Revolusi Payung: Diserang Demontran Tandingan, Mahasiswa Hongkong ancam Batalkan Perundingan

Bagikan/Suka/Tweet:
Seorang mahasswa prodemokrasi luka parah karena diserang pengunjuk rasa tandingan. (foto: dok BBC)
HONG KONG–Sejumlah
pemimpin gerakan mahasiswa Hong Kong menunda perundingan dengan pemerintah
sesudah terjadinya bentrokan dengan para pengunjuk rasa tandingan. Menurut
mereka, pemerintah tidak melindungi para pengunjuk rasa.
Ratusan ribu
orang, mahasiswa dan warga lain, melancarkan aksi pembangkangan umum sejak enam
hari lalu, menolak ketetapan Cina bahwa di Pemilu 2017 nanti para calon harus
mendapat persetujuan badan yang dibentuk Cina.
Peminpin
Hong Kong CY Leung menolak tuntutan mundur namun menawarkan perundingan, yang
diterima mahasiswa dan Occupy Central–kelompok yang menggalang unjuk rasa.
Tetapi bentrokan
terjadi Kamis malam, menyusul munculnya sekelompok pengunjuk rasa tandingan
yang merusaha membongkar tenda-tenda dan barikade kaum prodemokrasi.
Ingkar janji
Federasi
Mahsiswa Hong Kong (Hong Kong Federation of
Students, HKFS
) mengatakan dalam pernyataanya, “pemerintah
membiarkan mafia menyerang para peserta aksi damai. Hal itu memutus jalan ke
arah dialog.”
“Pemerintah
tidak memegang janji mereka. Kami tak punya pilihan kecuali menunda
perundingan.”
Benny
Tai, pemimpin Occupy Central, satu dari tiga kelompok utama
penggalang aksi, mengatakan kepada BBC bahwa mereka sendiri masih sekadar
mempertiumbangkan melancarkan boikot itu, sementara, katanya, langkah-langkah
ke arah perundingan sudah disusun. Namun, katanya pula, polisi tak melindungi
pengunjung rasa dari serangan lawan mereka, dan itu tak bisa dibiarkan.
“Pada
titik ini, sangat sulit untuk menjaga hawa dialog apapun, jika pemerintah tidak
menghentikan serangan terhadap para pengunjuk rasa yang melancaran aksinya
secara damai,”
Di kawasan
komersial Mong Kok, semenanjung Kowloon, para pengunjuk rasa tandingan berusaha
membongkar tenda para mahasiswa.
Terjadi
bentrokan, polisi membangun pagar betis untuk memisahkan kedua kelompok.
Tak lama, para
aktivis pro demokrasi lainnya berdatangan, hingga melebihi lagi jumlah
pengunjuk rasa trandingan.
Para
demonstran tandingan itu mengaku penduduk lokal yang terganggu kehidupan
sehari-hari oleh pembangkanagn umum.
“Kami
mesti bekerja dan mencari uang. (Gerakan) Occupy Central) ini cuma sekadar permainan,” kata
seorang pekerja bangunan kepada AFP.
“Kembalikan
Mong Kok seperti semula! Kami warga Hong Kong perlu makan!” teriak para
demonstran tandingan.
Namun
banyak mahasiswa menuding, mereka digerakkan oleh pemerintah.
Para aktivis pun
serempak berseru, “Pulang sana ke Cina daratan!”

Sumber: BBC