Oleh : Sudjarwo
Guru Besar Ilmu-Ilmu Sosial Pascasarjana FKIP Unila
Benda ini sudah tidak asing lagi pada kehidupan kita sehari hari, dari balita sampai dewasa sekarang sudah tidak bisa lepas dari benda yang bernama Sepatu ini. Namun banyak diantara kita belum mengetahui sejarah singkat tentang benda ini. Hasil penelusuran digital maka ditemukan informasi demikian.
Pada Tahun 1800 Sepatu bersol karet pertama dibuat dan dinamakan “Plimsolls.” 1892 Goodyear dan perusahaan sepatu karet divisi dari US Rubber Company, memulai memproduksi sepatu karet dan kanvas dalam nama yang berbeda dan pada akhirnya ditentukan bahwa Keds adalah nama yang terbaik. 1908 Marquis M. Converse mendirikan Converse shoe company, yang merevolusi permainan bola basket lebih dari seabad dan menjadi ikon Amerika. 1917 Sepatu keds adalah sepatu atletik pertama yang diproduksi secara massal. Kemudian sepatu ini nantinya akan disebut Sneakers oleh Henry Nelson McKinney, seorang agen periklanan untuk N.W. Ayer & Son, karena solnya lebih halus dan tidak menimbulkan suara decitan pada kondisi tertentu.
Pada 1917 Converse mengeluarkan sepatu basket pertama, the Converse All Star. 1920 Adi Dassler, pendiri Adidas, mulai memproduksi sepatu olahraga buatan tangan di kamar mandi ibunya, tanpa bantuan alat-alat listrik. 1923 The All Star memberikan kesempatan pada Chuck Taylor All Star, untuk membuat sepatu bermerek Chucks, Cons, Connies. Sepatu ini terjual lebih dari 744 juta di 144 negara. 1924 Adi dan Rudolph Dassler, dengan bantuan 50 anggota keluarganya, mendaftarkan bisnisnya dengan nama Gebr der Dassler Schuhfabrik di Herzogenaurach, Jerman. Ini menjadi awal berdirinya Adidas seperti sekarang.
Pada 1931 Adidas memproduksi sepatu tenis pertamanya. 1935 Converse merilis the Jack Purcell dengan logo “Smile” di bagian depan. Sepatu itu menjadi sangat terkenal di Hollywood dan di kalangan anak-anak nakal, namun pada tahun 1930, ketika badminton dan tenis menjadi terkenal, Jack Purcell hanya tinggal sejarah. 1948 Puma Schuhfabrik Rudolf Dassler didirikan dan dunia dikenalkan pada PUMA Atom, sepatu sepak bola pertama PUMA digunakan oleh tim sepakbola Jerman Barat.
Sekitar tahun 1950 an Sneakers menjadi sepatu pilihan di mana-mana dan menjadi simbol dari pemberontakan. Murah dan mudah diperoleh oleh seluruh anak muda di seluruh dunia. Di U.S., cheerleaders menggunakan sweaters, rok mini dan kaos kaki pendek dengan sepatu dan atasan canvas (atau keds). The fashion secara resmi diperkenalkan ketika James Dean difoto menggunakan celana jinsnya dan sneakers putih. Sepatu bertumit tinggi alias “stiletto” menjadi tren di awal 1950-an.
Pada 1962 Phil Knight dan Bill Bowerman melucurkan sepatu atletik berteknologi tinggi (di tahunnya) dengan Blue Ribbon Sports (BRS) dan pada tahun 1968 seiring dengan design dan teknologinya yang baru, mengganti nama mereka menjadi Nike.
Pada 1970 Platform shoes dengan tumit setinggi 2-5 inci menjadi incaran pria dan wanita. Era 70-an juga merupakan awal bagi sepatu model bakiak menjadi populer. 1972 Logo Adidas mengalami perubahan dengan memakai konsep “Trefoil Logo” yakni logo visual tiga daun kerangkai.
1979 Nike menciptakan seri Nike Air yang pertama. Lalu pada tahun 1982 dirilis Air Force One, dan meluncurkan si legendaris Nike Air Jordan (1985)–yang merupakan sebuah achievement bagi the rookie of Chicago Bulls’, Michael Jordan hingga Nike Air Max pada tahun 1987.
