Dandy Ibrahim | Teraslampung.com
Bandarlampung — Nyaris tidak ada yang pernah menyangka mantan sopir taksi gelap yang dulu sering ‘mangkal’ di Hotel Marcopolo di Jalan Dr. Soesilo Bandarlampung kini menjadi orang nomor satu di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Dia adalah Harnojoyo, Walikota Palembang.
Harnojoyo yang hadir di acara HUT ke-22 Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Bandarlampung 26-28 Mei 2022, menyempatkan waktu untuk bincang santai dengan awak media di tempatnya menginap, Emersia Hotel.
Dia menceritakan pengalamannya selama sekolah, bekerja di Kota Bandarlampung, hingga menjadi Walikota Palembang dua periode.
“Bandarlampung ini bisa saya sebut kampung saya yang kedua. Kampung saya yang pertama di Tanjungsakti, Lahat, Kota Pagaralam. SD sampai SMP di Tanjungsakti, kemudian SMA saya ke Lampung sampai kuliah dan bekerja di sini,” mengawali obrolannya, Jumat, 27 Mei 2022.
Harnojoyo mengaku ia menyelesaikan pendidikan menengah di SMA YP Unila. Lalu melanjutkan kuliah di Universitas Bandarlampung (UBL).
“Karena pernah lama di Lampung, jadi kalau ke Lampung ini rasanya saya pulang ke kampung yang ke dua. Dulu tempat tinggal saya di Darusalam, Langkapura. Sekarang masih ada rumah di situ, tetapi adik saya yang menempati,” tambahnya.
Harnojoyo juga menceritakan, selama di Bandarlampung sempat bekerja di Bank Bali. Namun, saat yang sama dia juga mencari uang dengan menjadi sopir taksi gelap di Hotel Marcopolo.
“Saya sempat bekerja dan kuliah juga tahun 1989 di Bank Bali di Jalan Laksamana Malahayati, Telukbetung. Sambil kuliah, sambil bekerja di Bank Bali waktu itu saya jadi sopir taksi gelap di Hotel Marcopolo di Jalan Soesilo Bandarlampung,” ungkapnya dengan sedikit tertawa.
“Sebelum berangkat kerja di Bank Bali, mobil saya titipkan di Hotel Marcopol. Jadi pulang dari kerja saya mampir, Kan dulu sistem antre, giliran. Kalau dititipin dari pagi pas pulang sudah giliran saya ketika ada penumpang, senang sekalilah,” ujarnya sambil tertawa lepas.
Pria yang kini memimpin 1,67 jiwa (berdasarkan sensus 2020) penduduk Kota Palembang ini menjelaskan, kepindahannya yang dia sebut hijrah dari Kota Bandarlampung ke Palembang.
“Jadi tahun 1995 saya menikah dengan wanita dari Lahat, tetapi tinggal di Palembang. Tahun 1997 saya diajak hijrah ke Palembang sama istri. Saya tetap kerja di Bank Bali di Palembang di Jalan Kolonel Atmo waktu itu kantornya,” jelasnya.
Di kota empek-empek itu Harnojoyo menceritakan mulai tumbuh rasa jenuh menjadi pegawai dan banting setir menjadi petani kebun hingga berhasil menjadi pedagang ayam potong dalam tempo yang cukup singkat
“Pada saat krisis moneter tahun 1998, Bank Bali saat itu tidak dilikudasi.Cuma saya mulai ada perasaan jenuh bekerja dari pagi sampai sore. Saya memutuskan mengundurkan diri. Saat itu belum ada cita-citanya ke politik. Saya pindah saya berkebun di daerah Batu Marta di daerah antara Baturaja dengan Martapura. Kebun karet di situ. Waktu berkebun itu capek karena sendirian dan kebun belum ada hasil,” kata orang nomor satu di kota empek-empek itu.
