Radin Inten II Ditangkap Belanda karena Pengkhianatan Pamannya Sendiri

Patung Radin Inten II di Kompleks Permakaman Radin Inten II
Bagikan/Suka/Tweet:

Perjuangan Radin Inten II Melawan Penjajah Belanda (4)

Zainal Asikin | Teraslampung.com

LAMPUNG SELATAN — Radin Inten II akhirnya melakukan perjuangan melawan Belanda sendirian, tapi Belanda masih tetap kesulitan menangkap pemuda tangguh dan cerdas tersebut. Karena merasa kesulitan, akhirnya Belanda melakukan tipu muslihatnya dengan memanfaatkan orang lampung sendiri.

“Dengan kelicikannya itu, Belanda berhasil membujuk Radin Ngerapat yang merupakan masih kelamanya (paman) dari Radin Inten II sendiri,”ujarnya.

Radin Ngerapat merasa sakit hati karena pernah mendapat hukuman oleh Radin Inten II, sehingga mau menuruti dan melakukan perintah Belanda untuk menjebak Radin Inten II. Sementara Radin Inten II menegakkan hukum seadil-adilnya dan tidak pandang bulu, baik itu kepada siapapun yang berbuat salah harus dihukum sekalipun itu adalah saudara atau kerabatnya sendiri.

BACA: Perjuangan Radin Inten II Melawan Penjajah Belanda (1)

Selanjutnya, Radin Ngerapat mengundang Radin Inten II untuk diajak makan bersama. Saat itu Radin Intan II tidak menaruh curiga atau prasangka buruk sedikitpun atas ajakan Radin Ngerapat yang merupakan masih pamannya (kelama) tersebut, karena selama ini Radin ngerapat dipercaya oleh Radin Inten II sebagai Kepala Kampung di wilayah Tetaan Udik. Radin Intan II pun pergi memenuhi undangan makan tersebut, dengan ditemani saudara sepupunya bernama Iton Mas.

“Radin Inten II diajak oleh Radin Ngerapat disebuah areal perkebunan antara Desa Tetaan dengan Desa Gayam tepatnya di Lapai Khatu. Di tempat itulah, Radin Inten II menyantap nasi yang dicampur dengan potongan daging kerbau bule, sementara Inton Mas tidak ikut makan karena melakukan penjagaan. Ternyata nasi yang dimakan Radin Inten II itu, oleh Radin Ngerapat dimasak dengan dibubuhi racun tuba,”ungkapnya.

Pada saat itulah, lanjut Budiman, Radin Inten II merasa kesakitan setelah menyabtap nasi yang sudah bercampur racun tersebut. Pasukan Belanda langsung datang menyerangnya.

Meski dalam kondisi sakit akibat diracuni dengan pamannya, dengan kegagahan dan keberaniannya mengusir penjajah Belanda dari tanah Lampung, Radin Inten II memberikan perlawanan sengit terhadap Belanda meski tidak seimbang.

BACA: Perjuangan Radin Inten II Melawan Penjajah Belanda (2)

Radin Inten II dapat ditangkap setelah diberondong peluru oleh Belanda, begitu juga dengan sepupunya, Iton Mas berhasil ditangkap Belanda.

“Meski terluka parah diberondong peluru pasukan Belanda, Radin Inten II melakukan perlawan dan berusaha lari hingga berjarak sekitar 2 km hingga akhirnya dapat ditangkap oleh pasukan Belanda. Radin Inten II gugur setelah duhujani peluru lagi dan dihukum pancung dan oleh Belanda, pada tanggal 5 Oktober1856 malam sekitar pukul 23.00 WIB didekat Kunyayan, Gedongharta yakni tepatnya didekat Benteng Cempaka yang menjadi tempat pemakamannya sekarang ini,”terangnya.

Dengan gugurnya Radin Inten II diusinya 22 tahun, perlawanan terhadap Belanda hanya bersifat kecil dan mudah bagi Belanda untuk mengalahkannya. Sedangkan saudara sepupunya, Iton Mas diasingkan oleh Belanda ke daerah Sulawesi.

“Sekitar tahun 1869, Iton Mas bisa pulang dan kembali lagi ke tanah Lampung lalu dia diangkat dan mendapatkan gelar Pangeran,”tandasnya.

Dikatakannya ada beberapa benda-benda sejarah peninggalan Radin Intan II, diantaranya adalah satu buah Al-Quran kuno tulis tangan, kawai (baju) besi, dua buah celana sirwal, satu buah kawai (baju), perjanjian Lampung Banten, undang-undang adat kuntara raja niti jugul muda, pedang kemala bumi, selendang (benting) panjang, stempel Keratuan Ratu Darah Putih dan stempel jual beli, keris, tombak, skin (pisau) dan beberapa peninggalan sejarah lainnya yang ditemukan di areal dekat pemakaman Radin Inten II.

“Semua benda peninggalan sejarah Radin Inten II tersebut, disimpan di rumah tua (Lamban Balak) Keratuan Ratu Darah Putih di Desa Kuripan, Penengahan, Lampung selatan,”pungkasnya.

Setelah Indonesia merdeka dan untuk mengenang atas jasa dan pengorbanannya, pemerintah Indonesia menganugerahi Radin Inten II sebagai Pahlawan Nasional dan dibuatlah monumen di sekitar lokasi pemakamannya di Benteng Cempaka Desa Kahuripan, Penengahan, Lampung Selatan.

BACA: Perjuangan Radin Inten II Melawan Penjajah Belanda (3)

Penganugerahan pahlawan nasional tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia kedua, Hi. M Suharto di Jakarta tanggal 23 Oktober 1986, dengan surat keputusan No. 082/TK/Tahun 1986, Tentang “Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional”.

Nama Radin Inten II juga diabadikan menjadi bandar udara di Branti, Lampung Selatan; perguruan tinggi (IAIN Raden Intan, kemudian berubah menjadi UIN Raden Intan); dan jalan-jalan utama di Provinsi Lampung.