Wianda Purponegoro |
JAKARTA, Teraslampung.com–Pascapembubaran Petral, PT Pertamina (Persero), dipastikan akan menghentikan semua kontrak dengan anak perusahaan yang telah dilikuidasinya, Pertamina Energy Trading Group, Petral, mulai Juni 2015.
Sebelum dibubarkan, Petral yang memiliki aset sebesar US$2 miliar, nyaris memonopoli impor-ekspor perdagangan minyak mentah dan produk minyak dan memasok sepertiga kebutuhan harian Indonesia.
Vice President for Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, belum lama mengatakan, kontrak Petral berakhir Juni. Jadi mulai Juli, semua kontrak akan baru.
“Pertamina, melalui Integrated Supply Chain mengambil alih semua kegiatan pembelian minyak dan produk minyak dari Petral, telah mengamankan kontrak pasokan Premium (RON 88) sebesar 9 juta barel per bulan,” kata dia.
Meski demikian, Wianda tidak menyebutkan nama-nama pemasok tersebut, hanya menyebutkan bahwa mereka antara lain perusahaan-perusahaan minyak BUMN dari Thailand, Korea Selatan dan Timur Tengah, serta perusahaan multinasional yang berbasis di Inggris, Prancis, dan Belanda.
Sejauh ini, masalah migas menjadi sorotan publik. Terlebih menjelang dan setelah Petral ditutup berembus kencang rumor bahwa pasokan migas (impor) akan dikuasai oleh orang-orang dekat sumbu kekuasaan.