Sengkuni di Zaman Kiwari

Bagikan/Suka/Tweet:

Oleh: Sudjarwo
Guru Besar Ilmu Ilmu Sosial di Pascasarjana FKIP Unila

Syahdan dalam jagad pewayangan dikenallah seorang ksatria bernama Raden Gandera. Namanya sering berubah. Ia juga dijuluki Harya Suman.  Terkadang disebut Sang Maha Julig (maha licik). Ia juga bernama Tri Gantalpati. Tampangnya memang agak lumayan. Sayangnya, Tri Gantalpati punya watak sombong, akalnya banyak. Karena banyak akal itulah ia jadi licik.

Ia juga punya tabiat suka iri, suka kekuasaan. Untuk memuluskan apa yang diinginkan, Tri Gantalpati tak segan melakukan sesuatu dengan segala cara. Dalam kitab Mahabharata disebutkan bahwa Raden Harya Suman merupakan pangeran dari kerajaan Gandhara pada masa pemerintahan Subala. Adik perempuannya yang bernama Gandari dilamar untuk dijadikan sebagai istri Destarastra, seorang pangeran tunanetra dari Hastinapura yang kemudian menurunkan para Kurawa berjumlah seratus orang.

Di Negara Astina, Tri Gantalpati atau Harya Suman ikut dengan adik perempuannya. Karena tabiatnya yang buruk dan haus kekuasaan, Tri Gantalpati dengan segala cara berusaha untuk menumbangkan kekuasaan Gandamana yang saat itu menjadi Patih di Astina.

Jabatan Patih memang sudah menjadi incaran Tri Gantalpati sejak lama. Mulailah ia berkalaborasi dengan para Kurawa yang juga adalah kemenakannya agar bisa  menggantikan Patih Gandamana. Tri Gantalpati yang pintar menghasut berhasil meyakinkan para Kurawa sehingga para Kurawa ahirnya mengeroyok Patih Gandamana.

Patih Gandamana berhasil dikalahkan para Kurawa, jasadnya dimasukkan kedalam sumur dan ditimbun dengan tanah. Langkah selanjutnya Tri Gantalpati yang banyak akal, buru buru membuat laporan palsu kepada Prabu Pandhu tentang kejadian yang menimpa Patih Gandamana. Dengan laporan palsu itu, ahirnya Tri Gantalpati dipercaya menduduki jabatan bergengsi yakni menjadi Patih.

Raden Haryo Suman yang kemudian bernama Sengkuni, setelah mukanya hancur dihajar Gandamana yang dikira mati ternyata masih hidup. Dalam konteks tertentu, sifat dan tabiat Harya Suman alias Gandamana alias Sengkuni hidup dalam dunia nyata.

Watak Harya Suman alias Sengkuni sering tampak di tengah-tengah masyarakat terutama saat akan digelarnya hajat demokrasi untuk memilih pemimpin negara, pemimpin daerah, bahkan hingga pemimpin tingkat RT maupun perguruan tinggi.

Mungkin saja tabitat seperti Raden Harya Suman tidak pernah akan berakhir sampai dunia ini kiamat. Cara cara licik seperti ini digunakan untuk memenangkan konstestasi suatu pemilihan. Perilaku “sengkuniisme” seperti mengadu domba, licik, mengancam, manipulasi data, menggunakan uang untuk membeli suara pemilih, muka tembok, bermuka seribu, berdiri di banyak kaki, membentuk tim kontra spionase, dan masih banyak lagi sifat julig lainnya.

Kalau Raden Harya Suman adalah tokoh fiksi yang dibuat dalam kitab Mahabarata, ternyata di dunia nyata dalam sejarah dunia paling tidak ada tujuh tokoh yang perilakunya mirip dengan Harya Suman. Mereka adalah Vlad The Impaler, Rasputin, H.H. Holmes, Elizabeth Báthory. Jack the Ripper, Gilles de Rai, Tomás de Torquemada. Ketujuh orang ini tercatat sebagai orang terkejam dan terjulig di dunia.

Bisa jadi tokoh sejarah dunia ini yang menginspirasi para Sengkuniis di negeri ini yang berlindung pada “atas nama demokrasi dan hak hak asasi manusia” untuk dapat berbuat apa saja, sejauh tidak melanggar undang undang formal. Persetan dengan kepatutan yang dasarnya normatif. Apa lagi warga  bangsa ini cepat melupakan sekalipun itu menyakitkan.

Hal lain adalah sikap Sengkuniis masih akan tetap subur manakala manusia sebagai pelaku, hidupnya masih berorientasi pada libido tingkat rendah. Kepentingan wilayah perut dan sekitarnya, menjadikan manusia lupa akan norma, tatakrama, bahkan agama. Hal-hal yang bersifat visioner akan dengan mudah dikorbankan, hanya untuk kepentingan sesaat guna melampiaskan libido tingkat rendah, termasuk didalamnya nafsu berkuasa.

Selamat ngopi pagi.