TERASLAMPUNG.COM, BANDARLAMPUNG — Penerbit Pustaka Labrak akan segera menerbitkan buku antologi puisi karya almarhum Ahmad Yulden Erwin bertajuk Sirah Tembikar. Buku ini akan merangkum puisi-puisi karya almarhum yang beberapa tahun sebelum wafat memang menggeluti dunia tembikar (keramik) sebagai apresiator dan pengulas tembikar yang cukup mumpuni.
Menurut Direktur Penerbit Pustaka Labrak, Udo Z Karzi, buku Sirah Tembikar diperkirakan setebal 230 halaman dan dieditori sastrawan Iwan Nurdaya-Djafar.
“Buku ini diterbitkan atas kerjabareng dengan Akademi Lampung. Menjadi harapan kita bersama, semoga kehadiran buku puisi ini dapat semakin memperkaya khazanah sastra Indonesia,” kata Udo Z Karzi, Sabtu (1/10/2022).
Buku “Sirah Tembikar” ini merupakan kumpulan puisi yang ditulis oleh Ahmad Yulden Erwin dalam titi mangsa delapan tahun (2013-2021). Kumpulan puisi ini memuat seratus puisi yang terinspirasi dari karya-karya para seniman keramik dunia dari berbagai negara.
Udo Z Karzi mengungkapkan, sekitar sembilan tahunan AYE sapaan akrab penyair yang juga pernah menjadi penggiat Komite Anti Korupsi ini telah melakukan riset pustaka secara intensif tentang seni keramik dunia, mulai gaya mingei (seni orang biasa) di Jepang, gaya devon di Inggris, gaya dieombongi dan moon jar di Korea, gaya porselen jangdizen di Cina, hingga gaya ekspresionisme abstrak dari Peter Voulkos di Amerika Serikat.
“Semua itu dilakukannya agar ia dapat mengetahui dan merasakan secara langsung hakikat seni keramik kontemporer dunia. Setelah itu, pada tahun 2013, barulah ia menuliskan puisi-puisinya tentang seni keramik kontemporer. AYE mencoba menafsirkan bentuk dan lanskap pada dinding cawan, bejana, pasu bunga, atau patung keramik yang dilihatnya dengan menggunakan prinsip fudoshin, pikiran yang mengalir bebas, di dalam spiritualitas Zen. Seperti Matsuo Basho, penyair haiku abad pertengahan dari Jepang, AYE mencoba ‘merasakan’ objek-objek seni keramik kontemporer yang dilihatnya, ‘masuk’ ke dalamnya, dan membiarkan energi di dalam setiap objek seni keramik itu berkata-kata,” kata Udo.
Selama masa sakitnya yang panjang, lanjut Anshori, dengan intens AYE terus menulis puisi di samping berbagi pengetahuannya melalui Facebook dan membuka kelas puisi secara daring bagi para penyair muda hingga ajal menjemputnya dalam usia belum genap 50 tahun pada 13 Februari 2022.
“Berpulangnya mendiang AYE bukan semata meninggalkan istri tercintanya Listawati Intan dan kedua putri tersayangnya Adenita dan Ananda, tetapi juga sejumlah manuskrip puisi di antaranya Sirah Tembikar yang terbit secara anumerta ini,” terang Anshori.
Akademi Lampung yang di dalamnya AYE adalah satu di antara tujuh anggotanya terpanggil untuk menerbitkan kumpulan seratus puisinya perihal tembikar yang dilengkapi dengan ars poetica (konsepsi tentang puisi) di bawah judul “Presensionisme dalam Seni Keramik dan Puisi” serta glosaria yang menjelaskan tentang para seniman keramik yang muncul dalam puisi-puisinya dan istilah-istilah, diksi, serta frasa yang terpakai.
“Terimakasih dihaturkan adinda Listawati Intan serta putrinya, Adenita dan Ananda, yang sudah mengizinkan Akademi Lampung untuk menerbitkan kumpulan puisi almarhum suami dan ayah mereka,” katanya.
Buku antologi ini dibuka dengan puisi bertajuk “Masih Hidup”–diawali dua larik berikut: Kematian kecil ini/Lengkung langit petang.
“Kini, Ahmad Yulden Erwin sudah tiba pada situasi batas (chiffer) mutlak–dalam konsep filsafat eksistensi Karl Jaspers yang juga disinggung dalam ars poetica-nya—yang membawanya “ke balik malam” memasuki alam keabadian. Bagaimanapun juga, bak pepatah Yunani: ars longa vita brevis–hidup itu singkat, namun seni itu abadi. Selamat mengapresiasi,” katanya.
Kabar baiknya, buku ini bisa dibeli dengan diskon hingga 30 persen selama masa pre-order, yaitu mulai 29 September 2022 hingga 12 Oktober 2022. Peminat bisa menghubungi ke nomor WhatsApp bagian pemasaran Pustaka Labrak, 081540090094.