ZainalAsikin | Teraslampung.com
LAMPUNG SELATAN—Pusat jajanan atau sentra kuliner ‘Kampung Si Oke’ di Dusun Umbul Keong 2, Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan, menjadi salah satu objek wisata kuliner baru di wilayah tersebut dan turut menjadi roda penggerak perekonomian masyarakat desa.
Pusat kuliner yang memanfaatkan lahan kosong dan jalan dusun ini, diisi sebanyak 32 pedagang. Sebagian besar adalah warga desa setempat. Mereka menyajikan aneka menu makanan dan minuman tradisional hingga modern. Sentra kuliner ‘Kampung Si Oke’ juga dilengkapi dengan panggung hiburan musik akustik.
“Sentra kuliner yang diberi nama ‘Kampung Si Oke’ ini, diambil dari nama desa yakni Sidomulyo dan nama dusun yakni Umbul Keong,”kata Kepala Dusun (Kadus) Umbul Keong 2, Sugeng Prasetyo kepada teraslampung.com, Mingu (6/2/2022).
Sugeng mengatakan, ide membuat sentra kuliner ‘Kampung Si Oke’ dengan menyajikan aneka makanan khas tradisional dan modern ini, tercetus dari rasa keprihatinannya atas kondisi ekonomi warga pelaku UMKM yang lesu akibat wabah pandemi Covid-19 dua tahun lebih belakangan ini. Selain itu juga, untuk menghidupkan suasana Dusun (Kampung) Umbul Keong 2 ini yang dulunya sepi bak seperti kuburan.
“Wabah pandemi Covid-19 sangat berdampak sekali, ekonomi masyarakat terpuruk. Hingga munculah ide, bagaimana megerakan ekonomi warga bisa bangkit lagi,”ujar pria 46 tahun ini.
Melihat ada peluang usaha, kata Sugeng, secara swadaya dan gotong-royong, ia bersama tujuh orang warganya menggagas sentra kuliner memanfaatkan lahan kosong dan jalan dusun dijadikan sebagai tempat sentra kuliner ‘Kampung Si Oke’ untuk membantu mendongkrak perekonomian warga.
“Untuk membuat daya tarik orang yang datang, kami sulap lahan kosong yang ada di Dusun dan jalan dusun ini dengan mempercantik seperti adanya taman di pintu masuk kuliner, pondokan-pondokan dan lukisan mural pada dinding pagar menuju jalan dusun tersebut,”kata dia.
Mulaidibukanya sentra kuliner ‘Kampung Si Oke’ ini, pertengahan Oktober 2021 lalu dan dibuka setiap hari Minggu pagi hingga siang saja yakni pukul 06.00-11.00 WIB, dengan menyediakan aneka kuliner tradisional dan modern. Edukasi lain yang disediakan di sentra kuliner ini, belajar melukis untuk anak-anak, dan juga adanya taman baca.
“Meski baru lima bulan dibuka, sudah ada 32 lapak pedagang yang menjajakan aneka makanan tradisional maupun modern di sentra kuliner ‘Kampung Si Oke’ ini,”ucapnya.
Makanan yang dijajakan di wisata kuliner ‘Kampung Si Oke’, lanjut mantan alumnus SMA DBP 1993 ini, berbagai macam olahan makanan seperti nasi tiwul, nasi liwet, nasi urap, nasi pecel, nasi bakar, getuk, cenil, dimsum, aneka bubur, telur asin panggang (asap) dan berbagai jenis minuman tradisional seperti wedang jahe, bandrek hingga jus buah.
“Kalau untuk harga, murah meriah dan mengenyangkan pastinya. Meski harganya receh, tapi rasanya nggak recehan,”ungkapnya.
Mengenai omzet pedagang di sentra kuliner ‘Kampung Si Oke’, mencapai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta dalam setiap gelaran yakni hari Minggu. Hal ini, tentunya menjadi kabar baik bagi para pelaku UMKM di Desa Sidomulyo. Selain itu adanya kas Rp 300 ribu/gelaran dan kas ini digunakan untuk parkir, band akuistik serta pengadaan sarana dan prasarana. Dana kas ini, dikosongkan untuk kegiatan.
