Rita Fidella
Fungsional Statistisi Ahli Muda BPS Tanggamus
Hari gizi nasional yang baru saja di peringati mengingatkan bahwa betapa pentingnya komoditas pangan bagi keberlangsungan hidup manusia, sehingga dibutuhkan ketersediaan pangan yang tercukupi dan aksesnya mudah terjangkau bagi seluruh individu atau rumah tangga bahkan sampai negara. Konsumsi pangan bukanlah hanya berdasarkan kuantitasnya saja melainkan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan bagi perkembangan tubuh secara normal, diantaranya memenuhi cukup karbohidrat, protein, lemak dan mineral.
Salah satu dampak terjadinya ketidakcukupan gizi yaitu terjadinya stunting. Prevalensi stunting yang tinggi sebesar 24,4% menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus bisa segera di atasi, tentunya persoalan ini berkaitan dengan pemenuhan gizi yang cukup untuk tumbuh kembang anak. Begitu krusialnya masalah pangan sehingga menjadi perhatian dunia dan menempatkan ketahanan pangan sebagai salah satu dari tujuh belas tujuan yang akan dicapai dalam tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Ketahanan pangan dapat di ukur melalui indeks ketahanan pangan. Berdasarkan Global Food Security Index (GFSI) yang dikutip dari lokadata.id menunjukkan Pada tahun 2020 indeks ketahanan pangan Indonesia sebesar 59,5 dan turun dari tahun sebelumnya sebesar 60,9. Penurunan ini disebabkan oleh kemampuan masyarakat untuk menjangkau akses pangan karena daya beli menurun. Salah satu indikator penurunan daya beli yaitu adanya kenaikan harga-harga.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi dari tahun ke tahun (Januari – Desember) 2020 sebesar 1,68, penyumbang yang memberikan andil tertinggi yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,49%.
Tantangan yang dicapai untuk mewujudkan ketahanan pangan yang di mulai dari tingkat individu atau rumah tangga berkaitan dengan banyaknya populasi penduduk Indonesia. Jumlah penduduk setiap tahun terus meningkat, pada September 2020 sebanyak 270,20 juta jiwa dengan rata-rata peningkatan setiap tahun sebanyak 3,26 juta jiwa dalam sepuluh tahun terakhir (BPS). Komoditas pangan utama yang dikonsumsi sebagian besar penduduk Indonesia yaitu padi-padian. Ketersediaan pangan padi tercermin dari banyaknya hasil produksi yang meningkat menjadi sebesar 54.649 ribu ton di tahun 2020.
Produksi padi yang terus meningkat menunjukkan ketersediaan pangan yang mencukupi dan mengalami surplus (pertanian.go.id). Namun, ironisnya masih terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang masih rentan rawan pangan seperti wilayah Timur yakni Papua (20 kabupaten) dan Papua Barat (empat kabupaten). Permasalahan pembangunan yang sangat mencolok di kedua provinsi ini yaitu tingginya kemiskinan sebesar 21,82% di Papua Barat dan 27,38% di Papua per September 2021 .Banyaknya penduduk miskin menunjukkan wilayah tersebut menghadapi kerawanan pangan (Asmara, Hutagaol, Isytar 2009).
Berdasarkan wilayah tempat tinggal, sebagian besar pendapatan penduduk di perdesaan di belanjakan untuk makanan yaitu sebesar 56,20% di tahun 2021 yang meningkat dari tahun 2020 sebesaar 55,49%. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan yang dihasilkan lebih dari separuh untuk memenuhi kebutuhan pokok. Semakin tinggi pengeluaran makanan terhadap total pendapatan, maka akan mengurangi ketahanan pangan dan menggambarkan tingkat kesejahteraan yang menurun (Trisnowati, 2013).
Mata pencaharian sebagian besar penduduk yang tinggal di perdesaan adalah petani, sebagai produsen komoditi pangan semestinya petani lebih sejahtera. Namun kenyataannya petani di Indonesia kebanyakan adalah buruh tani yang mempunyai penghasilan cukup rendah dan sebagian yang lain adalah petani gurem. Hasil dari pertanian yang dikelola sebagian besar habis untuk di konsumsi rumah tangga sendiri, sehingga pendapatan dari pertanian tidak optimal. Berdasarkan kondisi yang terjadi maka perlunya pemerintah mengambil kebijakan untuk lebih memprioritaskan provinsi Papua dan Papua Barat dalam program peningkatan ketahanan pangan.
Mengingat kedua provinsi tersebut terdapat cukup banyak kabupaten yang rentan rawan pangan. Di sektor pertanian sebagai sumber penghasil pangan, program-program untuk meningkatkan pendapatan petani perlu lebih ditingkatkan seperti menjaga harga hasil panen petani jangan sampai anjlok ketika panen raya. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap satu jenis komoditas pertanian seperti beras, perlu dilakukan diversifikasi komoditas pangan yang lainnya sehingga adanya keberagaman komoditi pangan untuk di konsumsi.
Pentingnya pemenuhan gizi untuk kebaikan kesehatan dan pertumbuhan anak perlu dilakukan sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya angka kecukupan gizi, sehingga masalah stunting dapat terus menurun. Telah terbukti bahwa pertanian merupakan sektor pendukung perekonomian nasional yang masih dapat bertahan meskipun terjadi resesi ekonomi.***