Teraslampung.com, Kotabumi–Dinas Pendidikan Lampung Utara akan segera memanggil Pelaksana Tugas Kepala SDN 5 Kelapatujuh (Sri Desmawati) yang bermasalah dengan wali murid di sekolahnya. Permasalahan itu terjadi karena kualitas baju yang diberikan kepada wali murid tidak sesuai harapan.
“Secepatnya akan kami panggil,” kata Kepala Bidang Ketenagaan Dinas Pendidikan Lampung Utara, Diana Wati, Jumat (13/12/2024).
Meski begitu, Diana belum mau berbicara lebih jauh mengenai langkah apa yang akan dilakukan oleh pihaknya terkait persoalan ini. Sebab, ia harus terlebih dulu mengetahui jenis baju seperti apa yang dijanjikan oleh pihak sekolah kepad wali murid.
“Jadi, kami harus tahu dulu persoalannnya seperti apa biar tidak salah dalam mengambil tindakan,” tutur dia.
Sayangnya, hingga pukul 14.04 WIB, Sri Desmawati belum mau merespons mengenai persoalan ini meskipun ponselnya dalam keadaan aktif.
Sebelumnya, kecewa dengan kualitas baju sekolah yang mereka bayar, puluhan wali murid SDN 5 Kelapatujuh mengadu kepada DPRD Lampung Utara, Jumat, 13 Desember 2024 sekitar pukul 09.00 WIB. Baju itu adalah baju batik dan baju olahraga.
Biaya yang mereka keluarkan untuk baju-baju tersebut tidak sedikit. Untuk kedua baju tersebut, para wali murid kelas I harus membayar sebesar Rp230 ribu. Jika tida membayar maka dianggap mengundurkan diri.
Dalam perjalanannya, sejak awal masuk sekolah di bulan Juli hingga akhir November, baju-baju itu belum mereka terima. Berulang kali menanyakan, berulang kali jug mereka diberi janji. Kekesalan mereka akhirnya memuncak karena baju yang diterima ternyata tidak sesuai harapan.
Rombongan emak-emak yang merupakan wali murid kelas I ini membawa serta anak-anak mereka ke sana. Kedatangan mereka ditemui oleh Ketua DPRD, M.Yusrizal.
Salah seorang wali murid, Devi usai bertemu Ketua DPRD Lampung Utara mengatakan, merasa kecewa dengan kualitas baju yang diterima. Padahal, mereka telah membayar Rp230 ribu untuk baju-baju tersebut.
Kekecewaan mereka dikarenakan kualitas baju-baju tersebut sangat buruk. Buruknya kualitas baju itu semakin melengkapi penderitaan mereka. Sebab, telah lima bulan lamanya menunggu hak mereka tersebut. Pembayaran uang seragam ini pun merupakan sebuah keharusan. Bagi mereka yang tidak membayar maka dianggap mengundurkan diri kala itu.
Keluhan sama juga disampaikan oleh wali murid lainnya, Dila. Menurutnya, baru sekali ini ia melihat seragam batik dan olahraga seperti ini. Batik yang diterima seperti baju batik untuk hajatan. Pun demikian dengan baju olahraganya. Hanya baju kaus biasa. Tidak seperti pada umumnya.
Keduanya hanya ingin pihak sekolah memberikan baju-baju yang sama seperti sekolah lain. Bukannya seperti saat ini yang tak ubahnya pakaian hajatan.