‘Rumah’ Partai Demokrat dalam Pilwakot Bandarlampung: Antara yang Irit, Boros, dan Taktis

Bagikan/Suka/Tweet:
Alat peraga sosialisasi  Pilwakot Bandarlampung milik Nizwar Affandi di Jl. Cendana, Bandarlampung, tidak utuh lagi karena robek.

BANDARLAMPUNG, Teraslampung,com– Meskipun sama-sama tinggal di satu rumah Partai Demokrat, Yusuf Kohar, Nizwar Affandi, dan Hartarto Lojaya beda ‘karakter’ dan gaya dalam menghadapi pemilihan walikota (Pilwakot) Bandarlampung.

Pengusaha senior yang juga inisiator Partai Demokrat Lampung, Yusuf Kohar, terlihat sangat hemat. Hanya ada beberapa spanduk kecil tentang pencalonnnya sebagai walikota terpasang di sudut Kota Bandarlampung. Kohar tampak seperti maalu-malu dan tak mau mengobral gambar dirinya.

Sementara Afan, sapaan akrab Nizwar Affandi terlihat terlalu boros. Gambar gantengnya menyesaki hampir semua sudut kota. Ada yang berukuran jumbo, ada juga yang berukuran sedang. Raut muka Afan yang ganteng berkacamata terlihat lebih ganteng dan lebih ‘smart’ dibanding Afan asli sehari-hari. Ia tampak tersenyum ceria, mengajak warga kota menatap masa depan dengan  ‘9 jalan masa depan’.

Entah siapa yang usil –atau serius dan sengaja– banyak baner ukuran besar bergambar Afan yang rusak. Ada baner Afan yang tanpa wajah karena  dirusak tangan usil atau robek diterjang angin kencang. Ada pula yang gambar sebagian tubuhnya hilang.

Sejauh ini Afan belum bereaksi. Ia mungkin sadar diri bahwa mungkin saja ada warga Kota Tapis Berseri ini yang terganggu oleh kehadirannya menjaga jalan dan pohon besar.

Sebenarnya sah-sah saja Afan eksyen di banyak tempat, karena itulah cara untuk mengenalkan dirinya  kepada warga kota. Meski begitu, banyak juga warga yang jengah karena itu termasuk sampah visual yang merusak keindahan kota.

Ya, bagi Afan, kehadirannya  lewat gambar di tiap pojok kota akan membuatnya dikenal orang. Jadilah ia terkenal dan punya nilai ‘plus’ jika disurvei.

Hartarto Lojaya melakukan sosialisasi dengan menggelar jalan sehat dan pentas kesenian di Lapangan Baruna Panjang, 24 Mei 2015 lalu. (Ist)

Lain ceritanya yang dilakukan pengusaha cum politikus Hartarto Lojaya. Ia terlihat masif melakukan sosialisasi. Tetapi lebih taktis, terukur, dan langsung menusuk jantung-hati (bahkan mungkin alam bawah sadar) warga Kota Bandarlampung. Berbeda dengan politikus lain yang masih ragu menggandeng pasangannya, pagi-pagi sekali ia sudah percaya diri bergandengan tangan dengan politikus senior Partai Golkar, Riza Mirhadi.

Hartarto juga memasang banner berukuran besar di lokasi strategis dan berbayar di Kota Bandarlampung, lengkap degan ‘tag line’ andalannya: “Bandar Lampung Smart City” atawa Bandarlampung Kota Cerdas.

Menjelang masuk bulan Juni 2015, barangkali degup jantung penghuni rumah Partai Demokrat itu makin kencang; berharap-harap cemas dipilih pemilik otoritas rumah untuk maju mewakili rumah partai maju pada Pilwakot 9 Desember mendatang.

Baner mini bergambar Yusuf Kohar di pertigaan Jl Rasuna Said-Jl Dewi Sartika Bandarlampung. Karena terlalu mini, baner ini tidak terbaca oleh pengguna jalan, kecuali didekati. Selain foto Yusuf Kohar, di baner itu juga tertulis Yusuf Kohar sebagai calon Walikota Bandarlampung dan program kerja yang ditawarkannya.

Dari luar publik melihat ketiganya seolah jalan sendiri-sendiri, saling memasang strategi, dan bersaing keras. Padahal, kalau pun ketiganya bersepakat dengan satu strategi dan mengaturnya di ruang tengah rumah besar mereka, di hotel, di kafe, atau di luar kota pun publik juga tidak tahu. Itulah politik. Tiap sisinya selalu menarik dan acap menciptakan kejutan.

Oyos Saroso H.N.