TERASLAMPUNG.COM, Bandarlampung–Kementerian ESDM bekerjasama dengan British Embassy Jakarta dan Rumah Pelangi menggelar acara pengenalan dan pelatihan penggunaan Kalkulator Indonesia 2050 untuk para jurnalis di Hotel Novotel, Bandar Lampung, Kamis (1/10).
Sebanyak 20 jurnalis baik cetak maupun elektronik di Bandarlampung mengikuti pelatihan dengan melakukan simulasi pengisian data Kalkulator Indonesia 2050.
“Dengan ikut pelatihan ini kami mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan tentang Kalkulator Indonesia 2050,” kata Aji Aditya, jurnalis LKBN Antara.
Hal yang sama juga diungkapkan Karlina, peserta lainnya. “Pelatihan ini sangat baik agar wartawan dapat menulis dengan data akurat, sehingga masyarakat dapat menerima informasi yang benar dan akurat ,” ujarnya.
Program Kalkulator 2050 diluncurkan Kementerian ESDM pada 21 April 2015 lalu. Kalkulator 2050 Indonesia ini dikembangkan oleh gabungan modeler dari Kementerian ESDM dan Institut Ekonomi Energi Indonesia (IIEE).
Kalkulator 2050 Indonesia merupakan inovasi pemodelan berbasis web, yang menunjukkan sisi pasokan dan permintaan energi di Indonesia bersamaan dengan skenario tata guna lahan dan bagaimana keduanya berinteraksi dalam menentukan tingkat keamanan energi, emisi gas rumah kaca dan tata guna lahan di Indonesia di masa yang akan datang.
Kalkulator tersebut merupakan alat yang mudah digunakan bagi semua orang yang terkoneksi dengan internet untuk mengetahui lebih dalam perbedaan energi dan skenario penggunaan lahan hingga tahun 2050.
Dalam pengaplikasiannya, perlu dilakukan dalam strategi berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan yang berada di seluruh Indonesia seperti universitas, pemerintah daerah, dan setiap kelompok kerja lintas kementerian/lembaga, serta partisipasi masyarakat dalam Indonesia 2050 Pathway Kalkulator.
Narasumber dalam acara pelatihan ini adalah ; Yosep Suprayogi (Kepala Pengembangan Produk Digital TEMPO) , Mahawira Dillon (Yayasan Pelangi), Rizka Sari (Energy Advisor British Embassy Jakarta) dan Alam Awaludin (PLN distribusi Lampung).
Mas Alina Arifin