Menikmati Kuliner di ‘Car Free Night’ Bandar Lampung

Car Free Night Bandarlampung ramai pengunjung
Bagikan/Suka/Tweet:
TERASLAMPUNG.COM —Sejak beberapa minggu terakhir, tiap Sabtu malam kawasan Jl. Jenderal Ahmad Yani tak ada lagi deru kendaraan. Suasana jalan di jantung Kota Bandar Lampung itu tetap ramai oleh kerumukan orang dan pedagang.

Beberapa tenda tampak berdiri gagah di sisi kanan-kiri jalan. Para pengunjung yang berdatangan dari berbagai sudut Kota Bandarlampung seolah menikmati suasana pasar malam.

Car Free Night. Itulah program yang diusung Pemkot Bandar Lampung sebagai upaya untuk menggeliatkan kehidupan kota. Filosofinya: rakyat kecil diberi tempat hiburan, menikmati malam minggu sambil cuci mata atau menikmati aneka jajanan kuliner.

“Bandarlampung tidak punya ruang terbuka yang luas di jantung kota seperti Semarang. Tak ada ruginya jika Jalan Ahmad Yani Bandar Lampung dijadikan sentra Car Free Night tiap malam minggu. Toh hanya seminggu sekali,” kata Ahmad Fauzan, pengunjung dari Kelurahan Way Kandis.

Malam itu Fauzan membawa istri dan seorang anaknya. Ia sengaja datang jauh dari Way Kandis hanya untuk menikmati suasana ramai di tengah kota sambil nongkrong untuk menikmati segelas minuman dan kue-kue tradisional.

“Dulu kami sering Lapangan Saburai. Masih dekat dari sini (dari Jl. Ahmad Yani). Tapi suasana di Lapangan Saburai berbeda dengan suasana Car Fre Night. Di sini lebih asyik,” kata Fauzan.

Di tenda-tenda itu para pedagang menawarkan aneka produk. Mulai hasil aneka makanan dan minuman hingga aneka hasil industri rumahan. Para pedagang itu berasal dari seluruh kecamatan di Bandarlampung. Dinas Pasar Kota Bandarlampung memang meminta para camat untuk mengirimkan satu orang pedagang agar Car Free Night lebih meriah.

Kepala Bidang Destinasi Pariwisata Disbudpar Kota Bandarlampung, Erni Suud, mengatakan, pihaknya akan menggulirkan program Car Free Night yang di fokuskan di sejumlah titik keramaian. Di samping untuk lebih lebih menyemarakkan suasana malam Minggu, Car Free Night juga untuk memberikan ruang bagi pelaku usaha kuliner untuk menjalankan usahanya.

“Tujuan utama program tersebut memang mengarah kepada wisata kuliner. Kami sudah belajar dari beberapa kota lain di Indonesia yang sudah lebih menerapkannya. Dengan adanya Car Free Night suasana malam hari di Bandar Lampung akan lebih hidup,” kata Erni Suud.

Untuk menyukseskan program Car Free Night, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bandar Lampung bekerjasama dengan produsen makanan terkait dengan sajian kuliner.

Kota Bandar Lampung kini memang sedang menuju ke arah sosok “kota yang tak pernah tidur”. Geliat kehidupan bergulir selama 24 jam. Geliat kuliner, angkringan, dan ‘kafe murah meriah’ tersebar di beberapa sudut kota. Selain di Lapangan Saburai dan areal Car Free Night, geliat kehidupan kuliner pada malam minggu juga terlihat di Bundaran Patung Pengantin di pertigaan Jalan Dr. Susilo—Jl. Diponegoro.

Di kanan kiri trotoar di sekitar Tugu Pengantin itu bahkan denyut
kuliner tidak hanya terjadi pada malam Minggu. Geliat itu dimulai
sekitar setahun lalu, yaitu ketika air mancar dan lampu warna-warni dipasang di sekitar taman Tugu Pengantin. Kala itu banyak anak muda nongkrong di sekitar tugu sehingga acap mengganggu arus lalu lintas.

Pemkot Bandar Lampung kemudian meresponsnya dengan memberikan tempat lebih nyaman kepada para muda-muda. Yaitu dengan merombak areal parkir di depan Majid Al Furqon—yang berjarak hanya beberapa puluh meter dari Tugu Pengantin Pepadun—menjadi areal nongkrong kawula muda. Areal parkir itu disulap menjadi taman yang didesain dengan tangga bertingkat (undakan).

“Sebenarnya akan lebih sip jika di tengah-tengah areal ini ada pentas seni. Seperti panggung seni di Taman Impian Jaya Ancol itu lho. Penontonnya bisa datang dan pergi sesukanya. Pemain tetap bermain di tengah arena. Bisa juga dengan pentas seni tradisional,” ujar Rohmadi, warga Telukbetung.

Ya, memang, areal parkir yang semula pada malam hari tampak gelap itu kini tiap malam selalu dipenuhi muda-mudi. Bahkan, beberapa pasangan keluarga pun tak jarang turut meramaikan areal itu. Maklum saja, areal baru untuk nongkrong itu posisinya memang lebih tinggi dibanding jalan raya sehingga pengunjung bisa lebih leluasa menikmati kehidupan malam di sekitarnya.

“Di sini lebih enak. Viewnya bagus. Dari ketinggian kami bisa cuci mata sambil ngobrol dengan kolega dan menikmati jajanan murah,” kata Fahri Alam, seorang pengunjung. (ADVETORIAL)