Opini  

Seberapa Mungkin Kita Tertular Virus Corona?

Bagikan/Suka/Tweet:

Oleh: dr. Handrawan Nadesul

Masyarakat di mana-mana panik lantaran kecemasan akan tertular virus corona Covid19. Mari kita menganalisis kemungkinan kita tertular Covid19. Pertama, untuk bisa tertular kita harus berada di dekat orang yang membawa virusnya. Kedua, apakah ada orang pembawa virus di dekat kita? Nalarnya, kecil kemungkinan kalau bukan nihil.

Mengapa kecil kemungkinannya? Oleh karena dengan sistem penapisan (screening) seturut standard WHO, kecil pula kemungkinan pembawa virusnya bisa lolos. Semua yang demam dan diduga sudah sakit, akan terjaring oleh penapisan. Artinya mereka yang terjaring akan diamati perkembangannya dalam pemantauan. Itu maka kecil mereka yang kalaupun kemudian ternyata positif Covid19 bisa lolos berkeliaran di tempat publik. Apalagi kalau yang terjaring sudah sakit, mereka segera akan diisolasi atau langsung masuk rumah sakit.

Artinya, dengan sistem penapisan yang tepat dan cermat, hampir mustahil ada pembawa virus yang lolos dan berkeliaran di masyarakat. Atau taruhlah sistem penapisan ternyata kurang cermat sehingga ada pembawa virusnya yang terlolos, oleh karena tidak terdeteksi, misal pembawa virus minum obat antidemam, sehingga tidak terendus oleh mesin screening. Namun demikian, kalaupun betul mereka positif Covid19, dalam hitungan hari penyakitnya akan muncul, dengan gejala lebih berat dari sekadar flu. Ada gejala sesak napas berat, sampai gagal napas (acute respiratory distress syndrome).

Orang yang sudah sakit seberat begini tentu tidak berkeliaran melainkan sudah berobat, dan di tempat berobat akan langsung diisolasi. Jadi praktis hampir tidak mungkin kita bertemu atau menemukan orang yang sudah sakit di tempat publik. Yang berbahaya, apabila penyakitnya hanya ringan. Ada orang yang tidak kelihatan sakit padahal dalam tubuhnya membawa virusnya (healthy carrier). Tapi orang ini tentu sebelumnya ada riwayat sudah kontak dengan pasien Covid19. Pasien Covid19 tentu harus berasal dari luar Indonesia sebagai tamu asing.

Kalau kebijakan pemerintah menghentikan semua tamu asing dari negara sudah terjangkit, sehingga tidak lolos masuk Indonesia, tentu tidak akan ada orang pembawa virus tapi tidak sakit seperti itu. Itulah sebabnya, sistem penapiasan di semua bandara dan pelabuhan harus ketat. Selama penapisan ketat, kecil kemungkinan ada pembawa virus lolos masuk.

Ihwal dua pasien Indonesia yang sudah positif Covid19, dan di beberapa kota lain mulai diberitakan ada yang terduga, sistem epidemiologik yang berjalan selama ini sudah langsung menjaring lewat penelusuran jejak ke mana saja pembawa virus ini pergi dan bertemu dengan siapa saja. Dengan cara demikian potensi orang-orang terdampak virus sudah tidak membahayakan lagi, karena sudah terjaring, dan mereka tidak akan ada yang berkeliaran di tempat publik. Berarti kemungkinan kita bertemu dengan pembawa virus Covid19 nyaris nihil.

Penalaran ini yang seharusnya membuat kita bernalar bahwa kita tidak perlu cemas atau takut, apalagi harus panik. Dan fakta lain yang menenangkan kita, bahwa virus apa pun ringkih, gampang mati di luar tubuh. Habitat virus harus di dalam tubuh. Taruhlah ada orang pembawa virus yang sudah mencemari lingkungan di sekitarnya, lewat bersin batuk dan liurnya, virus yang menempel pada permukaan apa saja akan segera mati dalam hitungan jam. Lagi pula kalaupun virusnya di permukaan barang atau benda atau alat apapun, bila masih hidup pun, perlu ada jemari tangan yang memindahkannya ke saluran napas kita.

Selama kita mencuci tangan dengan benar, kemungkinan itu juga sangat kecil. Taruhlah pula kita entah dengan cara bagaimana sampai tertular juga, selama badan kita sehat dan sistem kekebalan kita tangguh, penyakit akan menyembuh sendiri (self limitting). Yang mati akibat Covid19 tetap hanya sekitar 2 persen, itupun mereka yang sudah usia lanjut, dan mereka yang sudah mengidap penyakit menahun. Untuk itu,  yang masih bisa kita lakukan kita perlu menguatkan kekebalan tubuh dengan hidup sehat: cukup nutrisi, cukup jeda, dan tidur, serta bergerak badan.

Ihwal pemakaian masker, CDC (pusat penyakit menular Amerika) hanya merekomendasikan dikenakan oleh mereka yang sudah positif atau diduga membawa Covid19 saja, dan bukan orang yang masih sehat. Untuk pelayan kesehatan yang berisiko bersinggungan dengan pembawa Covid19 tentu perlu memakai masker bahkan yang khusus N95 yang mampu menyaring virusnya.

Jadi, marilah kita hilangkan kecemasan, ketakutan, apalagi menjadi harus panik kalau kita yakin sangat tidak masuk akal medik sebagaimana diungkap di atas kita akan begitu gampang tertular Covid19.

Demam bedarah dengue (DBD) sebetulnya lebih menakutkan, karena bila terlambat diatasi langsung merenggut nyawa. Tapi kita seakan hirau pada ancaman DBD yang selalu ada berjangkit setiap tahun (endemik) di kita, dan yang sudah menjadi korban tidak tercatat, hanya lantaran dunia menjadi heboh oleh Covid19 yang tidak sepenuhnya hebohnya beralasan.

Oleh karena hampir tidak mungkin kita bertemu dan berada di dekat orang pembawa Covid19, tidak ada alasan orang yang kita temui sehari-hari, terlebih teman kerabat dan sahabat yang kita kenal untuk tidak mau bersalaman, dan bertegur sapa, karena hampir pasti mereka tidak mungkin membawa Covid19.

Salam sehat!