewaktu di Palembang, kami juga mengundang Sutardji Calzoum Bachri. Juga Dato’ Kemala (Malaysia) meskipun Dato’ Kemala kemudian batal datang,” kata Anwar Putra Bayu.
PPN pertama kali diluncurkan di Medan pada 2007, mungkin tak pernah terpikir akan berlanjut hingga ke tujuh. Seusai helat PPN dilaksanakan pertemuan sejumlah penyair yang hadir. Saat itu disepakati PPN berlanjut dan Kediri siap menjadi tuan rumah. Maka terteralah PPN II di Kediri pada tahun 2008.
Rampung dari Kediri, rekan-rekan penyair Malaysia dari Penulis Malaysia (PENA) yang saat itu sekretarisnya S.M. Zakir memotori PPN III di Kualalumpur, 2009. Berikutnya, Zefri Ariff menerima mandat PPN IV di Brunei Darussalam (2010).
Dari Brunei Darussalam, dengan semangat Gubenrur Sumatera Selatan Alex Nurdin yang sukses menggelar Sea Games, PPN V pun dibawa ke Palembang dan digelar pada tahun 2011. Sebagaimana kesuksesan Sea Games yang sukses, PPN V juga menuai kesuksesan di sini. Bahkan, PPN V langsung dibuka oleh Gubernur Sumsel Alex Nurdin di rumah dinasnya.
Dari Kota Palembang, Provinsi Jambi tak mau “kalah” hendak menyukseskan event penyair rumpun Melayu ini pada tahu berikutnya, yakni tahun 2012 PPN dihelat di Kota Jambi. Jambi dan Palembang taklah begitu jauh. Kedua kota lain provinsi ini, PPN ini semakin Berjaya.
Kini, sejak 29-31 Agustus 2014, PPN VII akan dihelat di Singapura. Negara yang hanya dihuni sekira 13 persen orang Melayu, rasanya PPN ini tak begitu siginifikan—misalnya—disanding dengan acara Singapore Writer’s Festival.
Tetapi, semangat para penyair Melayu yang diharapkan pada PPN V ikut pula berjaya di PPN VI Jambi. Namun, PPN VII yang niatnya digelar tahun lalu akhirnya mundur setahun. Pada tahun ini pun sempat tertunda, ketika akan digelar Mei ini, lalu dibulatkan menjadi 29-31 Agustus mendatang.
“Ketertundaan ini tak lain karena keterbatasan dana yang dimiliki panitia PPN VII,” aku Ahmid Ahmid. Panitiia sudah mengumpulkan anggaran sejak 2013, namun sampai Mei ini baru bisa terpenuhi separuhnya.
PPN VII ini ditaja sejumlah lembaga di Singapura, 29-31 Agustus 2014 akan berlangsung di Gedung Warisan Melayu, Singapura. Acara kali ini mengusung tema “Menjejaki Akar Sejarah Kewibawaan dan Perkembangan Dunia Perpuisian Nusantara” dan akan diikuti 150 penyair, pemerhati/tamu khusus, budayawan, pelajar dan mahasiswa.
Para pembicara dalam PPN VII di Singapura, di antaranya Taufiq Ismail, Jefri Ariff, Shamsudin Othman, Jamal D. Rahman, Khalid Salleh, Peter Augustine, Sutardji Calzoum Bachri, Samad Said, Djamal Tukiman, Ahmadun Yosi Herfanda, Nik Rakib Nik Hassan, dan lain-lain.
Pada malam hari, pembacaan puisi para penyair peserta PPN. Sedangkan malam penutupan Lawatan di muara sungai Singapura sekaligus pembacaan puisi sesi terkahir.