Pada 1990 awal era ini diramaikan dengan jenis sepatu bersol rata, berwarna dan persegi. Namun, lagi-lagi platform shoes kembali berjaya. 1995 Museum sepatu Bata di Toronto, Kanada resmi dibuka pada bulan Mei. 1996 Adidas melakukan modernisasi dengan konsep “We knew then-we know now” yang menggambarkan kesuksesan masa lalu dan kejayaan masa kini. 1998-2001 Sepatu lars menjadi salah satu simbol paling populer dari Orde Baru yang militeristik. 2006-2008 Model wedges shoes (bertumit sebiji) yang cocok dengan banyak jenis outfit, warp dan strappy shoes menjadi incaran wanita.
Selanjutnya persoalan epatu kita serahkan kepada para penggemar dan ahli mode; tulisan ini akan menggali keunikkan sepatu jika dilihat dari sudut lain, terutama dari konsep filsafat etika dan manusia. Beberapa sumber memberikan ulasan dan nukilan yang mendalam; dari sejumlah itu jika kita sarikan ada lima pembelajaran yang kita peroleh:
Pertama, pada saat berjalan tidak pernah kompak, tapi tujuann ya sama. Hal ini mengadung maksud bahwa dalam kehidupan ini akan terjadi ketidaksamaan dalam memilih cara, walaupun untuk mencapai tujuan yang sama. Berarti bukanlah perbedaan itu membuat kita bertikai, justru bagaimana menyelaraskan seperti halnya sepatu, guna mencapai tujuan yang sama sama telah ditetapkan. Di sini kedewasaan berfikir, kearifan bersikap, merupakan modal dasarnya.
Kedua, tidak pernah ganti pasangan walau sudah usang karena dimakan usia. Secara logika bisa dibayangkan jika sepatu sebalah baru sebelah lama, kecuali yang memakai gila atau pikun. Ini mengandung arti bahwa kekompakkan berpasangan yang bertalikan rasa, tidak bisa tergantikan dengan siapapun. Andaikata terjadi karena sesuatu dan lain hal, tetap saja ada pembeda antarakeduanya.
Ketiga, bila yang satu hilang, yang lain tidak memiliki arti. Begitu eratnya pertalian rasa antarpasangan, sehingga satu dengan yang lain saling memberikan kebermaknaan. Kiri akan bermakna jika ada yang kanan, dan sebaliknya juga kanan akan memiliki arti jika ada yang kiri. Hidup yang saling memberi makna sepertinya merupakan kodrat manusia; oleh karena itu saling menjaga keberadaan; adalah kuwajiban sesama pasangan hidup.
Keempat, jika yang satu sakit karena robek hingga harus dijahit, maka yang lain setia menunggunya. Demikian juga dalam hidup ini, apapun persoalannya, jika pasangan kita mendapatkan kesulitan, maka kesulitan itu adalah juga kesulitan kita. Oleh sebab itu rasa empaty seperti ini tidak dapat diukur dengan materi. Pasangan ini bisa berarti sempit dan bisa dalam arti yang luas, menyangkut banyak hal.
Kelima, tidak pernah minta ganti posisi, akan tetapi saling melengkapi. Ini menunjukkan bahwa dalam hidup ini masing masing kita sudah digariskan untuk memangku suatu profesi tertentu; manakala ada upaya untuk pergantian posisi yang tentu banyak hal yang harus diperhatikan. Bisa dibayangkan jika kita seorang pimpinan biasa ke mana mana diantar sopir, kemudian ganti posisi dengan pengemudi kita; tentu saja akan terjadi persoalan dalam alih posisi ini.
Kalau kita resapi ternyata pesan moral dari sepatu tidak cukup itu, masih banyak lagi yang belum terungkap, salah satu diantaranya adalah “sekalipun harganya mahal, dia ihlas di bawah mengalasi kaki, tidak pernah minta naik ke kepala, karena dia sadar betul akan tugas dan fungsinya”. Ini menunjukkan bahwa kita jangan terkecoh dengan harga, tetapi lebih kepada fungsi. Karena berapapun harganya, jika fungsinya tidak tepat, maka sesuatu itu akan sia sia.
Demikian juga dalam hidup ini, peran dan fungsi seyogyanya menjadi bahan pertimbangan utama, bukan harga yang menjadi acuan. Karena peran dan fungsi itu sendiri sudah merupakan nilai yang tak tergantikan oleh harga.
Selamat ngopi menunggu imsyak.