Rumah Budaya Fadli Zon Luncurkan Buku “Keris Minangkabau”

Bagikan/Suka/Tweet:
PADANGPANJANG – Rumah
Budaya Fadli Zon meluncurkan Buku “Keris Minangkabau”, Minggu, (28/2). Buku
yang ditulis Basuki Teguh Yuwono bersama Fadli Zon itu mendapat sambutan dari
berbagai pihak di Sumatera Barat.
Wakil Gubernur
Sumatera Barat Nasrul Abit yang hadir di acara itu mengatakan, terbitnya buku
“Keris Minangkabau” merupakan upaya Fadli Zon membangkik batang tarandam terhadap benda pusaka Minangkabau yang
nyaris hilang.
“Ini benda
bersejarah Minangkabau yang nyaris hilang kemudian dihidupkan kembali lewat
penulisan sejarah khususnya melalui buku ini,” kata Nasrul Abit yang sebelumnya
mantan Bupati Pesisir Selatan.
Dia juga
menyampaikan salut kepada Fadli Zon, di tengah kesibukan kerja sebagai Wakil
Ketua DPR RI masih peduli dan menyempatkan diri menulis buku setebal 458
halaman dengan berat 3 kilogram itu.
“Semangat
berkarya Fadli Zon ini luar biasa, bahkan beliau membangun kantong budaya di
Rumah Budaya ini,” ujar Nasrul Abit.
Pada
kesempatan itu, Fadli Zon mengatakan bahwa sejarah Minangkabau tidak lepas dari
benda sejarah bernama keris. Keris dalam bahasa Minangkabau disebut karieh atau kreh dan menjadi penanda zaman dan penanda tingkat peradaban yang
dibacapai di masa itu.
“Bahkan,
pahlawan nasional Imam Bonjol beserta pasukan Paderi yang dipimpinnya menggunakan
keris sebagai senjata melawan penjajah,” ujar Fadli Zon.
Menurut Fadli
Zon, berdasarkan data-data arkeologis, budaya keris awalnya berasal dari Pulau
Jawa, kemudian menyebar  ke berbagai
wilayah Nusantara, termasuk Sumatera. Budaya keris Jawa masuk ke Sumatera telah
terjadi sejak era Mataram Hindu di Jawa atau telah berkembang sejak era
Sriwijaya.
“Budaya keris
Sumatera mengalami kemajuan yang pesat pada paruh kedua abad ke-13. Budaya
keris Jawa masuk ke Sumatera berlanjut pada era Majapahit di abad ke-14-15 yang
mampu membuka isolasi hingga Minangkabau dan berlanjut pada era Kesultanan
Demak di abad ke-16, Mataram pada abad ke-17, dan era-era berikutnya,” kata
Fadli Zon.
Sementara
menurut Basuki Teguh Yuwono yang juga Dosen Institut Seni Indonesia (ISI)
Surakarta, budaya keris Minangkabau menunjukkan pencapaian tekonologi seni
tempa logam yang tinggi. Selain itu, keris Minangkabau memiliki corak dan gaya
unik yang menunjukkan identitas adat budaya Minangkabau.
“Keris
Minangkabau mendapat pengaruh budaya keris dari daerah sekitarnya, namun juga
mempengaruhi budaya keris di daerah sekitarnya,” kata Basuki.
Dia
menjelaskan, Kerajaan Minangkabau yang didirikan Adityawarman pada abad ke-14
memiliki peran penting dalam penyebaran keris Minangkabau ke berbagai penjuru
Nusantara, khususnya ke seluruh Sumatera, Jawa bagian Barat (Banten dan
Cirebon), Kalimantan Barat, Sulawesi hingga Nusa Tenggara Timur.
“Tradisi
pembuatan keris di Minangkabau diperkirakan dari tiga model. Pertama, Mpu dari Jawa atau Bugis hijrah
ke Minangkabau. Kedua, Mpu orang
Minangkabau belajar keris ke Jawa atau Bugis, dan Ketiga, Mpu orang Minang yang secara turun temurun membuat keris
dari leluhurnya,” jelas Basuki.
Peluncuran
Buku “Keris Minangkabau” tersebut ditandai penandatanganan sampul buku dan
penyerahan buku kepada sejumlah tokoh Sumatera Barat dan tokoh nasional.
Di antara undangan
tampak hadir Wakil Ketua DPD RI Farouk Muhammad, Anggota DPR RI Ade Rezki
Pratama, Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit, Walikota Bukittinggi Ramlan
Nurmatias, Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi, Bupati Limapuluh Kota
Irfendi Arbi, Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni, beserta jajaran DPRD
se-Sumatera Barat, Kapolda, Kapolres, seniman, budayawan, dan pemerhati seni lainnya.
Pameran keris
Minangkabau di Rumah Budaya Fadli Zon merupakan pameran kedua kali setelah
pameran yang sama digelar pada tahun 2012 silam. (rel)

Foto: Buku “Keris Minangkabau” karya Basuki Teguh Yuwono dan Fadli Zon
diluncurkan Minggu (28/2), di Rumah Budaya Fadli Zon.