Ribuan Pelajar dan Guru di Lampung Suarakan “Simfoni” Damai Lewat Lagu Karya Kim Commanders

Ribuan pelajar TK, SD, SMP hingga SMA dan para guru saat menyanyikan lagu “Asa Sang Anak Bangsa” yang dikolaborasi dengan koreografi karya musisi kemanusian perdamaian dunia Kim Commanders di Lapangan Merdeka Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulangbawang Barat, Senin (9/12/2024).
Ribuan pelajar TK, SD, SMP hingga SMA dan para guru saat menyanyikan lagu “Asa Sang Anak Bangsa” yang dikolaborasi dengan koreografi karya musisi kemanusian perdamaian dunia Kim Commanders di Lapangan Merdeka Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulangbawang Barat, Senin (9/12/2024).
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM–Lagu “Asa Sang Anak Bangsa” karya musisi kemanusian perdamaian dunia Kim Commanders dinyanyikan dan dikoreografikan oleh ribuan pelajar mulai dari tingkat TK, SD, SMP hingga SMA dan para guru di Lapangan Merdeka Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulangbawang Barat, Lampung, Senin (9/12/2024).

Dengan mengenakan baju adat dari berbagai daerah di Indonesia dan seragam sekolah mereka masing-masing, ribuan pelajar beserta para guru ini menyerukan perdamain lewat lagu balada “Asa Sang Anak Bangsa” diiringi musik yang sudah dikolaborasi instrumen musik modern dan daerah etnis Lampung (gamolan), Bali dan Jawa (gamelan).

Penampilan mereka, begitu memukau saat menyanyikan lagu bergenre balada karya musisi kemanusian perdamaian dunia dengan dikoreografi cukup ciamik yang dinahkodai oleh Syamsul Irwan selaku ketua panitia HGN Tulangbawang Barat bersama Sehtri Setiawati dan Probo Susilo selaku Choreographer.

Kegiatan tersebut, merupakan sebagai rangkaian dalam acara peringatan Hari Guru Nasional (HGN) ke-30 dan HUT Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke-79 yang digagas Forkopimda Tulangbawang Barat merupakan sebuah kolaborasi indah musik dan tarian suarakan “Simfoni”untuk perdamaian.

Pentas seni ribuan pelajar beserta guru dan juga Forkopimda Tulangbawang Barat, Lampung ini menjadi simbol untuk menyuarakan pesan-pesan perdamaian yang terjadi di negeri ini (Indonesia) seperti Papua dan tragedi genosida di Gaza peperangan yang terjadi di Palestina.

Pada kegiatan ini, sang musisi perdamaian dunia Kim Commanders pun turut hadir dan tampil bersama ribuan pelajar, para guru dan Pj Bupati Tulangbawang Barat, M. Firsada serta Forkopimda menyanyikan lagu ciptaanya berjudul “Voice Of Refugee” dalam tema From Tulangbawang Barat To The Peace Of World.

Warga yang menyaksikan penampilan ribuan pelajar dan guru di Kabupaten Tulangbawang barat ini, merasa haru dan bangga bahkan tak sedikit dari mereka mengabadikan momen langka itu dengan mengambil gambar maupun video dengan gawai (ponsel) pintar smartphone.

Ketua panitia Syamsul Irwan mengatakan, motivasi yang mempunyai satu kerinduan di momen istimewa pada peringatan HGN ke-30 dan HUT PGRI ke-79 ini, yakni ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk Kabupaten Tulangbawang Barat.

Menurutnya, sesuai namanya PGRI, kami ingin mewujud nyatakan bahwa persatuan itu ada dalam diri bukan hanya terdengar manis dibibir saja. Oleh karena itu, kami memberanikan diri menampilkan yang terbaik di peringatan HGN ke-30 dan HUT PGRI ke-79 ini.

“Lagu ‘Asa sang Anak Bangsa’ karya musisi Kim Commanders yang dinyanyikan dan dikoreografikan ribuan pelajar TK hingga SMA dan guru ini, bisa menyatukan dan menyerukan perdamain. Lagu ini bisa merangkul semua kalangan berbagai suku, adat budaya dan agama bahkan bisa dipahami juga oleh penyandang disabilitas seperti tunanetra dan tunarungu,”kata dia dilokasi acara, Senin (9/12/2024).

Sementara musisi Kim Commanders merasa haru dan bangga, lagu “Asa Sang Anak Bangsa” karyanya dinyanyikan dan dikoreografi oleh ribuan pelajar TK, SD, SMP dan SMA di Kabupaten Tulangbawang Barat pada acara peringatan HGN ke-30 dan HUT PGRI ke-79 dengan konsep futuristik menampilkan keindahan ciri khas bangsa seperti baju adat, kesenian, budaya dan ikon Indonesia.

“Perdamaian dapat tercipta lebih tepat dan cepat sampai melalui anak-anak, dari anak-anak inilah kita semua bisa belajar perdamaian dan tidak ada perbedaan atau perpecahan diantara sesama,”kata Kim kepada teraslampung.com.

