Sebut Para Presiden Salah, Ini Penyebab Pernyataan Prabowo Mudah “Digoreng”

Pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mengikuti debat kelima Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu, 13 April 2019. ANTARA
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Capres 02 Prabowo Subianto diserang kritik dan sindiran di media sosial menyusul ucapannya pada debat terakhir, Sabtu malam (13/4/2019) yang menyebutkan bahwa para presiden RI sebelum Jokowi salah terkait arah pembangunan Indonesia.

Sindirian lumayan ramai muncul di Twitter dengan tagar #bukansalahbapak dan sempat menjadi trending pada  Minggu malam, 14 April 2019.

Akun Twitter mantan pengurus DPP Partai Demorat, Andi Arief, @AndiArief_ ,yang mencuit pada Sabtu malam pukul 21.48 WIB misalnya, ramai menjadi bahan perbincangan di medsos dan jadi bahan “gorengan”.

Di akunnya Andi Arief mencuit: “Belum ada serangan Pak Prabowo yang mantul ke Pak Jokowi.Malah nyerangnya ke Presiden sebelumnya yang gak hadir. Persis gebrak meja ketika Pak Jokowi gak ada. Ini diplomasi panggung.”

Cuitan yang bernada mempertanyaan pernyataan Prabowo juga dilakukan pengurus DPP Partai Demokrat, Rachland Nashidik. Melalui akun Twitter @RachlandNashidik, politikus yang juga aktivis HAM itu menulis: Pak Prabowo sebenarnya berdebat sama siapa? Kenapa  justru Pak SBY yang diserang?

Berbeda dengan kader Demokrat lainnya yang terkesan emosianal dengan pernyataan Prabowo, petinggi Partai Demokrat lainnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tampak lebih slow. AHY menegaskan Partai Demokrat tetap berada di barisan koalisi Prabowo-Sandiaga.

“Tidak mungkin kami keluar dari koalisi. Besok tiga hari lagi tinggal pemungutan suara. Jadi temen-teman media tidak perlu terlalu membuat suasana panas, koalisi tidak utuh, tidak solid. Kami solid dan kami hadir di sini bisa memberikan support bagi pilpres, tapi kami juga punya tugas mandat untuk memenangkan Partai Demokrat dalam pemilihan legislatif,” kata AHY seusai acara debat.

Kalau pernyataan Prabowo pada debat capres terakhir pada Sabtu malam direview kembali, sebenarnya tidak ada satu kata pun Prabowo menyebut nama-nama presiden RI sebelum Presiden Joko Widodo. Meskipun begitu, selain karena faktor emosional dan kemudian mudah diolah oleh lawan politik, pernyataan Prabowo tentang presiden-presiden Indonesia bersalah dalam mengarahkan laju pembangunan memang rawan untuk “digoreng”.

Hal itu karena “hukum pars pro toto” (meminjam istilah dunia linguistik) atau hukum sebagian untuk seluruhnya. Meskipun Prabowo tidak menyebut nama Susilo Bambang Yudhoyono, pernyataan Prabowo tentang presiden-presiden sebelum Jokowi bersalah sangat mudah “digoreng” karena SBY termasuk presiden RI sebelum Jokowi.

Hingga Minggu malam (14/4/2018) belum ada penjelasan resmi dari Prabowo langsung terkait pernyataannya tersebut. Pertanyaan penting yang juga belum terjawab: benarkah maksud Prabowo adalah semua presiden Indonesia salah “mengemudikan arah kapal Indonesia”?

Apakah pernyataan Prabowo itu hanya selip lidah atau salah ucap (a slip of the tongue) karena sebenarnya ia ingin mengatakan bahwa Presiden Jokowi salah dalam menjalankan pembangunan di Indonesia?

Kalau kita telusuri dan kaitkan kritik-kritik Prabowo selama ini kepada Jokowi dan sering diulang di beberapa kesempatan, saya condong menduga pernyataan Prabowo sebenarnya mengarah ke Jokowi, tetapi ia merasa tak enak hati menyerang langsung Jokowi saat debat pilpres. Makanya, yang muncul adalah kata “Ini bukan salah bapak (Jokowi)”.

Jika yang dimaksud Prabowo adalah itu (mengritik Jokowi), maka sebenarnya saat mengungkapkan pernyataan tentang semua salah presiden sebelum Jokowi, maka Prabowo sedang melakukan praktik berbahasa tingkat tinggi: menohok tajam tetapi dengan bahasa halus. Risikonya ya itu tadi: menjadi bias, penafsiran menjadi tak tunggal,dan mudah “digoreng”.

Wallahu ‘alam.

Oyos Saroso HN