“Singkat cerita, tahun 2000 saya usaha jual ayam potong di bawah Jembatan Ampera Palembang. Saya mulai jualan ayam potong modalnya 5 ekor. Dalam waktu 6 bulan, bulan Juni tahun 2000 saya jualan, evaluasi di Desember saya bisa jualan 4000 ekor ayam. Gaji saya di Bank Bali Rp580 ribu. Waktu jualan ketika 4000 ekor sehari untungnya rata-rata Rp500 ribu/hari pernah sampai Rp2 juta/hari,” katanya sambil tertawa.
Meraih keuntungan Rp500ribu/hari sampai Rp2juta masih dirasakan belum cukup. Harnojoyo masih ingin mengembangkan usahanya dengan cara menambah relasi agar omzet jualannya meningkat. Tapi, Tuhan bekendak lain Harnojoyo malah menjadi politisi.
“Setelah itu, mau mengembangkan usaha dengan cara membangun relasi, singkat cerita tahun 2003 partai politik, mulai era reformasi.
Pelanggan saya itu salah satunya Hotel Swarnadipa yang dekat sekali dengan rumah dinas walikota. Saya lihat rumah dinas walikota itu setiap hari Minggu ramai terus.
“Waduh gimana masukin ayam ke situ? Terpikirlah, kalau gitu saya harus berpartai. Bergabunglah saya dengan Partai Demokrat. Di Partai Demokrat itu saya hanya sebagai tukang pasang bendera,” ungkapnya.
Dari tukang pasang bendera, Harnojoyo karier politiknya melesat dari dipercaya memimpin partai tingkat kecamatan hingga tingkat kota. Dari anggota dewan sampai Ketua DPRD Kota Palembang.
“Dari jualan ayam potong kita kan punya mobil pick up, mobil ini untuk operasional angkat bendera kemudian yang masang adek-adek jadi ketika disuruh pasang bendera birulah Kota Pelembang,” katanya.
“Waktu pasang bendera saya konsisten, jangan sampai ada satupun bendera yang roboh dan kerja saya itu dilihat oleh orang partai, saya ditawari jadi Ketua PAC Partai Demokrat Ilir Barat Satu dan saat pencalonan dewan, rupanya nama saya masuk bursa calon DPRD Kota nomor 2 Dapil 5 tahun 2004” jelasnya.
“Alhamdulillah saya terpilih dan di tahun 2005 saya di percaya partai untuk memimpin PAC Partai Demokrat Kota Palembang. Di tahun 2009 Demokrat bertahan tetap 11 kursi atas kepercayaan teman-teman saya diminta menjadi Ketua DPRD Kota Palembang,” tambah politisi partai berlambang mercy itu.
Potensi mengkapitalisasi pendukung dilihat oleh Romi Herton (mantan walikota yang meninggal dunia tahun 2017). Tahun 2012 Harnojoyo ditawari menjadi wakil walikota berpasangan dengan Romi Herton.
“Ketika Pilkada saya diajak Romi Herton (almarhum) dan tahun 2013 terpilih kami sebagai pemenang Pilkada Kota Palembang. Kemudian ada masalah dan saya pribadi sangat prihatin. Tahun 2015 dari pelaksana tugas (Plt) saya diangkat menjadi walikota yang definitif,” jelas Harnojoyo.
“Pilkada 2018 saya kembali mencalonkan diri Alhmadulillah masih dipercaya masyarakat Palembang, saya terpilih hingga tahun 2024,” tambahnya.
Mengakhiri obrolan dengan awak media karena sebentar lagi waktu solat Jumat tiba, Walikota Palembang, Sumatera Selatan menitipkan pesan kepada anak muda, jika ingin punya banyak uang jadilah pengusaha.
“Jadi rupanya kalau mau cari duit itu enaknya usaha, pengusaha. Saya kalau lagi merenung juga suka kaget dari 5 ekor bisa jadi 400 ekor,” ujarnya sambil bergegas untuk menjalankan shalat Jumat.
Dandy Ibrahim