Salim Kancil, Potret Aktivis yang Jadi Korban Terlemah di Republik Ini

Bagikan/Suka/Tweet:

Oleh Nusa Putra*

Salim Kancil dibawa ke balai desa. Bukan untuk rapat kerja bakti atau melunasi PBB. Ia tidak diundang sebagaimana warga lainnya jika dipanggil ke balai desa. Tetapi dibawa paksa oleh puluhan orang setelah disiksa habis tanpa ampun. Salim disiksa bersama sahabatnya Tosan.

Rupanya para penyiksanya melakukan tugas biadab itu atas perintah kepala desa. Akhirnya Salim Kancil meregang nyawa di jalan tak jauh dari di balai desa. Terdapat sangat banyak batu kali ukuran besar di sekitar Salim Kancil. Ia dibantai dengan batu-batu itu. Ia sungguh sendirian hadapi kekejian yang menyebabkannya tewas secara tragis.

Ia dibantai di balai desa, mungkin untuk tunjukkan bahwa yang marah adalah penguasa yaitu kepala desa. Jangan pernah melawan penguasa, kamu pasti binasa! Itulah pesan nyata dari kematian Salim Kancil dan keremukkan Tosan. Penguasa tak boleh dan tak bisa dilawan. Mereka kuasa lakukan apa saja, bahkan membunuh dengan keji.

Salim dibantai bukan karena tidak membayar iuaran sampah atau tidak bersedia ikut gotong royong membersihkan comberan. Ia dibantai karena menentang penambangan pasir illegal yang merusak lingkungan dan mengganggu warga.

Inilah bagian dari negeri tercinta ini. Rakyat kecil yang secara sadar memilih menjadi aktivis untuk membela kepentingan orang banyak, harus tewas mengenaskan di tangan penguasa. Penguasa paling rendah yaitu kepala desa.

Seharusnya bukan Salim Kancil dan Tosan yang mengambil tindakan u menghentikan tambang pasir besi illegal itu. Penegak hukum, pemerintah mulai dari tingkat desa yang harus menghentikan penambangan itu dan menangkap para pelakunya. Mengapa?

Karena penambangan itu illegal dan merusak lingkungan, apalagi dilakukan secara terbuka dalam jangka waktu yang sudah lama. Bahwa Salim Kancil dan teman-teman yang melakukan perlawanan terhadap penambangan illegal itu,  menegaskan bahwa penguasa pasti menjadi bagian dari penambangan ilegal yang merupakan kejahatan. Itulah sebabnya Salim Kancil harus berhadapan dengan kepala desa. Salim Kancil bahkan tewas mengenaskan atas perintah kepala desa yang seharusnya menutup tambang itu.
Kejadian ini pastilah tidak sederhana dan pasti ada sesuatu yang besar di balik pembantaian ini. Pasti ada kepentingan yang melibatkan keuntungan besar. Apa mungkin kepala desa bertindak atas inisiatif sendiri dalam bisnis besar ini?

Kini polisi telah menahan puluhan orang sebagai tersangka termasuk kepala desa. Sejumlah oknum polisi yang diduga menerima sogokan dari penambang juga diperiksa.  Pertanyaanya adalah, apakah kasus ini akan berakhir sama dengan pembunuhan Munir dan Marsinah? Hanya menangkap dan mengadili pelaku lapangan kelas kecoa, dan membiarkan aktor intelektualnya bebas dan tak tersentuh?

Munir, aktivis HAM dibunuh dalam perjalanan ke Belanda. Dipastikan ia diracun. Tersangka utama pembunuh Munir yang kemudian dihukum berat adalah Pollycarpus, pilot Garuda. Apa kepentingan Pollycarpus membunuh Munir? Meskipun pengadilan menyatakan ia adalah pembunuh Munir dan dihukum 20 tahun, tetapi kita yakin ia hanyalah wayang. Siapa dalangnya?

Nama Hendropriyono yang merupakan Kepala Badan Intelijen saat terbunuhnya Munir sering disebut-sebut sebagai dalang. Tempo.co (1.12.2014) menulis,

TEMPO.CO, Jakarta- Tim pencari fakta (TPF) kasus meninggalnya Munir merekomendasikan kepada Presiden RI untuk memerintahkan Kepala Kepolisian RI menyelidiki lebih mendalam dugaan peran sejumlah orang dalam pemufakatan jahat pembunuhan berencana terhadap Munir. Seorang di antaranya adalah Hendropriyono.

Sementara itu VOAISLAM (8.9.2014) menulis,

Bocoran Wikileaks menyebar lewat broadcast Blackberry Messenger disertai link yang mengarah kepada sebuah situs berita nasional. Dalam berita itu diungkapkan,. ada beberapa pertemuan melibatkan Hendropriyono untuk rencana pembunuhan Munir. Bocoran Wikileaks ini dan sempat dimuat di Sydney Morning Gerald, Sabtu (18/12/2010).

Kini Pollycarpus telah mendapatkan kebebasan bersyarat dan Hendropriyono menjadi bagian penting dalam kekuasaan Jokowi. Adakah harapan untuk mengungkap dalang pembunuhan Munir?

Kasus Marsinah tak jauh berbeda. Marsinah adalah aktivis buruh yang memperjuangkan agar para buruh di tempatnya bekerja mendapatkan upah sesuai peraturan yang ada, beserta tunjangan yang menjadi hak mereka.

Para buruh melakukan demonstrasi menuntut hak-hak itu. Akhirnya tuntutan mereka disetujui. Justru saat inilah Marsinah diberitakan hilang. Sebelumnya orang-orang dari Kodim yaitu aparat tentara ikut campur tangan dalam melakukan PHK dan pemanggilan buruh yang akan di PHK di tempat Marsinah bekerja. Keikutsertaan tentara dalam menangani masalah kemasyarakatan merupakan kelaziman pada zaman Orde Baru.

Akhirnya mayat Marsinah ditemukan di gubuk tengah sawah. Ia pasti dibunuh dengan kekerasan yang sangat keji dan biadab. Pasti oleh orang-orang yang terlatih. Banyak bekas kekerasan pada tubuhnya. Mungkin ia diseret-seret sebelum dihabisi. Karena pergelangan tangganya penuh luka yang diduga karena ia diseret.

Sangat sadis dan mengerikan karena tulang panggulnya hancur. Pastilah ia dibantai dengan benda sangat keras secara sadis karena tulang panggul adalah bagian tulang yang paling keras. Bukan hanya itu, kemaluannya penuh darah. Ia tidak diperkosa. Diduga ia disiksa dengan memasukkan benda sangat keras ke kemaluannya. Ya Allah, semoga penyiksanya mendapat hukuman yang adil dariMu!

Pengadilan kemudian menjatuhkan hukuman pada sejumlah pejabat dan pelaksana keamanan di perusahaan tempat Marsinah bekerja. Mereka dituduh melakukan pembunuhan berencana terhadap Marsinah. Tetapi Mahkamah Agung membatalkan hukuman itu. Siapa pembunuh Marsinah dan siapa dalangnya, tetap misterius sampai kini.

Slamet Rahardjo pernah membuat film tentang perjuangan Marsinah. Namun film itu seperti hilang kena tsunami.

Rezim berganti, presiden bertukar, tetapi

KEMATIAN AKTIVIS TETAP MENJADI MISTERI, TRAGIS!

*Dr. Nusa Putra, M.Pd adalah Dosen Universitas Negeri Jakarta