“Jadi sebelum dilakukan gelaran kuliner hari Minggu, pada hari Jumat kita lakukan evaluasi dulu lalu hari Sabtu gotong-royong sekitar lokasi. Setelah selesai gelaran, bersama pedagang langsung gotong-royong bersih-bersih lingkungan,”paparnya.
Selanjutnya, pedagang selalu melaporkan jika terjadi penurunan pendapatan, bersama para penggagas sentra kuliner kami berusaha bagaimana mendongkraknya dengan membuat gelaran event.
“Event yang pernah dilakukan adanya audisi atau lomba band akuistik, audiensi pemuda berbakat dan berprestasi dan event-event lainnya,”terangnya.
Ia mengimbau, para pedagang dan pengunjung kuliner ‘Kampung Si Oke’, agar selalu mentaati peraturan pemerintah dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes). Sehingga keberadaan wisata kuliner tidak menjadi klaster baru dalam penyebaran wabah penyakit virus corona.
“Kami selalu menerapkan prokes baik itu pedagang dan pengunjung wisata kuliner ‘Kampung Si Oke’ ini,”tandasnya.
Sementara salah satu penggagas sentra kuliner ‘Kampung Si Oke’, Susianto yang akrab disapa Encus (42) kepada teraslampung.com mengatakan, keberadaan sentra kuliner ini, bermula dari keinginannya dan pak Kadus Sugeng serta pemuda Dusun Umbul Keong 2, bagaimana menciptakan wisata kuliner dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada di Dusun serta jalan Dusun tersebut.
“Agar tempat wisata kuliner ini bisa tetap terus berjalan, bagaimana caranya kami memiliki konsep yang menarik untuk pengunjung. Kami belajar ke tempat wisata kuliner lain yang ada diluar daerah Lampung Selatan,”
Hasilnya, kata Encus, lahan kosong yang ada diwilayah Dusunnya (Umbul Keong 2) dan jalan Dusun tersebut, disulapnya menjadi tempat wisata kuliner dengan mendirikan lapak dengan pondok-pondokan santai dan panggung hiburan.
Untuk memperindah tempat wisata kuliner ini, lanjut Encus, pertama pinjam dana BUMDes Rp 10 juta. Kemudian kami mengusulkan bantuan ke salah satu perusahaan BUMN di Lampung (Bukit Asam), dan perusahaan tersebut memberikan bantuan dana CSR Rp 20 juta serta fasilitas s payung untuk pedagang, celemek masak dan odong-odong.
“Jadi begitu separuh jalan, kami dapat bantuan dana CSR hibah dari perusahaan BUMN tersebut. Dana bantuan itu, digunakan untuk sarana dan prasarana dan mengembalikan uang BUMDes. Alhamdulillah, sentra kiliner ini, kini ramai didatangi pengunjung tidakhanya warga desa kami saja melainkan dari luar Desa, Kecamatan bahkan luar Kabupaten,”terangnya.
“Kami selaku penggagas sentra kuliner ‘Kampung Si Oke’ ini, tetap terus berusaha melakukan terobosan untuk membuat inovasi-inovasi lain untuk menarik pengunjung,”tandasnya.
Salah seorang pedagang telur asin panggang (asap), Widiantoro atau Mas Anto mengatakan, meski wisata kuliner ‘Kampung Si Oke’ ini buka hanya setengah hari saja buka dalam sepekan, sangat membantu sekali untuk meningkatkan ekonomi pelaku usaha UMKM masyarakat Desa Sidomulyo.
“Alhamdulilah sekali, bisa membantu ekonomi apalagi ditengah situasi pandemi Covid-19. Saya bisa dapat Rp 350 ribu-500 ribu dari telur asin panggang hasil olahan saya sendiri yang saya jajakan di wisata kuliner ‘Kampung Si Oke ini,”kata dia.
Sementara Ibu Marsiyah, pedagang makanan tradisional nasi tiwul mengaku, sekali gelaran di wisata kuliner ‘Kampung Si Oke ini, Ia mendapat omzet Rp 1 juta hingga Rp 1,2 juta dari jualan nasi tiwulnya.
“Meski hanya sepekan sekali gelaran di wisata kuliner ini dibukanya, saya sangat bersyukur ada masukan penghasilan. Kalau sebelum ada wisata kuliner ini ditambah adanya corona, sulit sekali cari rezeki julan nasi tiwul ini,”kata dia.