Handrawan Nadesul
Dalam setiap kali seminar saya membuka dengan prolog bahwa menjadi sehat itu investasi, bukan ongkos. Semakin pagi investasi kesehatan dilakoni, semakin besar modal hidup sehat diperoleh.
Modal hidup sehat untuk membuat hidup kita sentausa, nyaman sampai akhir hayat. Mudah-mudahan dengan pilihan demikian umur bisa diulur lebih panjang.
Kalau ada bangsa yang umur harapan hidupnya, kita menyebutnya life expectancy, lebih panjang dari bangsa lainnya, tentu bukan karena Tuhan pilih kasih. Bukan kehendak Tuhan kalau orang Okinawa, nelayan di pulau kecil Jepang umur harapan hidupnya lebih panjang, seratusan tahun (centenarian) kalau bukan terpanjang di antara bangsa-bangsa. Mereka berinvestasi dengan gaya hidup sehat.
Kemarin saya menjenguk kenalan lama, sesepuh group senam di lingkungan warga dulu, sekitar 7 tahun lalu, Pak Slamet Wijadi, pensiunan Departemen Luar Negeri, yang sudah lama saya kenal. Pak Slamet mengaku dia sudah lama mengenal saya sebelum kami belum saling bertemu, dari tulisan-tulisan saya, khususnya tulisan kesehatan. Bukti Pak Slamet hobi membaca.
Beberapa kali Pak Slamet mengundang saya bicara di lingkungan teman-temannya, selain tekun membaca semua buku kesehatan saya. Pak Slamet mengaku mendengar seminar kesehatan dan membaca buku kesehatan menambah wawasan dan itu menjadi modal hidup sehat.
Bahwa yang dilakoni Pak Slamet membuahkan hasil, dia bugar sampai umurnya yang sudah kepala delapan. Di depan setiap pertemuan, dia mengaku berkat melakoni apa yang dibacanya dari semua buku saya.
Sekitar 5 tahun lalu ketika masih senam dan jalan pagi bersama, untuk umurnya yang mendekati kepala delapan, Pak Slamet ketika itu luar biasa. Jalannya masih secepat anak muda, bahkan teman sepantarannya tidak semua bisa mengikutinya. Ini bukti lain, Pak Slamet mendapatkan manfaat besar dari gaya hidup sehat yang dilakoninya. Hasil pemeriksaan medis tidak menemukan ada penyakit, kelainan, atau gangguan apa pun. Pak Slamet saya jadikan ikon sosok sehat, kalau Pak Slamet hadir di seminar saya. Pak Slamet saya jadikan contoh keteladanan, bahwa menjadi sehat, dan tetap sehat itu bukan datang dari langit, melainkan ada di tangan kita masing-masing.
Dua tahun terakhir saya tidak mendengar kabar dari Pak Slamet Wiyadi, dan saya lalai tidak mencari tahu, tidak pula menyapa. Hanya memang pernah heran mengapa tidak aktif lagi akun FB-nya. Baru kemarin saya melihat kembali Pak Slamet muncul di FB dan memberitakan bahwa Pak Slamet baru pulih dari sakit. Segera saya datang menjenguknya tak jauh dari tempat saya tinggal.
Pak Slamet menceritakan ihwal jatuh sakitnya. Dari ungkapan ceritanya saya menyimpulkan, bahwa Pak Slamet berhasil lulus melewati ujian jatuh sakitnya, dan pengobatannya efektif tanpa kesulitan tubuh menerimanya, di mata medis tentu berkat modal sehat yang ditabungnya selama ini. Ini jadi pembelajaran bagi kita semua, bahwa berinvestasi hidup sehat itu, bukan saja perlu, terlebih bisa menyelamatkan kita dari risiko terbesar, dan kemungkinan terburuk dalam hidup.
Pak Slamet terkena kanker. Dia dan keluarga tidak menduga, karena tidak ada alasan bisa kena kanker. Alasan medisnya, bahwa faktor genetik memang tak mungkin terelakkan. Lahir dengan warisan gen kanker, itu yang menjadikan modal sehat kita tidak utuh seratus persen, sejak kita lahir. Pak Slamet kemungkinan mewarisi bibit itu, yang belum tentu selalu bisa dilawan dengan gaya hidup sehat semata. Atau kalau bukan warisan gen, ada faktor lingkungan yang untuk waktu lama mengganggu organ yang kemudian menjadi kanker, tanpa disadari, dan tak terelakkan pula, karena polusi lingkungan tidak mungkin kita elakkan.
Namun berkat modal gaya hidup sehat pula, maka serangan kankernya yang pada orang lain mungkin sudah menghancurkan tubuh, tubuh Pak Slamet tangguh menghadapinya. Lain dari itu obat antikanker yang dikonsumsinya tidak menimbulkan efek yang tidak mengenakkan, selain memberi kesembuhan.
Hikmah dan pelajaran besar yang bisa kita petik, bahwa tidak pernah sia-sia memilih gaya hidup sehat. Investasi sehat itu yang telah menyelamatkan Pak Slamet berhasil lolos dari pergumulannya dengan penyakitnya, yang dianggapnya paling berat sepanjang hidupnya.
Sekarang Pak Slamet saya lihat sudah pulih seperti sediakala, hanya sedikit kurus saja. Enak makan, enak tidur, dan penuh gairah beraktivitas, semangat membaca, dan mulai aktif FB-an kembali, bukti bahwa Pak Slamet sudah kembali bugar.
Saya ikut senang, dan mendapatkan testimoni lagi, menambah niscaya semua orang, bahwa kesehatan itu ada di tangan kita masing-masing, di tangan kita sendiri.
* Dr. Handrawan Nadesul adalah seorang dokter dan penyair