Pada moment peringatan HGN ke-30 dan HUT PGRI ke-79 ini, kata Kim, guru adalah sebagai sosok yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Guru tidak hanya bertugas mengajarkan materi pelajaran, tapi berperan sebagai teladan bagi murid-muridnya.

Dalam berbagai aspek, guru memberikan contoh nyata bagaimana seseorang seharusnya bersikap dan bertindak, baik dalam konteks akademik maupun kehidupan sehari-hari. Seperti pepatah tokoh nasional Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa Ing Tulodha Ing Madya Mangun Karsa Tutwuri Handayani”.

“Guru adalah teladan yang membentuk masa depan murid melalui sikap dan nilai-nilai yang diberikan dan tunjukkan. Dengan menjadi contoh yang baik, guru tidak hanya berkontribusi pencapaian akademik murid saja tetapi juga pada pembentukan karakter dan moral mereka,”ungkapnya.

Kim menyampaikan rasa dan semangat optimisme, bahwa kolaborasi dalam kebergaman harus terus dijaga dan tidak boleh dihilangkan. Lagu “Asa Sang Anak Bangsa” ini, dipersembahkannya untuk seluruh masyarakat seantero negeri (Indonesia).

Ia merasa, lagu yang ia ciptakan dan dinyanyikan ini, memiliki kesempatan untuk turut menyuarakan perdamaian, persamaan hak, keadilan dan kesatuan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Semoga lagu karyanya tersebut, dapat diterima masyarakat luas.

“Saya ucapkan terima kasih kepada Pj Bupati Tulangbawang Barat M Firsada beserta Forkopimda. Begitu juga kepada panitia, seluruh pelajar dan guru di kabupaten Tulangbawang Barat berasal dari beragam agama, suku, adat dan budaya yang telah menyambut baik karya saya ini,”ucapnya.

Lagu “Asa Sang Anak Bangsa” yang diciptakan tahun 2018 lalu, tentunya mempunyai cerita dan memiliki makna tersendiri dari sang empunya (penciptanya) yakni tentang perjuangan.

Melalui karyanya itu, Kim pun berharap siapapun yang memimpin negeri ini, agar kiranya jangan ada perbedaan dan buatlah kami damai di tanah sang pertiwi dalam nadi merah uutih di atas satu jiwa Indonesia.

“Pesan kami sebagai anak bangsa untuk para pemimpin, agar selalu menjaga perdamaian di Bumi Pertiwi ini. Harapannya, semua manusia di dunia ini agar dapat menanamkan nilai-nilai kemanusiaan terhadap semua. Terlebih lagi, terhadap anak-anak yang ada di belahan dunia ini,”harapnya.

Bagi Kim, perdamaian adalah fundamental yang akan selalu menjadi kebutuhan, aspirasi, harapan dan impian sekaligus sebuah panggilan bagi setiap orang. Mewujudkan perdamaian sejati yang dicita-citakan bersama, dibutuhkan berbagai upaya konkret yang tentunya dapat dimulai dari hal sederhana dengan apapaun yang ada pada diri kita.

Sebagai warga Indonesia yang menjunjung tinggi semangat perdamaian dan kebersaam dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, Kim merasa terpanggil untuk dapat menghasilkan karya musikal bergenre balada yang dapat mendukung upaya mewujudkan, menjaga perdamaian dengan talenta yang dimilikinya melalui menulis dan menciptakan lagu serta menyanyi.

“Sebagai bagian dari anak bangsa, saya yakin sekali bahwa musik adalah alat, cara dan karya yang sangat mampu melampaui setiap sekat, batas yang menghalangi terciptanya perdamaian antar manusia karena pada dasarnya kita berdiri pada tanah yang sama,”kata dia.

Melalui musik, lanjutnya, manusia bisa mengekspresikan banyak sekali hal-hal konstruktif. Mulai dari nada, melodi dan lirik lagu. Semua itu bisa menjangkau siapapun, menyampaikan pesan atau nilai-nilai perdamaian yang ingin disuarakan kepada setiap orang.

“Apalagi diera digital seperti sekarang ini, teknologi memungkinkan menghasilkan karya yang mudah diakses oleh setiap orang dibelahan dunia manapun,”sebutnya.

Ia menciptakan lagu bergenre balada tersebut sebagai bentuk solidaritas, sekaligus rasa simpati dan empati kepada siapapun yang pernah mendapat perlakuan kurang adil karena masalah perbedaan. Mengapa dan untuk apa ia melahirkan lagu khusus balada yang mengusung perdamaian global.

Melalui lagu, Ia mengajak pendengar untuk tidak hanya bersimpati atau mengerti, akan tetapi berani untuk berempati, merasakan penderitaan mereka, hadir untuk mereka, siapapun yang memiliki impian dan harapan tentang perdamaian.

