TERASLAMPUNG.COM — Setelah menggelar pentas wayang kulit dengan dalang Ki Enthus Susmono di beberapa wilayah di Lampung yang padat dengan komunitas Jawa, Arinal Djunaidi akan mengajak dalang kondang I Wayan Nardayana menyajikan pentas wayang kulit ceng blong di komunitas Bali.
Pentas wayang kulit Bali itu digelar Arinal dan Tim Jaya dalam rangka silaturahmi dan sosialisasi pencalonan Ketua DPD I Partai Golkar Lampung itu sebagai calon gubernur dalam Pilgub Lampung 2018.
Dalang terkenal di Bali yang juga alumni Sekolah Tinggi Seni (STSI) Denpasar itu akan manggung bersama Arinal Djunaidi di Lapangan Merdeka Kampung Ruktiharjo, Seputihraman, Lampung Tengah pada Rabu malam, 23 Agustus 2017.
Malam berikutnya, Kamis malam (24 Agustus 2017) dalang I Wayan Nardayana bersama Arinal Djunaidi dan Tim Jaya akan menghibur warga Lampung asal Bali di Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan.

Seperti Ki Enthus Susmono yang melakukan modernisasi wayang kulit dengan mengusung musik modern dan bintang tamu di panggung, I Wayan Nardayana juga pembaru wayang kulit Bali lewat wayang kulit cenk blong.
Soal dialog para tokoh wayang, I Wayan Nardayana juga mirip Ki Enthus. Dulu dalang Wayan Nardayana saat mendalang juga hobi menyelipkan dialog menjurus jorok. Kini ia lebih banyak menyisipkan nilai-nilai moral.
Yang cenk blong — juga sering ditulis ceng blong atau ceng blonk — yang dibawakan I Wayan Nardayana menjadi jaminan tontonan akan segar dinikmati penonton.
Mantan satpam pasar swalayan ini sudah sangat terkenal di Bali. Ia adalah perintis wayang cenk blong. Yakni wayang kulit Bali ‘gagrak anyar’ yang lebih ngepop.
Sebutan cenk blong itu sendiri, menurut Wayan Nurdayana — seperti dikutip dari Bali Post — karena di dalam wayang kulit Bali ada tokoh Nang Kleceng dan Nang Ceblong. Semula I Wayan Nardayana menamai wayangnya dengan julukan wayang Gitaloka. Namun, nama itu dinilainya sulit diucapkan warga Bali dan kurang falimiliar.

Akhirnya, nama Gitaloka diganti menjadi ceng blong. Orang bisa menuliskannya cenk blong, ceng blong, ceng blonk, atau ceng blong. Intinya tetap merujuk pada tokoh Nang Kleceng dan Nang Ceblong.
Sistem pakeliran wayang kulit ceng blong yang disuguhkan dalang Nardayana tetap bentuk pakeliran konvensional (tradisi) layaknya wayang kulit Bali. Bedanya, I Wayan Nardayana menggabungkan musik pengiring beripa instrumen konvensional seperti gamelan batel suling dipadu dengan gamelan gender rambat (unsur palegongan); cengceng kopyak (unsur beleganjur); rebab (unsur gamelan gambuh); dan kulkul bambu (unsur tektekan).
TL/Dewira
Penyunting: Oyos Saroso HN