Ryamizard Ryacudu (dok) |
ijaya/Teraslampung.com
Palembang – Calon kuat cawapres pendamping Jokowi dalam Pilpres 2014, Ryamizard
Ryacudu, memberikan gambaran ideal seorang pemimpin di Indonesia. Selain harus cerdas, seorang pemimpin itu harus mampu mengambil keputusan dengan cepat.
“Intelektualnya
harus 5 persen, lalu mampu mengambil keputusan cepat dan benar 10
persen, lainnya 10 persen. Sisanya yakni 25 persen harus memiliki
karakter,” kata Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada era
kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, dalam Seminar Nasional
Stabilitas Politik dan Keamanan Indonesia Lima Tahun ke Depan di Hotel
Arista Palembang, Kamis (1/5/2014).
Menurut
putra daerah Sumsel dan Lampung ini, “Seorang pemimpin itu harus berani
melakukan perubahan. Mengubah yang tidak bagus menjadi bagus. Yang sudah
bagus diubah atau ditingkatkan menjadi sempurna. Jika tidak ada
keberanian, maka tidak ada perubahan, maka jangan jadi
pemimpin,”
katanya.
Dia
pun mencontohkan seorang pemimpin harus berani mengatur hasil sumber
daya alam (SDA) yang dikelola pihak asing, misalnya apa yang dikelola
Freeport, sehingga menguntungkan untuk bangsa Indonesia.
“Kuasa
pertambangan, seperti Freeport itu harus dipanggil. Jangan seperti
sekarang ini 20:80. Sekarang gantian 80:20. Pemimpin harus berani. Kalau
nggak berani jangan jadi pemimpin,”kata dia
pengalamannya saat ceramah di atas kapal induk Abraham Lincon tentang
Indonesia, sehingga yang menyaksikanmenjadi terkagum.
Lalu
menceritakan pengalamannya di Aceh, yang menggunakan sepeda motor selama
berada di sana. Meskipun dia menghargai HAM, tapi dalam bertugas dia
harus tegas.
mendirikan negara dalam negara itu namanya Bughod. Maka 240 juta
rakyat Indonesia itu HAM saya.
Pasukan di situ sekali jalan 2 kompi patroli GPK (Gerakan Pengacau
Keamanan). Saya jenderal bintang empat. Saya bilang beranimaju sendiri.
Saya serahkan kepada Tuhan. Kata orang Islam kita Istikharah,”
ujarnya.
Maka,
menurut lelaki kelahiran Palembang pada 21 April 1950 ini, seorang pemimpin itu memiliki akhlak yang
baik.”Pemimpin itu memperbaiki akhlak orang-orang yang dia pimpin. Tapi
bagaimana dia
bisa
memperbaiki, kalau akhlaknya sendiri kurang bagus,” kata Ryamizard.