Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
Dalam cerita wayang purwa, Prabu Dasamuka merupakan tokoh dalam cerita Ramayana yang memiliki sifat antagonis. Tokoh ini sepuluh wajah dengan sepuluh kepala. Itulah sebabnya Raja Ngalengka Diraja itu diberi nama Dasamuka (berwajah sepuluh).
Dasamuka diigambarkan sebagai sosok sangat sakti. Bahkan para dewa pun tak ada yang menandingi kesaktiannya. Dasamuka punya beberapa ajian atau senjata sakti. Antara lain Panca Sonya Bumi, Panca Sonya Angin, dan Panca Sonya Air. Selama di atas bumi, Dasamuka tidak bisa mati. Selama masih ada angin, Dasamuka tidak bisa mati. Dan selama masih kena air, Dasamuka tidak akan bisa mati.
Dasamuka memiliki anak sulung bernama Indrajit. Ibu Indrajit bernama Mandodari, putri Asura Maya. Ayah Mandodari adalah danawa atau raksasa bernama Mayasura, sedangkan ibunya adalah seorang bidadari bernama Hema. Konon Mandodari sangat cantik.
Sewaktu lahir, Indrajit diberi nama Megananda. Itu karena tangisan pertamanya diiringi suara petir menggelegar, pertanda kelak ia akan tumbuh menjadi seorang kesatria besar. Ketika dewasa, Megananda pernah membantu ayahnya bertempur melawan para dewa kahyangan. Dalam pertempuran itu, Megananda berhasil menangkap dan menawan Dewa Indra, raja para dewa. Dewa Brahma muncul melerai. Indra pun dibebaskan oleh Megananda. Sebagai gantinya ia mendapatkan pusaka ampuh dari Brahma bernama Brahmasta. Brahma juga memberikan julukan Indrajit kepada Megananda yang bermakna “Penakluk Indra”.
Indrajit inilah yang digadang-gadang (diproyeksikan) oleh Dasamuka untuk menggantikan dirinya kelak menjadi Raja Alengka. Oleh karena itu, Indrajit dijadikan Putra Mahkota. Sekalipun banyak tudingan miring akan kemampuannya, namun ada sang kakek yang juga Mahapatih Alengka bernama Prahasta adalah pendukung setianya. Patih Prahastha merupakan anak Prabu Sumali dengan Dewi Danuwati dan memiliki saudara bernama Dewi Sukesi. Ketika Prabu Dasamuka menjadi raja di Alengkadiraja, ia diangkat menjadi Patih di Negara Alengkadiraja. Ia juga merupakan senapati dari Kerajaan Alengkadiraja.
Kerajaan ini sangat terkenal kekentalannya dalam hal nepotisme, karena didukung oleh kediktatoran sang-Raja. Apa yang dikehendaki oleh Dasamuka harus dituruti, termasuk merebut istri orang yaitu Dewi Sinta, istri Prabu Rama. Semua dewa takluk. Namun ada satu yang tidak bisa dia taklukkan, yaitu isteri Raja Dewa, yang dalam pakeliran jawa diberi nama Dewi Durga.
Dalam cerita wayang, hal-hal super-aneh, super-unggul, super-tamak, dan super-memalukan kerap dibentangkan sang dalang ketika “membeber kelir” atau mendedahkan kisah.
Secara etimologi, kata wayang berasal dari kata ma Hyang. Artinya, menuju spiritual Sang Maha Kuasa (Tuhan). Namun ada juga yang mengartikan jika istilah wayang berasal dari teknik pertunjukan yang mengandalkan bayangan (bayang atau wayang) pada layar yang digunakan.
Dalam praktiknya, pertunjukan wayang kulit digelar dengan properti deretan wayang yang biasanya ditancapkan di atas batang pohon pisang. Wayang-wayang dengan lapar belakang kelir atau layar berupa kain berukuran lebar berwarna putih. Jika dimainkan sang dalang, maka penonton yang sesungguhnya konon justru adalah mereka yang berada di balik layar tersebut. Baik dilihat dari sisi dalang atau dari balik layar, wayang tetap menciptakan bayangan.
Itu soal asal-usul nama wayang. Nah, bagaimana dengan aneka karakter dan bentuk para tokoh wayang? Ternyata, bentuk tokoh wayang mencerminkan karakter masing-masing tokoh wayang tersebut. Semua itu kerap terkait dengan kiasan yang ada rujukannya dalam dunia manusia atau dunia nyata.
Dasamuka, misalnya. Ternyata muka sepuluh itu adalah “kiasan” akan perilaku yang ditampilkan manusia. Jika kita menggunakan analisis kwadran maka diperoleh tampilan sebagai berikut:
Kwadran satu : muka Dasamuka kelakuan Dewa. Kwadran dua : muka Dewa kelakuan Dasamuka. Kwadran tiga: muka Dasamuka kelakuan Dasamuka. kwadran empat: muka Dewa kelakuan Dewa.
Maksud kwadran itu adalah manusia memiliki peluang yang sama untuk menjadi dasamuka atau menjadi dewa. Tinggal tergantung variabel yang memengaruhi, apakah dia akan menjadi dasamuka setengah dewa, atau dewa setengah dasamuka.
Adapun beberapa variabel yang diduga memengaruhi itu adalah: Pertama, terlalu lama berkuasa. Ada kecenderungan jika terlalu lama berkuasa, maka terjadi perubahan sikap untuk menjadi dasamuka, tetapi tidak menjadi dewa. Kedua, pengaruh keluarga. Perlu diingat bahwa peran keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap sikap seseorang (terutama saat berkuasa); oleh sebab itu hanya sedikit pemimpin yang mampu mengeliminasi pengaruh keluarga pada sistem kekuasaannya. Perubahan ini jika menggunakan parameter kwadran adalah : semula tampak dewa, eeeeee..ternyata Dasamuka.
Ketiga, pendendam yang tidak tampak. Perlu diingat dalam salah satu teori Psikologi Kepribadian mengatakan bahwa manusia itu memiliki “topeng” yang sangat beragam; salah satu diantaranya adalah Tampak sekilas dia dewa, tidak tahunya dia adalah Dasamuka. Orang yang seperti ini sangat pandai bermain watak, bahkan nyaris sempurna.Sebagai contoh semula tampak baik-baik bahkan cenderung lugu. Ternyata setelah ada celah untuk tampil sebagaimana aslinya, maka tampak sejatinya dia adalah macam berbulu domba.
Tentu kita tidak akan mendapatkan manusia sempurna, karena ketidaksempurnaanlah yang menyempurnakan manusia itu. Akan tetapi, paling tidak dalam menentukan pemimpin kedepan kita harus terlebih dahulu memahami karakteristik aslinya dari berbagai sumber. Bisa jadi tampak sekarang halus bagai angin, setelah jadi menjadi badai. Semula kita duga adalah Dewa, ternyata sejatinya dia Dasamuka.
Hanya keledai yang terperosok pada lubang yang sama.