“Saya yakin, kita semua apapun itu agamanya, suku dan ras, akan berani lebih lantang lagi menyuarakan perdamaian dimanapun juga, terutama sebagai warga negara indonesia dan warga dunia,”terangnya.

Ia menambahkan, dirinya akan tetap konsisten menyampaikan (serukan) salam perdamaian kepada dunia lewat karya-karya lagunya. Menurutnya, dengan musik kita bisa menenangkan hati, dan musik menggambarkan indahnya sebuah perpaduan dari berbagai bunyian alat musik modern dan etnis daerah.

“Kita semua bisa belajar dari filosofi bermusik. Ketika tercipta toleransi dan saling memahami, saling menghargai dan saling mengisi, maka hidup ini akan damai semakin berarti,”pungkasnya.

Profil Kim Commanders

Lukman Hakim atau yang dikenal dengan sebutan Kim Commanders sebagai musisi independen yang peduli terhadap kemanusian perdamaian dunia ini, merupakan pria kelahiran Lampung 24 April 1973 berdarah Lampung dan Padang.

Kim bersama istrinya Eva Lulut dan ketiga anaknya, sebelumnya tinggal di Jalan Ikan Pari Blok D Kebon Pisang, Kelurahan Telukbetung, Kota Bandarlampung. Sekitar enam tahun belakangan ini, Kim beserta anak dan istrinya tinggal di Tiyuh (Desa) Tunas Jaya SP 1C, Kecamatan Gunung Agung, Kabupaten Tulangbawang Barat, Lampung.

Dari pelosok Desa Tunas Jaya inilah, Kim Commanders yang hanya lulusan SMA ini terus menyuarakan perdamaian dan kepedulian kemanusiaan baik itu untuk Indonesia maupun dunia melalui karya musik dan lagunya.

Meski bukan musisi terkenal dikancah belantika musik Indonesia, Kim sebagai musisi independen. Tapi karya lagunya banyak dikenal para musisi dunia, seperti lagu balada berjudul “Childern With No Land” yang menceritakan tentang kisah derita anak-anak tak berdosa korban dari suatu negara yang berkonflik (perang) dan menjadi pengungsi.

Lagu “Childern With No Land” ini, sempat menghentakkan para musisi dunia karena sempat menjadi rating atau merajai tangga lagu dunia ‘Reverbnation’ dalam kategori ‘Balada’ pada tahun 2016 lalu.

Selain merajai tangga lagu dunia ‘Reverbnation’, lagu balada tersebut pernah mendapat penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk perdamaian global, dan mendapat penghargaan sebagai pemenang pertama diajang lagu-lagu dunia ‘Word Song international Contest’ di negara Rusia pada Februari 2018.

Berkat lagu balada karyanya yang menggaungkan tentang anak-anak tak berdosa, Kim Commanders juga mendapat penghargaan dari Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) September 2016.

Selain karya lagu pertamanya berjudul ‘Childern With No Land’ (Anak-anak Tanpa Negara), Kim juga telah merilis beberapa karya lagu balada dalam versi bahasa Inggris berjudul One World For Children (Satu Dunia Untuk Anak-Anak), A Voice of Refugees (Suara Pengungsi), Sing No to War Yes to Peace (Nyanyikan Tidak Untuk Perang Ya untuk Damai), This War Is Not For Us (Perang Ini Bukan Untuk Kita) dan We Miss That Moment (Kami Merindukan Momen Itu).

Beberapa lagu karyanya itu, dikemas dalam satu album berjudul ”From Lampung For World Peace” (Dari Lampung Untuk Perdamaian Dunia). Kim mengemas semua lagu karyanya dalam bahasa Inggris, karena pesan yang disampaikan dalam lagu itu tidak hanya untuk anak Indonesia tapi kepada anak-anak di seluruh belahan dunia.

Kim juga menciptakan lagu berbahasa Indonesia seperti Merah Putih Didenyut Nadi, Kita dan Air Mata (korban Covid-19), Asa Sang Anak Bangsa, Pemilih Cerdas, Balada Sang Anak TKW dan masih banyak lainnya lagi.

Kim meluncurkan lagu-lagu balada karya ciptaan itu secara lebih meluas melalui kanal Youtube Chanel pada tautan https://www.youtube.com/results?search_query=kim+commanders dan akun resmi media sosial Instagram @kimcommanders.

Kim Commanders tidak hanya sebagai musisi, hal positif lainnya dilakukan Kim dalam kegiatan sosial membantu korban bencana alam gempa di Palu dan tsunami di Kabupaten Lampung Selatan beberapa waktu lalu.

Selain itu, Kim juga menumbuhkan minat baca kepada anak-anak dan belajar edukasi lainnya serta ikut beperan membantu para penggiat literasi di Lampung dengan mendonasikan buku-buku.

Kim bukan hanya sebagai saksi, tapi juga sebagai sosok figur komunikatif dan memiliki daya guna membangkitkan optimisme masyarakat dari kebiasaan tidak baik menjadi lebih baik.

Zai I Teraslampung.com